Media Chapter 14 : Independen

127 20 0
                                    

'Lo tahu nggak gimana rasanya ketika selama ini Lo cuma mengandalkan diri Lo sendiri. Lo nggak tahu gimana caranya meminta tolong,karena selama ini Lo ngelakuin semuanya sendiri...'

-Amerta Kanakita-

###

Amerta menatap pantulan dirinya di cermin,setelah memastikan bahwa riasannya sempurna dia bergegas keluar dengan tas kamera di lengan kanannya. Pagi ini suasana hatinya sedang baik,pasalnya dokter yang menangani sang mama mengatakan bahwa keadaan mamanya mulai membaik dan kapan hari akan bisa diajak kembali ke rumah. Maksudnya bisa dirawat jalan dan bahkan tidak memerlukan suster.

Amerta terpaku diujung tangga kala mendapati pintu rumahnya terbuka dengan seseorang pria paruh baya duduk di salah satu sofa diruang tamu. Amerta menatap pria itu dingin.

"Ngapain Lo kesini ??" Balas Amerta kasar.

"Berani sekarang kamu sama papa ??" Balas pria berjas hitam yang sekarang sudah berdiri berhadapan dengan Amerta.

Amerta memutar kedua bola matanya jengah.

"Setelah kejadian 1 bulan yang lalu saat kau datang kemari dan menghajar ku,aku mulai membuka kedua mataku. Seorang ayah tidak akan melukai putri semata wayangnya dengan bruntal kecuali dia sudah mendapatkan otak tambahan...." Balas Amerta.

Pria berjas itu mengepalkan kedua tangannya dan menatap Amerta yang berdiri dengan dagu terangkat.

"Mau dipukul kamu ?!" Balas pria itu.

"Pukul aja. Kali ini,aku nggak akan diam seperti orang bodoh. Orangtua juga pernah salah,hanya karena mereka lebih tua,bukan berarti anak tidak bisa melawan mereka ketika mereka berbuat salah..." Jelas Amerta tegas.

"Banyak omong kamu!" Balas pria berjas itu dan langsung mengangkat tangan kanannya untuk menampar Amerta,namun tertahan karena Amerta melawannya.

Amerta menahan pergelangan tangan kanan pria itu dan mencengkram nya erat. Baru setelah pria itu nampak kehilangan kekuatannya Amerta menghempaskan nya. Pria itu nyaris akan kembali memukul Amerta kala suara seseorang berhasil mengalihkan perhatian mereka.

"Ata ??" Panggil pria berkemeja hitam.

Akasa. Amerta melirik pada pria didepannya ini yang memutuskan untuk keluar dari rumah selepas mendengar suara Akasa. Tepat didepan pintu,Amerta mengucapkan sesuatu yang berhasil membuat pria paruh baya itu menghentikan langkahnya.

"Jika kau berani masuk lagi ke rumah ini,aku bersumpah demi mama,akan menjebloskan mu ke penjara..." Ujar Amerta tegas.

Setelahnya pria itu berjalan keluar dan mengabaikan tatapan dari Akasa yang nampak terkejut dengan kehadirannya. Belum selesai dengan keterkejutan itu,Akasa dibuat tersentak oleh Amerta yang menepuk bahunya dan memintanya untuk membantu membawa kamera kedalam mobil. Akasa masih mematung jika saja teriakan Amerta tidak membuatnya tersadar.

"Kas,kita nggak punya banyak waktu..." Balas Amerta sembari menata beberapa barang bawaan mereka.

Akasa buru-buru masuk kedalam dan menenteng beberapa barang untuk diangkut kedalam mobil Amerta. Mengenai apa yang dia lihat,itu bisa dia pikirkan nanti. Setelah semuanya naik,Akasa buru-buru menoleh pada Amerta.

"Ta...." Panggilnya kala Amerta memutar kunci untuk menyalakan mesin mobilnya.

Amerta tidak membalas dan hanya berdehem menanggapi panggilan Akasa.

"Yang tadi itu,siapa ??" Balas Akasa takut-takut. Dia tidak mau membuat Amerta tidak nyaman.

"Bokap gue..." Balas Amerta dan langsung mendapatkan respon terkejut dari Akasa. Terlihat dari bagaimana Akasa tersedak entah oleh apa,sebab pria itu tidak sedang makan maupun minum.

Divisi Media Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang