Part 8

418 13 0
                                    

Listy betul-betul tidak berangkat. Namun Aidan memaksa untuk berangkat. Obat asam mefenamat  sebagai pereda nyeri sudah dia konsumsi. Dia bisa sekolah jika hanya diam mendengarkan dan mencatat beberapa hal.

Adam selalu ada disekelilingnya. Itu karena Listy menitipkan padanya.

Guru naik ke rooftop, namanya pak Ridwan. Dia ini guru olahraga. Tapi merokok diatas rooftop.

"hai pak" sapa Adam. Aiden sempat khawatir akan masuk BK.

"itu kenapa kamu Den?" tanya Pak Ridwan.

"kecelakaan" jawab Aiden.

"dirampok" ucap Adam menyesap rokoknya dalam kemudian menghembuskannya.

Pak Ridwan diam sambil melihat lapangan olahraga dari atas gedung. Dia menyesap sampai terasa di paru-parunya kemudian di hembuskan perlahan.

"dikeroyok?" tanya Pak Ridwan menatap Aiden. Lelaki itu hanya menjawab dengan anggukan kecil.

Adam melirik sekilas lalu masuk Axe bersama cengenges di bibirnya. Giginya terlihat lalu menutup pintu dan mendekat kearah Adam. Dia meminta rokok dan korek padanya. Percayalah bahwa Axe tidak selalu merokok. Dia ini aslinya punya teman sendiri. Tapi bergaul dengan Adam lebih nyaman ketimbang ketiga temannya yang lain.

Aiden yang tak merokok hanya diam sambil mengambil ponsel. Listy mengirimkan pesan bahwa dia sebentar lagi mendapatkan pelakunya. Baru tersadar jika Listy orang yang serius melakukannya.

"eh gua ada turnamen game nih minggu depan. Ada tiket nih mau ga? Nih klo orang luar bayar 500" ucap Axe mengeluarkan tiket.

Adam melirik tiket itu mengambil satu lalu melihat lokasinya.

"lu kemaren juara berapa?" tanya Adam.

"mana ada juara anjir. Gua mau masuk final gagal" ucap Axe.

Aiden tak paham game. Yang dia tau cuman buku, dan belajar.

Pak Ridwan mengambil satu. Melakukan hal yang sama dilakukan oleh Adam barusan.

"oke semua dateng. Tapi minimal kudu masuk final" ucap Pak Ridwan diangguki Adam. Axe memberikan 2 tiket sisa pada Aiden. Dia menaikan satu alisnya bingung. Tapi dia pikir tak masalah sesekali mendukung teman. Lagipula ini pertama kalinya dia punya teman. Kenapa dua?

"yang satu buat Listy ntar dikata gua ngegay klo ga ngajak Listy anjir" ucap Axe.

~
Listy menghampiri lokasi yang sudah dikirimkan anak buahnya. Masuk kedalam sana. Dipinggangnya sudah ada pistol berisi peluru juga belati kecil.

Saat masuk keruangan yang sudah tak lagi rapi Listy duduk di atas meja billiar dengan kaki menyilang. Anak buahnya memegang tangan setiap pelaku. Mereka memandang murka pada Listy padahal harusnya memandang takut.

Listy tak banyak omong, dia turun dari meja mengambil belati di salah satu lengannya. Memainkannya sebentar lalu menggores wajah Pur. Pipi yang berdarah namun tidak ada teriakan karena menahan perih disana. Lagipula bagaimana caranya teriak kalau mulut mereka semua diikat dengan kain kemudian di lakban kuat.

Gadis itu beralih ke lelaki bernama Dito menendang perutnya sampai lelaki itu membelalak seolah akan memuntahkan sesuatu. Berjalan dengan santai mendekat kearah Erwin, dipatahkan tulang lengan kanannya tanpa basa basi dan dibiarkan begitu saja. Sedangkan Bagus di pukul bagian kaki dan pungging sampai lumpuh seketika karena tulang ekornya patah.

"oh iya, kepala Aiden kemarin lu bikin memar ya" ucap Listy kembalu berjalan kearah Pur. Dia mendongakkan kepala Pur kemudian mundur beberapa langkah. Saat itu juga Listy sedikit berlari dan menendang kepala Pur yang dia yakin akan gegar otak atau kemungkinan buruk lainnya.

