'Real sweet, but I wish you were sober..'
-Yara Kartadinira-
***
Kalau ada hal yang begitu menyakitkan dan membahagiakan adalah ketika Maraka tahu bahwa sahabatnya telah bahagia. Seberapa sering pun Amerta mengelak bahwa dia masih bingung atas rasa yang dia miliki pada Akasa, Maraka akan mengatakan bahwa Amerta memang menyukai Akasa.
Bohong kalau Maraka bilang dia baik. Dari situ juga dia percaya bahwa, tidak ada pria dan wanita yang bersahabat tanpa melibatkan perasaan. Karena pada akhirnya, salah satu atau mungkin keduanya entah pernah saling memendam suka atau salah satunya dan akhirannya kebanyakan tidak akan berakhir bersama as a couple.
Miris. Membaca chat terakhir antara dirinya dan Amerta satu Minggu yang lalu yang membahas mengenai dirinya dan kisah percintaannya. Amerta tahu jika Maraka menyukainya, tapi Maraka tidak bisa melakukan apapun kala bukan dialah orang yang disukai oleh Amerta. Kasarannya, Maraka bisa melawan ribuan orang yang menyukai Amerta, tapi dia akan kalah telak dengan orang yang Amerta suka.
Jadi yaudah. Dia harus menerima konsekuensinya. Dia yang memutuskan jatuh cinta pada Amerta meski dia sadar benar dia akan sakit hati nantinya.
BRAK
Maraka mendongak dari acara melamun nya kala seorang wanita meletakkan tumpukan berkas di mejanya dengan kasar. Keduanya bertatapan, hingga menghadirkan putaran mata jengah dari sang wanita.
"Kalau lo segalau itu karena kangen sama Amerta ya samperin sana. Serahin aja tugas lo ke gue sama Jevon. Jangan uring-uringan disini sendirian, takut banget gue lo kesurupan karena ngelamun mulu..." balas wanita bercepol asal itu dan duduk di sofa ruangan ketua himpunan mahasiswa hukum itu.
Yara.
Ingatan Maraka melayang ke ketikan Amerta yang membahas soal hubungannya dengan Yara. Memang dia kelihatan dekat dengan Yara ?? Menurut Maraka, tidak ada wanita yang digosipkan dengan dirinya kecuali Amerta. Kayak, kalau Maraka tersandung kasus asmara ya pasti orang tahunya dia sama Kadiv Media itu.
Jentikan jari Yara berikan hingga membuat sekali lagi, Maraka tersentak kaget. Yara mendekat dan berdiri didepan Maraka. Meletakkan punggung tangannya diatas dahi Maraka dan membolak-balik nya beberapa kali. Kemudian menggeleng.
"Lo kenapa deh ?? Gue butuh tanda tangan lo, laporan keuangan itu harus ada TTD lo..." omel Yara.
Yara menarik kursi didepan Maraka dan menatap tegas Ketua Himpunan nya itu.
"Dengar ya Maraka Leksmana yang terhormat. Waktu kita tinggal Minggu ini, Minggu depan kita udah evaluasi. Jangan sampai kerja lambat lo ini bikin gue sama Jevon kena eval juga. Cepet baca dan tanda tangani!" titah Yara tegas.
Maraka menurut. Dia berakhir membuka satu persatu berkas yang dibawa Yara tadi. Yara sendiri tidak bisa berhenti mengerutkan keningnya kala mendapati kejadian aneh soal Maraka barusan.
"Lo kepikiran apasih Mark ?? Kalau ada masalah sama himpunan atau hal lain yang mengganggu lo, lo bisa berbagi sama gue atau Jevon sebagai orang yang sering sama lo. Atau mungkin sama Karina selaku bendahara lo. Yang tiap lo ada acara selalu sama kita, jangan apa-apa dipendam sendiri..." jelas Yara.
Yara memang bukan tipe orang yang lemah lembut, dia tipe yang tegas dan ceplas-ceplos. Tapi dia juga peka terhadap hal-hal yang berbeda di sekitarnya.
"Nggak papa. Udah gue tanda tangani semuanya. Ada lagi yang bisa gue lakuin ??" balas Maraka.
Keduanya bertatapan. Yara berusaha membaca apa yang ada didalam tatapan datar dan dingin dari Maraka itu.
"Kayaknya baru lo, orang yang nggak bisa gue baca emosinya. Kedua mata lo sama sekali nggak menunjukkan perasaan apapun. Benar-benar dingin dan datar...." komentar Yara dengan kedua matanya yang masih menatap tanpa kedip kedua netra nyalang Maraka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Divisi Media
FanfictionTentang dua kepala yang berbeda pikiran, hasil dan dampak. Dipersatukan dalam struktur organisasi mahasiswa. Lantas ? Bagaimana nasib divisi yang mereka pimpin ? 'Untuk hasil yang lebih maksimal kita rekaman pake drone. Ini kelasnya milad bukan pro...