Jam istirahat kedua sudah nyaris habis! Lengan-lengan teracung ke atas, berusaha merenggangkan sekujur badan yang terasa pegal. Penyiksaan otak di hari Rabu ini telah resmi berakhir! Saatnya mengatakan selamat tinggal pada biologi dan materi alat optik fisika. Pasalnya, sekarang sudah memasuki jam terakhir, jam olahraga!
Matahari bersinar terik, nyaris berada di titik kulminasi. Sebagian besar siswa, lagi dan lagi, sama-sama melangkah gontai ke toilet utuk mengganti seragam dengan pakaian olahraga biru Persatas. Embusan napas malas terdengar di sana-sini, sudah seperti melodi rutin di kelas XI MIPA-1 pada setiap Rabu siang saja.
Biasanya, jika sudah lewat pukul dua belas, waktu jadi tidak terasa bergulirnya, tahu-tahu sudah menjelang bel pulang. Hanya saja, dengan adanya jam olahraga di siang bolong ini, mereka tidak hanya bertarung dengan pegal dan lelah hingga mandi keringat, tetapi juga dengan serangan si raja siang yang menyilaukan hingga tak ada satu rakyat bumi pun yang berani memandanginya.
Meski begitu, ada suatu keuntungan yang mereka dapatkan dari jadwal olahraga yang diletakkan di jam pelajaran terakhir. Sehabis ini, mereka bisa langsung pulang ke rumah masing-masing, tanpa perlu memaksakan otak untuk kembali bekerja keras. Tidak ada kelas yang dipenuhi bau masam dan keringat. Peluh mereka akan langsung diterbangkan oleh angin di perjalanan pulang!
Belum sempat mengganti dengan baju olahraga, ponsel Asa sudah berdering panjang terlebih dahulu. Oh, ada chat terbaru di grup WhatsApp OSIS Persatas 2021-2022. Lekas saja Asa membukanya. Ternyata, Mat sendiri yang memberikan pengumuman di sana.
Mat Paketos: Karena pelaksanaan Persatas Day besok, dan sudah diinformasikan dari dulu, sekarang kita ke kelas-kelas buat mendata partisipan lomba, perwakilan pentas seni, sama tema bazar setiap kelas sebelas, ya. Sesuai divisi aja. Sepuluh departemen mendata tiga puluh kelas. Jadi satu sekbid-nya ke tiga kelas. Aku kirim pembagiannya, ya.
Tak berselang lama, notifikasi Mat sudah kembali menghiasi chat room itu. Asa menenggak botol air putihnya seraya mengecek seksi bidangnya sendiri. Sekbid empat ... oh, iya. Kelas X IPS-3, XI MIPA-1, dan XI MIPA-2. Tak perlu menunggu lebih lama lagi, jemari Asa bergerak mencari grup sekbid empat.
Yuk, kumpul. Mau di pokja?
Beberapa detik kemudian, pertanyaan Asa diiakan oleh Kepala Departemennya sendiri, Juno Kenandra, anak laki-laki dari kelas sebelah, XI MIPA-4. Ia sahabat kecil Iris. Dulunya, sewaktu kelas sepuluh, Juno anggota Sekbid 3, Seksi Bidang Kepribadian Unggul, Wawasan Kebangsaan, dan Bela Negara. Hanya saja, setelah mengikuti latihan dasar kepemimpinan siswa di akhir tahun kemarin, ia berpindah haluan ke Sekbid 4 bersama Asa.
Baru menyimpan kembali seragam olahraga ke atas bangku dan bangkit berdiri untuk keluar kelas, atensi Asa telanjur teralihkan karena dipanggil seseorang dari bangku depannya. "Asa?"
Tampaklah Mat yang masih menggenggam ponsel dan menoleh ke arahnya. Asa memiringkan kepala. "Kenapa, Mat?"
"Kamu masih sakit, 'kan? Enggak usah ikut ke kelas-kelas aja. Biar aku kasih izin terus kasih tahu Juno-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis Kronis!
Teen FictionAmbis itu keren abis! Yakin? Kalau ambis-nya udah kronis, gimana? Katanya, anak ambis itu selalu didekati teman sekelas karena banyak benefitnya. Akan tetapi, tidak berlaku pada Asa Nabastala. Kepribadiannya yang ambis dan egois membuat Asa tidak be...