"kill him"

Listy memberi closing seperti biasa pada anak buahnya. 4 tembakan terdengar saat Listy sudah ada di parkiran yang bisa dibilang mereka berempat sengaja mengulur waktu agar mereka bisa melihat sorot mata kesakitan dari 4 pelaku.

Percayalah, anak buah Listy juga psikopat.

Pekerjaannya terlalu mudah akhir-akhir ini. Punya anak buah yang handal di banyak bidang. Entah itu hacker, mata-mata, penyamar dan lainnya. Mereka semua ada karena Listy. Gadis itu memberikan penawaran yang baik pada mereka. Tempat tinggal, keamanan, dan hal lain. Segala bentuk kriminal tidak akan terlihat oleh polisi selama Listy ada. Bukan karena dia orang dalam. Tapi karena polisi tidak punya akses ke bawah tanah. Ini pertarungan antar makhluk yang tinggal dibawah tanah bukan diatas tanah. Hukum bahkan belum tercipta.

~
Aiden kembali pulang kerumah. Melihat ayahnya masih ada dirumah dia senang.

"ibumu ga masak karena sibuk ada fitting di butiknya. Kalau mau bisa pesen online" ucap Tian.

"ayah sendiri udah makan?" tanya Aiden.

"belum" jawab Tian sambil merapikan berkas.

"ayah mau kerja lagi?" tanya Aiden.

"ayah cuman ngerapiin berkas aja. Ga kok, udah cukup 4 bulan ini ayah jarang dirumah. Mau makan diluar bareng?" ajak Tian. Aiden tersenyum kemudian mengangguk.

Tian bingung, kenapa anaknya bisa tersenyum semanis itu? Apa yang terjadi selama ini?

Mereka akhirnya makan berdua di restoran dekat rumahnya. Sangat dekat percayalah. Makanan disini makanan berkelas, harganya tinggi tapi sesuai dengan kualitas. Memesan 2 steak dan beberapa makanan lain juga minuman.

Saat semua makanan sudah tersedia mereka makan santai sedikit berbincang. Kehangatan ayah dan anak yang jarang bertemu.

Tak banyak orang yang jadi pengunjung restoran sekalipun makanan ini enak bintang 5. Karena porsinya yang sedikit tapi harga mahal. Itu membuat kantong kering tak mampu membelinya. Daripada buat beli daging 500 gr mending beli mie instan sekerdus.

"ayah mau nanya. Yang kemarin itu pacar kamu?" tanya Tian serius.

Aiden takut jika jujur akan disuruh putus. Lagipula menurutnya dia belum cukup umur.

"i-iya" jawab Aiden.

"oh gitu ya.. Dia lucu tapi keren gitu ngerti ga sama yang papa omongin?" tanya Tian. Jujur saja Aiden paham. Dia hanya bingung harus menjawab apa.

"pas kemarin dateng, ayah sempet ngeliat dia keliatan emosi apalagi pas mau masuk ruanganmu. Jelas banget dia khawatir kayak gagal ngelindungin sesuatu" ucap Tian.

Aiden hanya diam mendengarkan, dia bahkan tak berani menatap ayahnya. Namun Tian mendekati Aiden berganti posisi. Pria itu merangkul anaknya.

"dia cewe tapi mirip cowo ya? Udah dari kapan jadian?" tanya Tian.

"2 bulan lebih" jawab Aiden.

Mata Tian berbinar melihat Aiden yang berubah ternyata karena gadis itu. Selama 2 bulan ini anaknya tak lagi suram. Karena dia sangat membenci dirinya ada didalam diri anaknya. Saat ini anaknya berubah jadi istrinya yang suka sekali tersenyum.

"ajak dia makan dirumah ya?" tanya Tian. Aiden menatap ayahnya. Apa itu tanda restu? Ya iyakah goblok yakali engga_-

Setelah itu hubungan mereka jadi lebih dekat karena obrolan seputar gadis. Ayahnya bercerita tentang dia yang hampir sama seperti anaknya. Kemudian Alecia datang karena melihat Tian sebagai orang yang berbeda diantara kerumunan orang.

Obrolan itu kian menghangat sampai Alecia yang baru saja pulang melihat suami dan anaknya ikut tersenyum dan menghampiri keduanya.

Menonton tv bersama dengan camilan dan sedikit bercerita mengenai pekerjaan Tian saat iklan datang. Keluarga cemara yang bahagia kala malam menghiasi satu langit dengan bintang.

See you next part


My Badgirl |LENGKAP!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang