"Kedai Universe! Kedai Universe! Mari, mari. Jajan di mari! Kapan lagi beli cilok bisa lintas antariksa? Kedai Universe, hadir untuk mewarnai semestamu!"
Di antara keramaian anak-anak Persatas yang berlalu-lalang untuk menyicipi jajanan dari stan satu ke stan lainnya, suara cempreng Prima mengudara. Anak perempuan itu terpilih sebagai model stan bazar kelas XI MIPA-1. Kalau saja tidak memiliki peran di kestrukturan OSIS, jelas saja Asa yang menginginkan posisi itu. Berkostum ala-ala astronot dengan helm, wind-breaker putih, juga sarung tangan abu, lantas mempromosikan jajanan kelasnya ke sana kemari.
Asa tersenyum pasrah saja seraya memandangi Prima dan stan bazar kelasnya dari belakang panggung. Ya sudahlah. Apa boleh buat. Ini tuntutan pekerjaan. Teringat dengan pekerjaan, Asa langsung menganalisis sekitar panggung di pinggir lapangan yang sudah dikuasai anak Hexatas Voice.
Hari ini, hari pertama Persatas Day, sebagaimana biasanya, kegiatan akan diisi oleh pertandingan penyisihan hingga perempat final basket antarkelas. Panggung tidak akan banyak digunakan. Hanya ada anak Hexatas Voice yang akan mengiringi berlangsungnya pertandingan basket. Hal itulah yang membuat Asa tidak begitu sibuk di belakang panggung. Sedari tadi, kerjanya hanya memastikan band kebanggaan Persatas tidak mengalami kendala, atau sekadar membantu sekbid tujuh untuk memanggilkan tim yang akan bertanding di lapangan.
Selebihnya, Asa malah tenggelam dalam lamunan panjang. Diedarkannya pandangan ke sekeliling lapangan yang merupakan sentral dari bangunan Persatas. Bagian dekat lapangan, ada anak sekbid tujuh yang mengondisikan para pemain cadangan, juga supporter di belakangnya. Siswa lain berhamburan di sekitar stan bazar, maupun sekadar menonton pertandingan di koridor kelas masing-masing.
Lamat-lamat, alunan tawa mereka terdengar begitu menyenangkan. Iya. Semua anak bersenang-senang dengan sahabatnya masing-masing. Di sini, di pinggiran panggung, rasanya Asa menjadi manusia gaib yang hanya bisa menyaksikan dalam kesendirian. Sendiri, ya? Hm, Asa bersama rekan OSIS-nya kok, di sini. Ada Juno, dan anggota sekbid empat lainnya.
Asa menolehkan kepala untuk mengamati teman-teman yang dimaksudnya. Tampaklah Juno yang sedang asyik berbincang-bincang dengan Iris. Oh, anak perempuan itu bukan anggota OSIS, kok. Sepertinya sedang ada perlu dengan Juno. Asa jadi menguping pembicaraan mereka tanpa sengaja.
"Juno! Besok aku tampil, lho. Jangan lupa susu stroberinya, ya!"
Ah, Iris memang maniak susu stroberi. Asa menahan kekehan geli begitu mendapati cengiran lebar yang terpampang jelas di manusia mini itu. Juno yang sedang memegang lembaran kertas rundown acara pun menepuk dahinya sekilas. "Mau nyanyi lagu planet itu lagi, Ris? Yang Girl in The Mirror juga?"
Semangat sekali, Iris mengangguk-angguk hingga kepalanya seakan nyaris lepas dari pangkal leher. "Iya, dong! Keren, 'kan?"
Juno meringis penuh nelangsa. "Kamu enggak bosan, ya, Ris? Kamu nyanyi itu juga di Persatas Day tahun lalu, lho! Nanti Alfis ngomel lagi gara-gara udah muak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis Kronis!
Teen FictionAmbis itu keren abis! Yakin? Kalau ambis-nya udah kronis, gimana? Katanya, anak ambis itu selalu didekati teman sekelas karena banyak benefitnya. Akan tetapi, tidak berlaku pada Asa Nabastala. Kepribadiannya yang ambis dan egois membuat Asa tidak be...