"Sa? Asa! Kamu bisa dengar aku?"
Setelah mengerjap berulang kali untuk beradaptasi dengan intensitas cahaya di sekitar, kedua manik cokelat terang Asa terbuka perlahan-lahan. Kepalanya masih berdenyut nyeri. Akan tetapi, tidak ada waktu untuk sekadar memijit kening atau menunggu keadaanya hinga sedikit lebih baik. Asa langsung bangkit untuk duduk di ranjang UKS, lantas mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari jam dinding. "Jam pelajaran pertama udah mulai?"
Mendapati respons pertama Asa yang malah mempertanyakan hal tersebut dengan raut begitu panik membuat Nabil hanya bisa menggeleng-geleng kecil. Anak laki-laki itu duduk di kursi yang tersedia di dekat tempat Asa berbaring, lantas disimpannya sekeresek hitam ke atas ranjang. Nabil tersenyum manis. "Istirahat dulu, Sa. Sarapan. Pelajaran mah bisa kamu kejar nanti-nanti. Nih, aku beliin roti, nasi kuning, sama kebab mini."
Tidak, tidak. Asa memegangi kepalanya yang teramat sakit. Ini hari Rabu, ya. Jam pelajaran pertama, biologi. Kelompok Asa cukup memalukan ketika tampil presentasi kemarin. Mana bisa Asa meninggalkan kelas begitu saja? Asa harus memperbaiki citra dan nilai Bu Rika untuk kelompoknya.
Sudah satu minggu sejak penugasan presentasi, seharusnya satu-dua kelompok siap tampil hari ini. Asa harus aktif bertanya! Oh, Asa juga belum membalaskan pertanyaan Alfis pada kelompoknya pekan lalu. Asa harus cepat masuk kelas!
"Mau makan apa dulu, Sa?" Nabil rempong sekali mengeluar-luarkan makanan yang dibelinya dari kantung keresek. Namun, baru teringat sesuatu, Nabil langsung menghentikan pergerakannya, lantas beralih ke meja UKS. "Eh, aku lupa, Sa! Kata anak UKS, kamu harus minum teh manis hangat ini. Belum sarapan, ya, kamu?"
Demi menjaga teh manisnya tetap hangat, Nabil menambahkan air panas dari dispenser, mengingat anak UKS tadi memang sengaja tidak mengisi gelas hingga penuh. Sejak bel masuk berbunyi, Nabil yang pulang dari toilet dan mengetahui kondisi Asa yang kurang baik pun lekas saja membeli makanan di Kantin Bi Ita. Anak itu bergegas menengok Asa di UKS, lantas mempersilakan anak UKS tadi untuk kembali ke kelas lebih dulu.
Nabil semangat sekali menunggui Asa hingga terbangun, barusan. Begitu Nabil menyodorkan cangkir di tangannya, Asa malah menggeleng lemah, lalu bergerak turun dari ranjang UKS. Dengan muka yang masih pucat, Asa berusaha mengusir pening. Anak perempuan itu duduk di lantai dekat bingkai pintu untuk memasang sepatu yang memang diletakkan Mat di sana saat membawa Asa ke UKS.
"Lho, Asa mau ke mana? Minum dulu ini." Teguran Nabil tidak mendapat tanggapan sama sekali. Nabil mengernyitkan kening. Terburu-buru, diletakkannya gelas teh manis ke atas meja, lantas mencekal pergelangan tangan Asa yang berdiri karena kedua sepatunya sudah terpasang. "Tunggu, Sa! Seenggaknya makan makanan yang aku beli, deh. Salah satuuu aja. Kamu belum makan, 'kan?"
Masih bergelut dengan rasa sakit yang mendera kepala, Asa jadi tambah kesal. Diempaskannya genggaman Nabil sekuat tenaga. Mata panda itu menyorot Nabil begitu tajam, sarat akan ketidaksukaan yang mendalam. "Bisa diam, enggak, sih? Aku enggak butuh ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis Kronis!
Teen FictionAmbis itu keren abis! Yakin? Kalau ambis-nya udah kronis, gimana? Katanya, anak ambis itu selalu didekati teman sekelas karena banyak benefitnya. Akan tetapi, tidak berlaku pada Asa Nabastala. Kepribadiannya yang ambis dan egois membuat Asa tidak be...