Media Chapter 17 : Pembicaraan Tengah Malam

108 18 6
                                    

'Hidup itu harus dipertaruhkan Kas,ketika Lo nggak mempertaruhkan apapun dalam hidup Lo,Lo nggak akan jadi apapun nanti...'

-Amerta Kanakita-

***

"Jadi semua program kerja kita sudah hampir selesai semuanya. Tinggal seminar editing,kemarin rencana kita ambil di pertengahan periode kan ?? Mungkin bisa habis rapat evaluasi ini,kita mikirin mau bahas soal apa,dimana dan kapan...." Jelas Amerta pada seluruh anggota media.

Malam ini pukul 7 lewat 10 menit, Akasa,Amerta, Yentita,Rara,Tama dan Jerry sudah berkumpul di ruang tamu milik Amerta yang disulap menjadi cafe lesehan ala-ala. Siapa yang mendesain ?? Tentu saja Akasa dan Tama yang menolak untuk pergi keluar karena alasan mager.

"Dibahas sekalian aja ?? Biar besok kalau kita ditanya sama Maraka juga Jevon kita udah ada bahan...." Tawar Akasa.

Amerta mengangguk saja dan menyerahkan pilihan pada anggotanya. Selepas mendapatkan persetujuan dari semuanya,Akasa mulai membuka laptopnya dan mencatat apa saja yang harus dia siapkan.

Pasalnya,diawal periode saat Akasa dan Amerta untuk pertama kalinya bertemu dan langsung dipasangkan sebagai Kadiv dan Wakadiv Amerta sudah langsung menyerahkan seminar editing pada Akasa. Sedangkan Amerta akan mengurus bagian perizinan dan videografi nya.

"Oke,kita kemarin cuma menyepakati Akasa yang akan jadi pemateri. Sekarang gue mau nanya sama kalian kecuali Akasa sama Rara. Siapa diantara kalian bertiga yang mau jadi moderator acara ?? Rara kemarin udah ngambil bagian podcast,jadi untuk seminarnya lain lagi. Kita bagi tugas agar nggak menonjolkan anggota tertentu saja...." Jelas Amerta dan dibalas anggukan oleh Akasa.

"Cowok mungkin ?? Kalau cewek jadi moderator kan udah biasa ya kan ?? Kemarin udah Rara,gantian itu Jerry atau Tama yang unjuk gigi. Masak kalah sama cewek-cewek..." Balas Akasa jenaka.

Tama ikut tertawa.

"Oke-oke,gue aja deh. Atau Lo mau maju Jer ??" Balas Tama.

Jerry menggeleng dengan senyum kikuk.

"Nggak bang,Bang Tama aja. Sumpah bang,kalau gue yang maju terus didepan sana Bang Akas bukannya ngebantu malah ngebuat Bang Akas kelimpungan karena gue se-kriuk itu..." Jelas Jerry.

Semua yang ada disana kontan tertawa. Akasa tidak bisa mengalihkan pandangannya pada hal lain ketika kedua netranya menatap bagaimana tawa Amerta mengudara. Disisi lain dia senang,disisi lainnya lagi dia merasa lega. Artinya,Amerta sudah mulai bisa mengatur diri.

Mendapati raut penuh kekaguman dari Akasa,Tama jelas tidak akan senang. Dengan jahilnya,Tama berdehem dengan sangat keras disamping telinga Akasa hingga wakil kepala divisi media itu tersentak.

"Kedip ngapa Kas,serius amat..." Ujar Tama.

Akasa menatap anggotanya yang lain. Semuanya menatap Akasa dengan pandangan mengejek,sedangkan Amerta,wanita itu memilih membuka soda dan dengan santai meneguknya seakan tidak terjadi apapun didepannya.

"Oke,jadi gue pematerinya,terus Tama moderatornya. Pengamat siapa ?? Atau notulensi mungkin ?? Pake apa enggak enaknya Ta ??" Balas Akasa mengabaikan bagaimana tatapan tengil yang diberikan anggota media padanya.

Amerta mengulurkan sekaleng soda pada Akasa dan diterima baik oleh pria bertahi lalat ganda itu.

"Gue terserah sama Lo. Menurut Lo gimana ?? Karena jujur aja gue nggak pernah ngikut acara seminar editing..." Jelas Amerta.

Akasa nampak menimang.

"Moderator aja deh merangkap jadi notulen sekalian,terus ada pengamat. Jadi nanti pas sesi tanya jawab itu kita ringkas yang biasanya 3 penanya nanti kita kurangi 1 dengan durasi tambahan buat nyoba praktek..." Jelas Akasa sembari tangannya sibuk mencoret-coret di buku catatannya.

Divisi Media Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang