Pernahkah kamu meniti arah juga langkah, tetapi tak lagi mengkhawatirkan pasal jarak maupun rentang jalan yang masih jauh dari jangkauan? Kamu tahu adanya satuan jarak yang membentang dari tujuan, kamu juga tahu bahwa langkah kakimu cukup lelah dan tak kunjung menemukan peristirahatan, tetapi kamu tak pernah berpikir untuk berhenti berjalan?
Itulah hal yang sedang Asa rasakan saat ini. Setiap penjuru hatinya tak dapat menampik kenyataan bahwa dirinya mengharapkan sebuah checkpoint untuk menandai langkah sekaligus mempersiapkan bekal untuk perjalanan selanjutnya menuju puncak. Dan checkpoint itu adalah lolosnya Asa ke OSN Astronomi tingkat provinsi.
Akan tetapi, perjalanan angan selama beberapa satuan waktu ini sukses mengubah pemikirannya. Tujuan itu masih terpancang di depan sana. Hanya saja, Asa tak lagi mengkhawatirkan jarak juga kecepatan langkahnya. Asa tak lagi memusingkan kompetisi untuk sampai lebih dulu ke puncak sana. Kini, Asa tahu ada yang jauh lebih krusial dari semua itu; pijakan kokoh dan langkah yang tak goyah untuk menelusuri kisah-kisah kehidupan tanpa kesudahan.
Besok pengumuman yang lolos ke tingkat provinsi, ya .....
Di atas kasur lantainya, Asa berbaring sembari lekat mengamati langit-langit kamarnya yang kusam. Lampu kuning yang tergantung menyoroti sekitar dengan redup. Dan lagi, Asa malah tenggelam dalam pendarnya.
Hari telah memejam, menyajikan malam-malam panjang, mengistirahatkan anak-anak manusia yang teramat letih mengguratkan kisah. Kanvas gelap semesta sudah menelan bumi bulat-bulat. Kerlip itu hanya bersumber dari deret gemintang yang mengintip dari celah-celah awan kelam. Kehidupan seolah dilahap senyap. Akan tetapi, nyala jiwa itu masih begitu membara, mengguratkan aksara di antara lengang bumantara.
Asa tahu, perjalanan ini tak hanya untuk hasil olimpiade semata. Dunia Asa tak lagi sama. Jalur kehidupannya kini tak hanya bermuara sebagai kemenangan atau kekalahan, melainkan menyediakan berjuta warna lainnya. Iya. Terlepas dari lolos tidaknya ia ke provinsi, setidaknya Asa belajar beberapa hal dari OSN ini. Asa tahu ada proses dan pengalaman yang tak singkat, hal krusial yang membedakan Asa sekarang dengan Asa tahun lalu.
Hei, bukankah perbedaan itulah yang mengukur sejauh apa kita berkembang? Untuk memastikan ... sudahkah kita beranjak dari titik-titik lampau, mencoba hal baru, mengalahkan ketakutan dahulu, atau malah diam di tempat saja sedari dulu?
Asa membalikkan badannya untuk menghadap ke samping kiri, tempat begitu banyak tumpukan buku yang ia pelajari selama ini. Setahun yang lalu, Asa menunggu pengumuman OSN dengan gelisah. Resah. Bagai nakhoda kehilangan arah. Begitu tahu hasilnya, Asa menolak pasrah, seolah kekalahan tidak ada dalam kamus kehidupannya. Dan Asa berniat membalas dendam itu di tahun ini. Akan tetapi, selama proses perjalanan yang tak singkat ini ... rasanya Asa menemukan hal yang jauh lebih penting dibandingkan hasil dan pembalasan dendam.
Langkah yang mengiringi perjalanan ... Asa meraih boneka bebek dengan baju pink yang dibubuhi goresan spidol hitam bertuliskan BEBEK JELEK!, lantas merengkuhnya dalam dekapan. Menyebalkan dan tidak berperasaan, tetapi siapa sangka anak laki-laki itu cukup punya hati untuk menghadiahkan boneka pada kakak perempuannya? Bahkan memberikan bonusnya pada Asa secara percuma!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis Kronis!
Teen FictionAmbis itu keren abis! Yakin? Kalau ambis-nya udah kronis, gimana? Katanya, anak ambis itu selalu didekati teman sekelas karena banyak benefitnya. Akan tetapi, tidak berlaku pada Asa Nabastala. Kepribadiannya yang ambis dan egois membuat Asa tidak be...