Spicy Level: 19

16K 1.4K 68
                                    

"Astaga! Saya lupa, loh. Dokter kan waktu perpisahan dr. Genta nggak ikut, ya?"

Satu tepukan di bahu.

"Ih, pantesan aja Dok Luki nggak inget. Duh, Dok. Berarti dari tadi aku ceritanya asyik sendiri, ya?"

Tawa renyah ditambah satu tepukan lagi di bahu.

"Dokter, mah! Bilang dong dari awal, aku kan lupa siapa aja yang ikut perpisahan waktu itu."

Satu tepukan lagi dan kini Luki melirik ke spion dalam. Pandangannya bertemu dengan sepasang mata yang menguarkan aura ingin membunuh di bangku penumpang. Si penumpang di kursi belakang tampak menggigit sesuatu dengan kasar. Mirip dengan adegan seorang pemburu yang menyantap hasil buruannya di film-film.

"Eh, aku turun di depan 'The Harvest' aja, Dok."

"Nggak kejauhan jalannya?"

"Mau mampir sebentar. Soalnya tanteku nitip, anaknya maunya cheese cake 'The Harvest'."

Perlahan Luki menepikan mobil sebelum cake shop 'The Harvest'. Begitu mobil berhenti, Prianka melepaskan sabuk pengamannya. "Makasih banyak ya, Dok Luki. Aku jadi hemat ongkos, nih. Kapan-kapan kalo mau AYCE-an lagi ajak-ajak dong, Dok. Kangen, nih. Udah lama nggak nge-grill."

"Next time, deh," ujar Luki mencoba ramah. "Kita duluan ya, Dok Pri. Udah diklaksonin tuh."

"Oh, oke! Have fun, Dok Luki, Dok Gadis."

Setelah Prianka turun dan berlarian kecil memasuki 'The Harvest', Gadis melempar sepatunya ke bangku depan. Tanpa seizin orangnya, Gadis menjadikan bahu Luki sebagai pegangan saat dia melangkahkan kakinya untuk bisa pindah ke depan.

"'Nggik kijiihin jilinnyi?'," ulang Gadis dengan nada mencibir. Bibirnya mencebik, sementara matanya menatap tajam pada Luki yang lanjut mengemudi tanpa menunggu Gadis mengenakan sabuk pengaman. Dengan kasar, Gadis membuka satu bungkus permen Yupi lalu mengunyah tanpa minat. "She's in love with you. y'know?"

"Bagi dong," pinta Luki dengan tangan menengadah. Setelah diberikan satu permen, kening Luki mengerut saat meraba permen yang diterimanya. Diliriknya sekilas sebelum dilahapnya permen tersebut. "Ada lagi? Gue laper banget, nih."

"Lagian siapa suruh mau ditebengin. Orang tuh kalo nebeng karena searah. Kalo kita mau ke Gading, dia nebeng sampe Boulevard. Ini mah namanya minta dianterin. Tujuan kita tuh ke Fatmawati, Luki."

Luki berdecak, tetapi tidak melawan karena diberi dua buah permen lagi oleh Gadis. "Lo sendiri ngapain nunggu di McD Pemuda? Coba kalo lo nunggu di depan kompleks, kan dia nggak bakalan nebeng."

"OMG, Luki Asmara!" pekik Gadis heboh. "Itu cewek tergila-gila sama lo, seandainya dia tau gue nunggu di kompleks rumah lo, don't you think she'll overthink everything? Hah? Kok dr. Luki jemput ini cewek di kompleks rumahnya? Kok mereka barengan? Kok bisa? Jangan-jangan mereka begini? Atau begitu?"

Dari sudut matanya, Luki menyaksikan sekilas bagaimana Gadis berujar dengan dramatis. Sampai suaranya pun dibuat-buat sok manja dan harus diakui ada sedikit kemiripan dengan gaya bicara Prianka.

Merespon reaksi Gadis, Luki hanya mendengkus.

"Ya, biarin aja dia overthinking. Yang tau aslinya gimana kan cuma kita berdua."

Mendengar jawaban Luki, wanita itu pun terdiam. Diliriknya pria di balik kemudi yang sedang mengatur playlist lagu, tetapi pandangannya tetap lurus ke depan. Sambil membuang muka, Gadis mengulum senyumnya. 

"Nggak usah cengar-cengir, Dis. Jelek muka lo."


✿✿✿

When The Food Is Too SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang