Sejak pulang jaga tadi sore, Luki dibuat keheranan dengan sosok muram yang duduk di tepi kolam renang.
Sosok itu duduk di atas kursi panjang sambil memeluk kakinya. Ia menunduk menatap sesuatu—yang kemudian, beberapa menit setelah memperhatikan, Luki tahu itu adalah tablet—dan mulutnya terus komat-kamit. Seperti orang yang sedang merapalkan doa, tetapi caranya menatap malah mengesankan ia sedang mengirim kutukan.
"Dari tadi siang kayak gitu, Mas. Awalnya di ruang tengah, ke dapur, terus ke pinggir kolam," lapor Laddi ketika Luki bertanya.
"Biarin aja, emang suka kayak gitu," ujar Luki yang kemudian mengajak adiknya dan Mahesa untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa. Seutuhnya mengabaikan keberadaan Gadis yang bermuram durja.
Setelah Laddi dan Mahesa pulang, tepat pukul tujuh malam, Luki akhirnya menyerah. Pemandangan yang dilihatnya semakin menyedihkan—cenderung menyebalkan—jadi dia menyusul sambil membawa makanan. (Tentu saja bukan 100% keinginan Luki untuk peduli. Pria itu sedang asyik menonton di kamar dan Laddi tiba-tiba menelpon untuk memastikan Gadis sudah makan).
Dilihat dari dekat, ternyata di kursi panjang itu bukan hanya ada tablet. Ada banyak kertas, buku agenda, dan dompet yang isinya berserakan.
"Lo mau ke Singapura?"
Gadis menoleh lesu lalu membuang muka saat melihat Luki berdiri menjulang di belakangnya. "Jangan ganggu gue."
"Kalo nggak mau diganggu, jangan numpang di rumah gue."
Luki meletakan makanan di dekat kaki Gadis lalu membungkuk untuk mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan. Diperhatikannya perencanaan perjalanan ke Singapura yang dicoret-coret di kertas. "Dalam rangka apa? Cowok lo sekarang selingkuh di negara tetangga?"
"Mulut lo tuh, ya!" seru Gadis seraya melemparkan segumpal kertas—yang kemudian berhasil Luki hindari.
Wanita itu melotot, matanya sudah memerah. Ralat, wajahnya memerah. "Gue tuh lagi kesel, Luk. Sahabat gue enak-enakan liburan ke Singapura, sementara gue di sini nggak tau mau ngapain."
Luki mengangkat sebelah alisnya. "Mau ngegerebek Igor, 'kan?"
"But I don't know how!" tukas Gadis seraya membenamkan kepala di lututnya. Beberapa detik kemudian dia mendongak, menoleh untuk menatap Luki, dan menyembur, "lo ikut ke Singapura, yuk! Mau nggak? Gue bayarin, deh."
Luki pun pergi meninggalkan Gadis tanpa berkata apa-apa.
✿✿✿
Tidak lama setelah Luki tinggal masuk, Gadis menyusul.
Wanita itu membiarkan barang-barangnya berserakan di meja makan sebelum duduk rapih di seberang Luki. Dengan patuh, dia mulai menyantap makanan yang tadi Luki bawakan.
"Ini enak," komentarnya sambil mengaduk-aduk makanan. "Beli di mana?"
"Esa yang beli."
Gadis mengangguk-angguk, membalik tutup wadah stirofoam untuk mencari kontak penjual, lalu kembali menyantap karena tidak menemukan apapun tertera di pembungkus.
Selama beberapa menit, mereka berdua sibuk masing-masing.
Tangan kiri Gadis memegangi ponsel, sedang melihat-lihat IG Story following-nya, sementara tangan kanannya menyendok makanan.
Luki sendiri sudah tidak memperhatikan apa yang Gadis lakukan karena dia begitu larut menonton di tablet-nya. Besok dia harus jaga malam dan rasa penasaran membuat Luki enggan beristirahat. Tekadnya begitu kuat untuk menyelesaikan beberapa episode terakhir untuk menutup satu season sebuah drama kriminal.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Food Is Too Spicy
Чиклит[Completed] [21+] [Chicklit / Romance / Medicine] [Konten eksplisit sudah dihapus] Start: 01/04/2022 Finish: 11/09/2023 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 "Jangan ngeliatin gue kayak gitu!" "Kayak apa?" "Kayak ... kayak lo kenal gue luar dalem!" "Lucu, ya? We slept tog...