Media Chapter 28 ; Pra Evaluasi

125 18 1
                                    

'Kalian cukup diam besok, biar gue yang tanggung semuanya...'

-Amerta Kanakita-

***

Maraka beberapa kali menghela nafas membuat wanita yang berada disampingnya berdecak tidak suka.

"Ngangkat gajah lo menghela nafas mulu dari tadi..." kesal wanita berambut panjang itu.

"Gue lagi mikir ya Yar, jangan di ganggu..." balas Maraka.

Yara meletakkan kedua tangannya diatas meja dan menatap Maraka.

"Lo mikir soal evaluasi besok gimana ?? Sama kayak lo praktik peradilan semu. Lo jelas akan dimarahi atas semua yang sudah anggota lo lakukan meski lo nggak melakukannya. Itu udah konsekuensi lo sama Jevon buat jadi Ketum Waketum. Lo mungkin akan dibantai sama alumni sehari itu aja atau mungkin beberapa jam aja, setelahnya lo akan melepaskan tanggung jawab lo ke kader yang udah lo sama Jevon kantongi..." jelas Yara.

Maraka sekali lagi menghela nafas.

"Lo nggak mikirin evaluasi kan ?? Lo mikirin gimana nasib Amerta besok kan ??" ujar Yara yang langsung membuat Maraka menghentikan gerakan kisruh nya.

Mendapati diamnya Maraka, Yara jelas faham maksudnya. Dia mendengus pelan dengan gelak sarkas.

"Ah jadi bener, lagi mikirin gimana nasib Amerta besok ??" balas Yara santai.

Maraka kontan mendongak. Menatap kedua netra jernih Yara.

"Lo marah ??" balas Maraka.

"Enggak. Kenapa ?? Kita nggak punya hubungan yang bisa membuat gue cemburu sama lo..." jelas Yara tegas.

Maraka menggeser laptop dan berkasnya.

"Kan gue mau dekat sama lo. Kemarin kan gue udah bilang..." ujar Maraka khawatir.

Ralat. Sedikit khawatir. Yara bisa melihat bagaimana kedua bola mata Maraka bergetar, menandakan dia merasa bingung.

"Gue juga udah bilang kan kemarin, gue nggak mau jadi tempat yang bisa lo pakai kalau lo butuh aja..." jelas Yara.

"Apa gue salah kalau khawatir sama Amerta Yar ?? Gue cuma mikir besok dia diapain sama alumni. Yar, Amerta itu sahabat gue..." jelas Maraka.

Yara menatap kedua manik kelam Maraka. Maraka sendiri meneguk ludahnya pelan kala Yara sama sekali tidak memberikan tanggapan.

"Gue minta maaf..." balas Maraka akhirnya.

Yara menaikkan sebelah alisnya.

"For what ?? Seperti yang lo bilang, Amerta sahabat lo dan gue menerima itu. Gue nggak melarang lo mengkhawatirkan dia, tapi apa lo pernah mikir, dibanding mengkhawatirkan oranglain lebih baik lo khawatir sama diri lo sendiri..." jelas Yara.

Maraka merasa ada satu hal yang tiba-tiba terangkat dari dadanya. Dia merasa lega dan hangat secara tiba-tiba.

"Gue nggak marah pas lo bilang lo khawatir sama Amerta, gue juga nggak kepikiran untuk cemburu sama hubungan kalian, tapi gue minta sama lo untuk mementingkan diri lo sendiri dulu. Adhigana adalah tanggung jawab besar yang lo emban, jadi kalau satu anggota Adhigana membuat masalah, lo juga akan berada dalam masalah. Jadi, dibanding mengkhawatirkan Amerta yang sudah jelas dikhawatirkan oleh orang lain lebih baik lo khawatir sama diri lo sendiri..." jelas Yara.

Maraka berdehem pelan. Menatap Yara dengan bibir sedikit terangkat.

"Lo khawatir sama gue ??" balas Maraka enteng.

Divisi Media Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang