Media Chapter 5 : Healing

194 20 15
                                    

'I need him to be my oxygen...'
-Amerta Kanakita : Sania Derniza-

###

Jam menunjukkan pukul 2 pagi tidak membuat Akasa beranjak dari duduknya di balkon kamarnya. Dinginnya angin malam itu juga tidak membuat dirinya tergugah untuk masuk dan memilih termenung didalam kamar atau diatas tempat tidur saja.

'Kenapa harus Lo ?? Kita udah ada pembagian jobdesk Kas...'

'Gue maunya di potret sama Akas...'

'Emang Lo siapa ?? Posisi Lo disini itu cuma anggota. Nggak usah banyak request...'

Akasa memejamkan kedua matanya. Mengingat bagaimana marahnya Amerta hingga menyeret krah jas milik Sania dan menghempaskan tubuh Sania hingga terjatuh.

"Mereka kenapa bisa sampai kayak gitu sih ??" Monolog Akasa.

Akasa memejamkan kedua netranya erat kala mengingat suara tamparan yang dilayangkan oleh Sania ke Amerta dan sebaliknya. Mengingat bagaimana luka disudut bibir Sania dan mengingat bagaimana pipi mulus Amerta memar.

Akasa menoleh kala mendengar dering ponsel miliknya berbunyi.

"Halo tan ??" Ujar Akasa.

'Kamu bertengkar sama Sania Kas ??'

"Hanya salah faham kecil tan. Ada sesuatu ??" Balas Akasa.

'Sania menolak makan dari siang tadi. Dia juga menolak membuka pintu kamarnya,Tante takut dia menyakiti dirinya sendiri. Barusan Tante mendengar suara pecahan kaca....'

Akasa menghela nafas.

"Tan...." Ucapan Akasa terhenti kala rungunya mendengar suara bantingan barang yang cukup keras. Disusul teriakan mama Sania dan kakak laki-lakinya.

'Sania !! Buka pintunya nak !! Kamu kenapa ??' Teriak mama Sania dari ujung sana.

Akasa menyambar kunci motor miliknya dan jaket denim biru.

"Saya ke rumah sekarang tan..." Ujar Akasa dan bergegas menuju ke rumah Sania.

***

Keadaan kamar Sania pagi itu sangat-sangat kacau. Akasa memutuskan untuk mendobrak pintu berbahan dasar kayu dengan bantuan kakak laki-laki Sania. Akasa merasakan dadanya menyempit kala mendapati keadaan Sania malam itu.

Dalam diam,Akasa menghampiri Sania dan mengangkatnya menuju ke tempat tidur. Mengambil kotak obat yang memang selalu disediakan di kamar Sania,mulai membersihkan semua luka yang dimiliki oleh Sania.

"Tidurlah..." Titah Akasa dan membantu Sania berbaring.

Selepas memastikan Sania tertidur, Akasa membersihkan semua kekacauan yang ada dalam kamar Sania pagi itu. Akasa termenung kala mendapati foto dirinya dan Sania di sekolah menengah pertama,dimana foto itu diabadikan karena Akasa mendapatkan juara pertama fotografi.

Akasa menghela nafas kasar kala mendapati banyaknya barang yang Akasa berikan untuk Sania terhambur dilantai kamar wanita itu. Saat Akasa akan mengambil sebuah buku yang Akasa yakini itu adalah diary milik Sania,seseorang sudah lebih dulu mengambilnya.

"Apa yang membuat Sania sampai hilang kontrol seperti sekarang Kas ?? Ini adalah kali kedua dia melakukan ini. Dia tidak akan lepas kendali jika bukan karena masalah yang cukup serius...." Jelas pria bertubuh tegap itu.

Sevan Derniza. Kakak laki-laki Sania.

"Kesalahpahaman kecil aja bang. Nanti habis bersihin semua ini,gue cerita sama Lo..." Jelas Akasa dan meletakkan kumpulan foto milik Sania di atas meja belajarnya.

Divisi Media Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang