Media Chapter 24 ; Deromantisasi

111 17 23
                                    

'Gue cuma bersikap sebagaimana ketua mengayomi anggotanya, gue cuma kerja jadi nggak seharusnya lo menaruh rasa...'

-Amerta Kanakita-

***

Amerta menatap bagaimana Akasa mendapatkan penanganan medis dari pihak kesehatan kampus dengan seksama. Sekesal apapun dan sekeras apapun Amerta memberikan Akasa pelajaran, dalam dirinya pasti ada titik dimana dia tidak tega.

"Apa dia akan baik-baik saja ?? Maksudku, tadi nafasnya hampir nggak terasa..." jelas Amerta.

Pihak kesehatan nampak mengangguk.

"Nggak papa kak, teman kakak ini hanya terlalu lelah. Dia terlalu memaksakan diri berlari ditengah tubuhnya sendiri yang tidak fit. Saya baru saja melakukan pemeriksaan sederhana dan memang ditemukan indikasi teman kakak ini kelelahan..." jelas kepala unit kesehatan itu pada Amerta.

"Suhu badannya memang sedikit naik, tapi nanti akan turun setelah dia beristirahat. Kemudian, tekanan darahnya sedikit rendah, sepertinya teman kakak ini juga belum makan jadi tenaganya tidak mampu digunakan untuk kegiatan seberat itu..." jelas sang kepala unit kesehatan itu.

"Lalu ?? Ada hal yang perlu saya lakukan sekarang ??" balas Amerta.

"Saya akan membeli makanan sebentar untuk teman kakak, nanti kalau teman kakak sudah sadar silahkan beri minuman isotonik ini padanya dan minta dia makan dan minum obatnya. Setelahnya suruh dia istirahat 2-3 jam saja cukup..." jelas sang kepala unit kesehatan itu.

Setelah memastikan Amerta mengangguk, wanita itu berlalu untuk membeli makanan dan meninggalkan Amerta bersama dengan Akasa di ruang kesehatan. Amerta mendekat dan tangannya perlahan tergerak mengusap rambut panjang pria itu.

"Lo, bisa berhenti bikin gue ngerasa bersalah nggak sih ??" ujar Amerta pelan.

"Gue terlalu keras sama lo kan ??" lirih Amerta lagi.

Mendengar suara langkah kaki, Amerta buru-buru menjauhkan tangannya dari kepala Akasa dan berdiri menyambut kepala unit kesehatan tadi.

"Kak, saya ada kelas. Biasanya pasien yang ada disini akan dibiarkan beristirahat dengan keadaan ruangan ditutup, jadi ??" ujar sang kepala unit kesehatan.

"Biarin terbuka aja. Saya yang jaga. Nanti kalau teman saya sudah siuman dan pulang saya tutup ruang kesehatannya..." jelas Amerta.

Tidak ada yang bisa Amerta lakukan selain diam dan menatap lurus ke depan dimana Akasa terbaring dengan selang oksigen di hidungnya.

"Lo terlalu memaksakan diri..." jelas Amerta.

"Demi lo. Gue memaksakan diri demi lo..." balas Akasa yang perlahan membuka kedua matanya.

Amerta membiarkan Akasa terbangun sendiri dari bankar nya. Memberikan minuman isotonik yang diminta sang kepala unit kesehatan tadi untuk ditenggak oleh Akasa selepas dia bangun.

"Dokternya bilang, minum itu setelah lo bangun dan makan. Kemudian minum obatnya dan istirahat kembali 2-3 jam setelah itu lo bisa balik..." jelas Amerta dan beranjak dari duduknya.

Akasa cepat mencekal pergelangan tangan Amerta.

"Temenin gue dulu, jangan pergi...." pinta Akasa pelan.

"Gue harus kerja..." balas Amerta.

"Sebentar aja. Gue ngelakuin ini buat lo, tidak bisakah lo sedikit menghargai itu ??" balas Akasa memelas.

"Gue nggak minta lo ngelakuin itu. Itu mau lo sendiri kan ?? Jadi nggak ada urusannya sama gue..." balas Amerta dan berusaha melepaskan cekalan tangan Akasa.

Divisi Media Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang