Spicy Level: 22

16.2K 1.4K 80
                                    

Kalau ada yang tanya apa hal yang paling menyebalkan dari seorang Luki Asmara—karena kalau bertanya apa yang membuatnya jatuh cinta, jawabannya begitu klise dan kurang lebih sama dengan orang-orang pada umumnya; wajahnya, sifatnya, dan keahliannya di tempat tidur—Gadis akan dengan senang hati merangkumnya ke dalam satu kata; BRENGSEK.

Dan Luki Asmara adalah orang yang paling konsisten menjaga image brengseknya.

Di saat di luar sana pria-pria yang digilai perempuan adalah pria yang peka, mau melakukan sesuatu di luar ekspektasi seorang wanita, dan, kalau boleh bermimpi, para tokoh pria di drama Korea merupakan contoh paling sempurna yang bisa dimimpikan seorang wanita lajang.

Berbeda dengan semua itu, Luki tidak pernah melakukannya.

Pria itu adalah tipe yang tega meninggalkan seorang wanita tengah malam di pelataran parkir, memberikan uang untuk mencari taksi alih-alih memberi tumpangan, dan masih berani menagihnya keesokan hari. Ia juga tipe pria yang tidak pernah menuturkan kebohongan untuk menilai penampilan seorang wanita, jika dilihatnya ada pertambahan massa dia akan menjawab 'Iya, lo gemukan.' ketika ditanya. Ia juga selalu menanyakan apa yang menjadi miliknya duluan sebelum menanyakan kabar orang lain, seperti saat mobilnya dipinjam dan pulang dalam keadaan lecet atau penyok, yang dilakukannya adalah menagih ganti rugi.

Atau pada kesempatan kali ini, sekali lagi Gadis berhasil membuktikan, bahwa Luki Asmara adalah pria brengsek.

Usai mereka berbicara di sofa hingga larut, pria itu tiba-tiba saja pergi tanpa mengucap sepatah kata, masuk ke kamarnya, dan melanjutkan tidur di kasur empuk hingga pagi. Sementara di sofa ruang tengah Gadis duduk merenung, memikirkan kembali percakapan singkat mereka berdua, memastikan tidak ada salah paham, dan menyimpulkan bahwa mereka memang sudah berpacaran.

"Jadi, kita pacaran, 'kan? Dating as in two adults—falling in love—dating?"

Gadis langsung mengkonfrontasi Luki yang baru saja bangun dan sedang menggosok gigi di wastafel kamar mandi. Pria itu tidak pusing untuk menjawab. Bahkan sepertinya ia belum sepenuhnya sadar bahwa Gadis kini berada di kamarnya dengan mata sayu akibat semalaman tidak bisa tidur memikirkan arti dari percakapan mereka.

Masih tidak ada jawaban dan yang kini terdengar hanyalah suara terbatuk pria itu yang sepertinya tersedak cairan kumur-kumur.

Sambil menunggu, Gadis mengedarkan pandangannya.

Akhirnya dia bisa masuk ke ruangan yang sejak awal dikunci rapat oleh Luki dan melihat betapa minimalis kamar itu dibanding miliknya. Bagian tergelap dicat dengan warna biru dongker sementara satu sisi terang dicat dengan warna abu-abu muda. Semua furnitur didominasi warna gelap. Satu-satunya yang berwarna cerah di sana adalah selimut tipis Gadis yang berwarna kuning dan kini membungkus tubuhnya di tengah suhu kamar yang menusuk.

Ada satu figura di atas meja yang terletak di dekat jendela. Tepat di samping sebuah desktop monitor dan dikelilingi oleh action figure Captain America—ya, Luki adalah penggemar fanatik Captain America dan rupanya hal itu belum berubah—figura itu berdiri kokoh, memperlihatkan wajah Luki, adiknya, ayahnya, dan satu wajah yang pernah Gadis lihat di akun Instagram Luki.

Lagi-lagi bukan wajah wanita yang Gadis ketahui merupakan sosok ibu dari seorang Luki Asmara.

"Nyokap kandung gue, yang punya nama 'Asmara'." Luki sepertinya menyadari bagaimana cara Gadis memperhatikan satu objek di meja dengan seksama. Mungkin Gadis tidak sadar, tetapi selama memperhatikan foto itu tubuhnya meliuk dengan tidak nyaman.

Dengan ragu-ragu dan sangat berhati-hati, Gadis mendekat, melihat figura itu sambil, tanpa sadar, mengusapnya perlahan. "I don't get it. What about your—"

When The Food Is Too SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang