Spicy Level: 51

9.6K 1.1K 156
                                    

| Gadis A.: I Loooovvvvvvveeeeeeeeeeee youuuuuu! :*


Hanya satu pesan terakhir itulah yang Luki terima sebelum ponsel Gadis tidak bisa dihubungi sama sekali.

Mati total.

Semua pesan yang Luki kirimkan berakhir centang satu dan panggilan melalui aplikasi WA terus berdering sampai akhirnya mati sendiri. Panggilan ke nomornya pun dialihkan oleh operator.

Ada urusan apa sampai tidak pulang dan tidak bisa dihubungi?

Membayar hutang negara?

Jadi mata-mata di negara yang sedang perang?

Luki pun berdecak.

Dengan kasar dia membuka lemari penyimpanan, mengambil satu bungkus Popmie, dan membuka plastik pembungkusnya dengan gerakan terburu-buru.

"Bau-baunya sih ditinggal lagi. Either family's decision or she found a better man," sahut seseorang sebelum terdengar bunyi decakan prihatin.

Luki mendelik, menatap tajam pada si tamu tidak tahu diri—Jam 7 pagi, tahu-tahu ia sudah mengetuk pintu depan. Begitu pintu dibuka, tanpa ada izin dari pemilik rumah, ia menyelonong masuk dan berkata ingin meminjam power washer—yang sedang berdiri bersandar pada meja konter sambil menopang dagu. Pria gondrong yang sedang mencamil anggur yang diambilnya dari kulkas itu tampak santai, berkomentar dan mengunyah tanpa peduli si pemilik rumah sedang mengumpat.

"Based on pengalaman pribadi. Dulu Ayu ninggalin gue karna dilamar sama anak pemilik pesantren, terus Rana karena bokapnya pengen punya mantu dokter, terus Marsha ... kalo nggak salah karena dijodohin sama pengusaha batu bara lulusan Jerman." Pria itu meneruskan, "worst case scenario, balikan sama mantannya yang pernah ninggalin dia."

"Oh, wow! Love life kita nggak beda jauh. Sama-sama menyedihkan," imbuh pria itu sambil tertawa geli sebelum melahap satu buah anggur.

"Keluar lo dari rumah gue," ujar Luki dengan nada datar. Tangannya menunjuk ke arah pintu. "Opini lo sama aja kayak muka lo. Jelek."

Ganesa terbahak menanggapi komentar judes dari Luki. Pria gondrong itu tetap santai mencamil buah anggur hitam lalu menuang segelas air dingin. "Katanya Esa lagi ada tamu nginep di sini. Kok nggak keliatan?"

"Udah berangkat subuh tadi," jawab Luki sambil meneruskan menyeduh Popmie. Pria itu lalu duduk, membuka ponselnya untuk memeriksa akun WA Gadis, lalu kembali meletakan ponselnya dengan satu lemparan kecil. "Jangan dideketin kalo nggak mau kena masalah."

Mata Ganesa menyipit curiga. "Mantan gue nginep di sini?"

Satu alis Luki terangkat. "Seriously?"

"Maybe not." Ganesa menjawab sendiri pertanyaannya. "Siapa, sih? Esa cuma bilang untuk nggak ngasih tau atau ngajak Robyn ke sini ... holy shit! She's here!?"

Dua alis Luki bergerak mengonfirmasi.

"Why would she be here? Bukannya dia udah cabut ke luar negeri? Balik lagi? You two are together now? Wah, gila ... pantesan Gadis ninggalin—!!!" Ganesa langsung berhenti bicara ketika satu sandal mendarat tepat di kepalanya. Pria itu melotot sambil mengusap kepalanya.

"Pergi ke mana dia?"

"Pergi nemuin saudaranya."

"Lo nggak ngabarin Robyn?"

"Kenapa harus?"

"I don't know. Maybe because they have history?"

Luki menggedikan bahunya. "None of my business."

When The Food Is Too SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang