Spicy Level: 53

9.5K 1K 85
                                    

Lauk makan malam yang disediakan hari ini sebenarnya sama saja dengan malam-malam sebelumnya; nasi putih, dua jenis protein, tumisan sayur (terkadang diberi yang berkuah), dan satu jenis buah. Kalau lagi apes, yang disajikan hanya sepotong roti dan susu kemasan.

Untuk malam ini, protein hewani yang disajikan adalah gulai ikan mas, dan Luki tidak menyentuhnya sama sekali. Yang pertama karena dia tidak suka makan ikan mas dan alasan lain karena tampilan yang disajikan tidak sepadan dengan rasanya. Gulainya terlihat merah membara, menyala dalam wadah plastik berwarna biru tua, tetapi begitu diicip rasanya terbilang manis. Tidak ada unsur pedas sama sekali. Akhirnya Luki hanya memakan dua sendok nasi, menghabiskan sayuran, dan ditutup dengan aktivitas melamun sambil menatap ponsel yang tergeletak di hadapannya. Tentunya ponsel pribadi, karena ponsel yang dipergunakan untuk bekerja masih aktif bergetar menandakan chat masuk.

Pikiran Luki sudah tidak keruan.

Masih terisi dengan obrolan tadi siang dengan Gideon di ruang tengah yang tidak bisa dipahaminya; Kenapa Gideon bisa begitu santai?

Padahal dari cerita yang Luki dengar, sudah jelas bahwa Gideon tahu tentang kebusukan Olivia dan keluarganya. Pemimpin keluarga Abrahms itu juga tahu bahwa putrinya dikhianati oleh orang terdekatnya. Bahkan ia tahu bahwa Gadis akhirnya turun tangan langsung untuk membalas apa yang Olivia lakukan padanya hingga berkali-kali lipat.

Bagaimana kalau sepasang kekasih gila itu kembali lagi untuk menuntut 'hak' mereka? Kalau kemarin hanya memecahkan kaca mobil, selanjutnya apa?

Sungguh, Luki tidak peduli kalau Igor berniat membeberkan fakta bahwa dia pernah bergabung dengan ULILA-1. Mau dibilang melecehkan adik sendiri pun dia tidak peduli, karena kenyataannya tidak seperti itu. Seandainya Gadis tahu dan marah atau kecewa, dia masih menyimpan semua foto-foto yang dia submit sebagai barang bukti. Laddi pun pasti setuju untuk memberikan pernyataan. Namun, satu suara dalam hatinya terus memperingatkan untuk berhati-hati karena bisa saja Igor melakukan hal yang tidak diinginkan.

Luki kembali teringat omongan Gideon sebelum pulang. Katanya, "saya titip Gadis, Nak Luki. Saya sudah pernah menawarkan untuk dikawal, tapi Gadis sendiri yang bilang 'you're good enough'. I do have high expectation from you, Asmara."

Of course it'll be enough ... batin Luki sambil menatap tangan kanannya. Pada telapaknya juga pada punggung tangannya. Dia mengepalkan tangan lalu membukanya beberapa kali. Merasakan gerak setiap sendi-sendi kecil pada tangannya. But will I be able to? What if—tsk!

"Nggak bapak, nggak anak ... aneh semua," gumam Luki seraya menyelipkan sendok bekas pakai ke dalam wadah makanan lalu meletakannya di sudut meja. Dia menuju wastafel untuk mencuci mulut dan membasuh wajahnya.

Setelah selesai memakai kembali masker dan haircap-nya, Luki memasukan ponsel ke dalam tasnya dan bergegas keluar kamar jaga sambil menenteng faceshield.


✿✿✿


"Dok, ada update terapi untuk Pak Mirza di bed ujung, ya. Udah aku tulis di statusnya, gantian makan, ya?"

Luki mengangguk seraya mengambil alih status pasien bernama Tn. Mirza dan memeriksa tulisan yang baru saja ditambahkan pada kolom 'Instruksi DPJP'. Rekan jaga malam Luki pun melesat pergi dari nurse station, meninggalkan Luki sendiri bersama tumpukan status yang bertumpuk dan tingginya melebihi tinggi Luki saat duduk.

Satu helaan napas panjang keluar dari hidung Luki dan menciptakan embun tipis di faceshield yang dia kenakan.

Setelah menyingkirkan tumpukan status ke tepi meja, Luki kembali mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan baru dari grup.

When The Food Is Too SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang