Part 34

171 5 0
                                    

Jauh dari sekolah seorang lelaki datang merantau ke sekolah lain untuk menjemput kekasihnya. Gadis itu nampak riang senang. Sikapnya yang lucu seperti anak kucing berlari dengan ekor yang naik tanda dia tertarik.

Tangan yang terkait, senyum manis diantara keduanya dan sapuan hangat pada kepala kucing. Mereka selalu bersama, pulang sekolah bersama, setelah sekolah mereka pergi ditempat yang sama, makan makanan yang sama, minum minuman yang sama. Susah senang dijalani bersama.

Hingga disuatu ketika, gadis itu datang ke minimarket yang agak jauh dari rumahnya akibat dia berada di markas dimana ada kakaknya disana. Saat akan keluar dia melihat di depan minimarket ada sebuah taman. Taman biasa yang didalamnya ada kursi untuk duduk dan beberapa permainan seperti ayunan, seluncuran dan ban bekas yang timbul diatas tanah.

Tak sengaja menjatuhkan kantong kresek hingga kaleng minuman jatuh berserakan. Sang kakak bukan diam, dia datang membereskan lalu bertanya mengapa. Belum sempat dijawab ia sudah tau jawaban dari sorot mata adiknya.

Ini bukan seperti yang ia sendiri pikirkan. Karena dia juga sama percayanya. Bagaikan plot twist, kebenaran yang baru saja terlihat membungkam mereka atas baiknya sikap seseorang.

Bersama bertahun-tahun tak menjadi kunci atas keberhasilan hubungan.

Sang kakak masih berpikir positif secara dewasa. Dia mengajak adiknya agar lebih dekat. Sang adik hanya menurut lemah, meski rasa takut menjalar begitu saja ketika semakin dekat langkah kakinya.

"maaf ya sayang, aku juga maunya sama kamu. Tapikan kamu tau sendiri sahabatmu itu gimana"

"aku mau dijemput sekali aja"

"kamu kan satu sekolah sama aku. Kita lebih sering ketemu"

Tak ingin lanjut melangkah karena merasa cukup jelas. Gadis itu terdiam membeku perlahan air mata turun tanpa aba-aba. Sang kakak memilih menenangkan adiknya ketimbang harus mengurus kekasih sang adik yang selingkuh.

Menangis, marah, emosi, adiknya jadi sensitif. Sebentar-sebentar ia menangis. Sorot mata kosong dengan selimut yang menutup sebagian besar tubuhnya.

Keesokannya dia berangkat sekolah. Tidak alasan yang logis untuk tidak berangkat. Cinta tak bisa dijadikan alasan ijin sakit tidak berangkat ke sekolah. Padahal jika dipikir, rasa patah hati itu sama sakitnya seperti seranga jantung.

Ketika pulang kakaknya sudah terlebih dahulu menunggu kehadiran pulang di depan gerbang.

Namun seseorang datang menemuinya, siapa lagi jika bukan kekasihnya. Dia datang bersama sahabatnya. Tidak ada gandeng tangan. Hanya seperti teman. Setidaknya itu kelihatannya.

"ayo main bareng, udah lama kita ga main bareng kan"

"iya sayang, mau kan?"

Tanpa menjawab, mata gadis itu meneliti mereka berdua. Tersenyum tipis.

"kamu sakit?"

"ayo sayang kita pulang aja ya.. Kamu sakit ya? Pucet banget ya tuhan"

Tak sengaja tangan mereka berdua bersentuhan ketika akan menyentuh dahi gadis. Secara reflek gadis itu terkekeh pelan melihat respon mereka.

Sang kakak turun dari mobil. Berniat melabrak namun di tahan sang adik. Memberi pengertian sejenak sampai akhirnya mereka bertiga pulang bersama.

Mobil?
Motor?
Salah.

Mereka pulang dengan angkutan umum bis kota. Menunggu bis di halte pada posisi kekasih gadis itu berada ditengah antara mereka. Lebih banyak diam seakan tak berselera. Sedangkan dua sejoli berbincang pada tawa. Sahabat gadis itu mencubit lengan lelaki sambil tertawa.

My Badgirl |LENGKAP!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang