Spicy Level: 7

19.2K 1.5K 31
                                    

Gadis bertepuk tangan ketika berhasil menemukan apa yang dibutuhkannya di kabinet paling ujung di bawah konter dapur. Sebuah wadah plastik dengan penutup yang cukup besar untuk menampung satu ekor ayam potong. Setelah mengobrak-abrik seluruh isi dapur, akhirnya Gadis tahu di mana harus mencari barang-barang yang dia butuhkan.

Kabinet atas dapur jumlahnya ada empat pasang pintu. Masing-masing berisi peralatan elektronik seperti blender, mixer, coffee maker, toaster, food processor, dan air fryer. (Gadis sempat heran kenapa ada banyak sekali wadah blender, tetapi dia tidak bisa berkomentar. Di rumahnya sendiri pun Gadis punya setidaknya tiga jenis air fryer dari brand berbeda.)

Kabinet bawah jumlahnya lebih banyak.

Ada dua bagian berisi 4 laci yang terisi dengan beraneka ragam alat makan yang masing-masing memiliki bagian sendiri—Gadis dibuat takjub dengan jumlah sendok yang memenuhi satu laci dan mereka tersekat-sekat berdasarkan ukuran dan bentuk—lalu ada laci khusus kain seperti apron, sarung tangan oven, dan kain lap. Lalu pada satu laci dia menemukan aluminium foil serta plastik untuk membungkus atau menutup makanan.

Sisa kabinet lain terisi panci, wajan, wadah plastik serba guna, piring, mangkuk, gelas, dan ada satu kabinet yang khusus menyimpan cairan pembersih.

Dengan koleksi sebanyak itu, Gadis pun menduga rumah tersebut sebelumnya dihuni lebih dari 1-2 orang. Atau kebetulan saja penghuninya hobi menimbun begitu banyak barang? 

Lagi-lagi Gadis tidak bisa berkomentar karena dia pun mengalami hal serupa dengan dapurnya sendiri.

Dua buah wadah Gadis keluarkan. Masing-masing untuk ayam dan satu lagi untuk—"Whoaa!!"

Gadis terkesiap saat seseorang menyentuh bahunya. Refleks dia melempar wadah plastik yang dipegangnya hingga menimbulkan bunyi berisik.

"Sumpah! Kaget!" seru Gadis yang berbalik—dan terperangah melihat Luki berjongkok di belakangnya.

"Lo ngapain?" tanya Luki lagi. Pria itu sudah bertanya tiga kali dan tidak kunjung mendapat jawaban.

"Luki! Sumpah, lo ngagetin!" tukas Gadis sambil mengelus dadanya yang berdebar kencang. Dia segera melepas sepasang earbuds-nya. "Lo kapan bangun?"

Luki tampak mengangkat sebelah alisnya. Kepalanya dimiringkan untuk melihat ke dalam kabinet yang sedang diacak-acak oleh Gadis. "Nyari apaan, sih? Dari tadi lo berisik, gue jadi kebangun."

Sambil mengelus dadanya yang masih berdebar secara norak, Gadis menelan ludah. Dia mau saja menjawab atau membantah pernyataan yang mengatakan dia berisik. Karena nyatanya, sudah 1,5 jam Gadis membereskan paket, melempar-lempar kardus, memindahkan barang, dan berlalu-lalang di dekat area tidur pria itu, Luki tetap pulas. 

Sayangnya, otot lidah Gadis mendadak kaku dan kedua matanya mengirim sinyal pada otak untuk tetap diam dan menikmati pemandangan wajah Luki dari dekat.

Oh, man!

Rupanya dia sudah ganti baju dengan kaus tanpa lengan warna putih serta celana pendek hitam yang memperlihatkan bagian dalam pahanya ketika berjongkok. Oh! Oh! Dan pria itu sudah cuci muka!

Wajah kusut nan kusam pria itu kini tampak lebih cerah dan segar. Ditambah ada samar harum sabun yang membuat Gadis betah menghirup pelan-pelan.

Luki sepertinya menyadari arti dari tatapan Gadis. Pria itu menggunakan telunjuknya untuk mendorong kepala Gadis menjauh lalu ia beranjak.

"Lo belanja apaan aja, sih? Tadi pas gue balik banyak titipan paket di pos satpam. Mana gede-gede."

Gadis mengerjapkan matanya, mencoba membuyarkan fokusnya dari paha Luki yang barusan bersejajar dengan dadanya. Setelah berdeham, Gadis bangkit. "Gue minta dikirimin baju sama orang rumah."

When The Food Is Too SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang