Kaki Asa bermasalah karena ambisinya yang terlalu menggebu-gebu untuk keluar sebagai kelompok yang menang dan mendapat nilai tambahan dari Pak Zul. Guru olahraganya tersebut sudah memperbaiki posisi tulang kaki Asa. Tinggal menunggu waktu untuk sembuh dan kembali seperti sedia kala.
Rasa sakit itu tidak separah sebelumnya, kok. Asa hanya perlu beradaptasi lebih lanjut. Meski begitu, jalan Asa jadi sedikit pincang, tidak leluasa sebagaimana biasanya. Untuk menaiki anak tangga ke lantai atas kelasnya saja Asa harus berpegangan pada dinding.
Belasan menit lalu, tim Asa dikalahkan oleh tim Prima yang sempat menjebloskan bola ke dalam gawang pada detik-detik terakhir. Prima bersorak kencang. Mereka yang mendapat kemenangan. Lapangan sudah dilanjutkan dengan latih tanding antar-tim laki-laki.
Akan tetapi, Asa masih menyimpan kekesalan di setiap penjuru hati. Asa totalitas menjaga gawang hingga terkilir begini hanya untuk sebuah kekalahan. Aih! Sudah cedera, tidak dapat nilai tambahan pula! Kenyataan itu membuat suasana hati Asa terasa jauh lebih buruk hingga pulang sekolah sekalipun.
Tak lagi heran bagi setiap pengurus OSIS, pekan menjelang Persatas Day adalah puncak dari segala kesibukan di peradaban. Event besar Persatas itu memang menguras begitu banyak energi dan menguji loyalitas pada negara. Apa itu pulang cepat? Anak OSIS tidak mengenal kata pulang sebelum malam menjelang, selama pekan Persatas Day!
Begitu pula dengan Asa. Meski tak kuat untuk segera merebahkan badan dan mengistirahatkan berbagai penat beserta susah hati di rumah kecilnya, profesionalitas yang selama ini digenggam prinsipnya erat-erat sukses menghalangi Asa untuk tidak meminta izin pada H-1 ini. Rasanya tidak enak pada Mat. Apalagi dirinya merupakan anggota seksi bidang empat, yang berperan cukup penting dalam kegiatan ini, sebagai seksi acara.
Tidak hanya mereka berempat, sebenarnya. Hari pertama, yang memegang kendali utama pelaksanaan acara adalah divisi Asa dan Sekbid 7—Seksi Bidang Kualitas Jasmani, Kesehatan, dan Gizi Berbasis Sumber Gizi yang Terdiversifikasi—dalam mengondisikan pertandingan basket antarkelas. Sementara untuk hari kedua, pertunjukan seni dari perwakilan setiap kelas, keberlangsungannya dipegang oleh divisi Asa bersama Sekbid 8, Seksi Bidang Sastra dan Budaya.
Iya! Sebagai seksi acara, peran Asa memang sangat dibutuhkan selama berjalannya acara dua hari penuh itu. Tidak ada kesempatan untuk bermalas-malasan. Karena itulah, ketika Mat kembali menawari Asa untuk izin saja pada persiapan H-1 ini, anak perempuan itu malah menggeleng dengan mantap. Biasalah.
Dengan kaki yang masih terasa ngilu ketika menyentuh pijakan, Asa malah berjalan-jalan ke sana kemari. Sebagian besar siswa sudah pulang ke rumah masing-masing, sebagian lagi sengaja bersantai selagi menghabiskan semangkuk mi ayam Mang Dod di food court.
Lapangan sudah dipenuhi para pekerja yang mendirikan panggung. Belum lagi anak kelas sebelas yang mulai mendekorasi stan masing-masing kelasnya, mengeluarkan hasil belanja bahan makanan, lantas membagikan tugas untuk bazar mereka di esok hari. Ramai sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis Kronis!
Teen FictionAmbis itu keren abis! Yakin? Kalau ambis-nya udah kronis, gimana? Katanya, anak ambis itu selalu didekati teman sekelas karena banyak benefitnya. Akan tetapi, tidak berlaku pada Asa Nabastala. Kepribadiannya yang ambis dan egois membuat Asa tidak be...