Media Chapter 18 : Raker Tengah Periode

113 19 4
                                    

'Gue nggak butuh banyak orang yang akhirannya hanya akan menjadi batu sandungan....'

-Amerta Kanakita-

###

Akasa terbangun kala rungunya mendengar suara dari arah dapur milik Amerta. Mengambil ponsel yang entah sejak kapan terhubung dengan charger,pukul 6 lewat 15 menit. Masih terlalu pagi untuk Akasa terbangun hari-hari. Menghela nafas pelan, bangun dan peregangan selama beberapa menit sebelum memilih bangkit selepas membereskan kasurnya.

Beberapa langkah menuju dapur, Akasa melihat siluet seseorang yang nampak sibuk di pagi buta seperti sekarang. Siapa lagi kalau bukan si tuan rumah,wanita dengan rambut di cepol keatas menampilkan leher jenjang dengan raut wajah yang sangat amat serius. Tanpa sadar Akasa termenung beberapa kaki dari pintu masuk dapur.

"Kas ?? Sudah bangun ??" Balas wanita yang membuat Akasa sedikit hilang fokus.

Akasa berdehem. Menggeleng pelan mengenyahkan pikiran tak senonoh yang hinggap beberapa saat yang lalu.

"Kalau gue belum bangun,gue nggak akan ada disini Ta..." Balas Akasa.

Amerta terkekeh.

"Cuci muka sana atau kalau mau mandi duluan aja. Yang lain belum ada yang bangun ??" Balas Amerta.

Akasa tidak mengindahkan titah Amerta dan malah berakhir duduk di meja makan dengan pandangan lurus kearah wanita yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Belum,tadi gue kebangun karena dengar suara dua alat yang diadu. Gue kira gue ada di medan perang..." Balas Akasa dengan wajah yang diletakkan diatas meja makan dengan posisi terlungkup.

Amerta terkekeh.

"Sorry ya,tapi kalau gue nggak masak kalian nggak akan makan..." Balas Amerta dan kali ini wanita itu memasukkan sebaskom sayuran kedalam panci yang entah apa isinya.

"Nggak papa..." Balas Akasa dan selepasnya hening.

Akasa nampak termenung.

"Ta ?? Lo yakin soal seminar itu ??" Balas Akasa.

Gerakan Amerta menumis sayurannya terhenti. Akasa kontan mengangkat kepalanya.

"Kenapa Lo ngomong gitu ?? Gue percaya sama Lo Kas. Selama satu tahun ini,gue begitu mengandalkan Lo. Membiarkan Lo menghandle beberapa hal,kalau gue nggak percaya media akan maju sama Lo,gue nggak akan ngasih Lo kesempatan untuk unjuk keterampilan. Jadi please..." Ujar Amerta masih dengan kedua tangan dan pandangan yang sibuk akan masakannya.

Akasa mendongak bersamaan dengan Amerta yang juga menghentikan acara memasaknya dan bertatapan dengan Akasa.

"Percaya sama diri Lo sendiri..." Balas Amerta dan kembali menunduk.

Akasa ikut menunduk.

"Sama seperti gue percaya sama Lo..." Sambung Amerta kemudian yang berhasil membuat Akasa kontan mendongak.

Tidak ada pemandangan yang berbeda,Amerta masih tetap pada masakannya. Hanya saja,kalimat yang dia katakan berhasil membuat perut Akasa geli sendiri,rasa yang entah kenapa dia menyukainya.

"Thanks ya Ta..." Ujar Akasa.

Amerta mendongak,memberikan senyuman tipis pada Akasa.

"Terimakasih kembali..." Balas Amerta.

Akasa beranjak kala mendengar suara kompor yang dimatikan.

"Ada yang bisa gue bantu ??" Balas Akasa menghampiri Amerta.

Divisi Media Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang