Media Chapter 10 : Lelahnya Seorang Wakil

147 17 18
                                    

'Ketika Lo memilih media untuk Lo masuki maka nggak akan ada kata berhenti. Pekerjaan Lo pasti akan bejibun,diantara semua divisi lainnya media adalah yang paling sibuk. Gue pikir Lo tahu...'
-Amerta Kanakita : Kepala Divisi Media-

###

Akasa menggeram kesal karena mendengar suara nyaring dari ponsel nya yang tergeletak dibawah tempat tidurnya bersama dengan pakaiannya kemarin,buku,kamera dan masih banyak lagi. Pertanyaannya kenapa ada banyak barang berserak ??

"Kas bangun,rapat evaluasi pertama digelar..." Ujar Jevon memasuki kamarnya dengan rapi.

Jevon tidak bisa untuk tidak menganga melihat keadaan kamar sahabatnya yang porak poranda seperti habis diterjang banjir bandang.

"Buset,ini kamar apa bantar gebang ?? Kumuh amat...." Cibir Jevon pada Akasa.

Akasa bangkit dari tempat tidurnya masih dengan mata memejam. Dia baru tidur sekitar jam 5 pagi tadi dan sekarang masih jam 7 jelas saja kedua matanya sangat tidak bisa diajak kompromi.

"Persetan sama orang yang minta rapat diadakan pagi-pagi buta begini. Sialan..." Umpat Akasa dan berjalan gontai memasuki kamar mandi.

Mendengar gerutuan sahabatnya Jevon tidak bisa untuk tidak tertawa.

"Kalau Lo lupa yang ngatur jam nya sahabat Lo juga,gue tunggu di depan. Berangkat bareng gue aja Lo,hemat ongkos..." Balas Jevon dan segera berlalu dari kamar Akasa.

Akasa menatap pantulan dirinya di cermin kamar tidurnya,meski sedikit kusut dia tetap tampan. Menurut siapa ?? Menurut Akasa sendiri sih. Ah terkait keterlambatan Akasa dalam bangun pagi tadi adalah karena kemarin Akasa dan Amerta berdiskusi perihal proker media selanjutnya.

Sekaligus juga membahas mengenai detail-detail proker yang sudah mereka kerjakan dimana saja kendalanya. Mereka berbicara nyaris sepanjang malam sebelum Amerta mengatakan cukup dan Akasa bisa beristirahat,tidak hanya perihal eval proker mereka yang sudah terlaksana melainkan persiapan untuk proker kedepan yang belum terlaksana juga dibahas kemarin malam bersama-sama.

Akasa mencengkram erat bagian atas kepalanya karena merasakan denyutan cukup kuat. Menggeleng dan memejam sejenak karena kepalanya kembali berdenyut nyeri karena teriakan menggema Jevon di pelataran kos nya. Memang pendek sialan.

Entah sudah berapa kali Akasa mengumpat dalam hari ini,dia hanya sangat kesal entah kepada siapa. Setelah menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya dan menyisir rambutnya asal,dia meraih tas dan jas himpunan beserta id card nya kemudian menyusul Jevon diluar.

"Lama bener Lo kayak anak perawan. Udah telat nih kita. Bisa kena damprat humppptt...." Ucapan cerewet Jevon dibungkam kasar oleh Akasa.

"Karena kita udah telat kalau Lo nyocot terus kita akan jauh lebih telat. Buruan jalan. Bacot mulu Lo..." Kesal Akasa dan masih memejam karena kepalanya berdenyut-denyut nyeri ketika dia buat marah-marah.

"Lo tuh nebeng tapi kenapa malah kesannya gue yang jadi tukang ojek..." Ujar Jevon ketika mereka sudah menjadi bagian yang memadati jalanan pagi itu.

***

Amerta bergegas memasuki mobilnya setelah membawa satu set kamera dengan jas himpunan nya. Segera menuju ke lokasi diadakannya rapat. Amerta tiba-tiba terpikir oleh Akasa,apakah pria itu sudah bangun ?? Ataukah apakah dia baik-baik saja karena tidur dalam waktu yang singkat ??

Daripada lelah berpikir dan menerka akhirnya Amerta menelfon Akasa yang disambungkan dengan panggilan mobilnya. Amerta mengerut kala panggilan Akasa tidak diangkat,Amerta memutuskan sekali lagi mengontak Akasa dan di nada sambung yang keempat telefon diangkat.

Divisi Media Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang