Spicy Level: 48

10.1K 1K 91
                                    

" ... please make love to me."

Tangan Luki refleks bergerak mengadang usaha Abey yang kembali condong untuk menciumnya. Pria itu mengerjap beberapa kali, berusaha mencerna apa yang terjadi dan apa yang baru saja didengarnya.

"Dalam pikiran lo gue ini cowok apaan sih, Bey?" tanya Luki yang punggung tangannya kini menempel pada bibir Abey. Pria itu menatap tajam pada wanita yang duduk di hadapannya. "Gue punya pacar and I love her."

"Berarti kalo nggak ada Gadis ... it could be me, right?"

"Nggak," jawab Luki nyaris tanpa jeda. Bahkan usai mengucapkannya, pria itu terkejut dengan jawabannya sendiri.

Mengapa jawaban yang meluncur dari mulutnya adalah 'Tidak'?

Padahal, yang Luki tahu, dia pernah menyimpan perasaan untuk Abey dan apapun akan dia lakukan untuk membuat dirinya bisa berada di dekat Abey.

Mungkinkah perasaannya tidak sebesar itu untuk Abey?

Atau karena hadirnya Gadis sudah mengubah pola pikirnya?

Luki menggeleng pelan dan seulas senyum tipis muncul di bibirnya. Ini gila! Benar-benar gila!

Bahkan setelah mendapatkan sebuah ciuman dari wanita yang pernah disukainya, yang muncul dalam benaknya dan membuatnya berdebar-debar adalah Gadis Abrahms.

Wanita yang kini dikencaninya dan telah membuatnya mati rasa terhadap masa lalunya.

"Kalo nggak ada Gadis ... " Luki mendengkus, nyaris tersedak oleh tawa yang ditahannya sendiri " ... nggak akan ada siapa-siapa. She's the only one for me, Bey."

Luki merangkak mundur dua langkah lalu duduk dengan kaki bersilang. "You need to rest. Balik ke kamar sana."

Tanpa menjawab, Abey pun berdiri dan meninggalkan Luki yang memilih tetap diam di posisinya.

Sepeninggal Abey, Luki mengusap wajahnya. "Si Gadis pake pelet apaan, sih," gumamnya sambil menutupi setengah wajahnya yang terbakar oleh rasa malu.


✿✿✿


"Maybe I should go home," gumam Gadis setelah belasan pesan yang dikirim untuk Luki tidak kunjung dibaca. Matanya memandang ke sekeliling dengan khawatir. Pada langit-langit tripleks yang menguning dan kotor akibat noda rembesan serta pada titik-titik yang mulai mengelupas, lalu pada lantai keramik yang penuh tambalan di mana-mana, dan terakhir pada sofa usang berbau apek yang dia duduki.

Mungkin Luki lagi sibuk ngomong sama Kak Abey ... bujuk Gadis pada diri sendiri. Dia mencoba maklum, tetapi hatinya terus saja mengatakan sebaliknya. Mungkin baiknya gue balik lagi sama Luki, he knows how to calm my stupid heart.

"Dis, maaf banget aku cuma bisa nyediain air mineral kemasan," ujar Feli yang datang dengan plastik berisi air mineral ketika Gadis hendak mengirim pesan untuk Luki. "Sammie masih mandi, tapi tadi kita udah pesan makanan dan kopi."

"No worries." Gadis menyelipkan ponselnya ke dalam tas. "Yang lain ke mana, Fel?"

"Mereka di rumah utama. Karena masih ada nenek dan ponakan, gue milih tidur di paviliun," jelas Feli seraya meletakan plastik hitam di atas meja. 

"They're fine, right?"

"Sehat semua, Dis. Makasih udah nanyain."

"Kabar lo sama Sammie sendiri gimana, Fel?" Gadis tersenyum canggung. "Gue jadi nggak enak, nih. Karena masalah gue kalian jadi harus jauh-jauh Surabaya-Jakarta naik mobil. Mau gue cariin pijat refleksi yang bisa ke rumah?"

When The Food Is Too SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang