Bab 50

157 5 3
                                    

Sudah hampir dua minggu. Hari ini diadakan ulangan harian menuju ulangan tengah semester. Namun tak seperti biasanya. Aiden kali ini mendapat nilai yang terbilang kurang memuaskan. Yang biasanya 95-100 kali ini dia mendapat nilai 82. Bukan penurunan yang drastis tapi ini baru nilai bahasa Indonesia. Dia bahkan mati-matian untuk mengerjakannya.

"Aiden, mau konsultasi nilai diruang guru?"tanya guru fisika dengan ramah.

Aiden hanya melirik sekilas tanpa jawaban. Lalu melipat tangan menutup matanya. Dia jadi pemurung, Aiden yang dingin tak tersentuh. Lebih mudah terbakar emosi padahal hal kecil.

"Den mau ke RS ga? Gua sama Axe mau jenguk" tanya Rani saat pulang sekolah.

Aiden merapikan isi tas lalu pergi tanpa berbicara. Dia kemana? Jawabannya ke gedung tua tak berawak. Hanya diam mendengarkan musik, melihat langit atau jalanan yang sepi. Belum pernah dia bertemu siapapun.

"dia, makin hari makin berantakan" ucap Rani pada Axe.

"butuh waktu" ucap Axe tersenyum memberi uluran tangannya.

Pakaian Aiden tak pernah rapi lagi, baju dikeluarkan bahkan rambut acak-acakan. Dia sudah berani merokok, apalagi miras.

Malamnya dia pulang kerumah. Itupun hanya mandi mengganti baju kemudian kembali keluar dari rumah. Tanpa ijin, tanpa pamit, tanpa salaman. Dia melakukan hal semaunya.

Kalian bertanya ia kemana? Jawabannya ada di lokasi geng motor. Memakai hoodie hitam menutup wajah juga kepala. Melihat motor melaju kencang sebagai acara utama. Darimana di tau? Itu saat dia digedung tak sengaja mendengar orang membicarakan lintasan ilegal ini.

Sambil menyesap rokok dia melihat motor berwarna putih strip merah. Orang itu selalu memenangkan pertandingan.

"wey bro, baru gabung?" tanya seseorang merangkul Aiden. Yang dirangkul justru hanya melirik enggan menjawab.

"ikut pasang taruhan ga?" tanyanya.

Aiden tak tertarik, tapi dia hanya ikut-ikutan saja. Memberi selembar pink. Namun ditolak.

"lima bro. Klo menang dapet sepuluh" ucap seseorang itu.

"lima juta?" tanya Aiden. Orang itu tertawa.

"gua Fabian caster disini. Lima ratus ribu, ntar lu dapet sepuluh juta. Itu kalo lu majang" ucap Fabian tersenyum.

Aiden mengambil kembali dompetnya, mengeluarkan uang yang diinginkan Fabian.

"jadi lu mana?" tanya Fabian namun tak dapat jawaban. Lelaki itu mengikuti sorot mata Aiden.

"dia Edel, pilihan yang bagus. Dia emang sering menang. Tapi kali ini taruhannya siapa yang kalah. Goodluck thanks ya" ucap Fabian yang sepertinya menipu Aiden.

Bukannya marah, Aiden mengikuti punggung Fabian yang menyatu keramaian sampai hilang. Dia tersenyum miring.

Arena dimulai terdapat 5 motor.

Edel, ya si pemilik motor putih strip merah
Januar, motornya hitam tapi jika terkena pantulan cahaya ada warna lain seperti ungu ataupun biru
Reksa, paling mencolok karena style rakitan tak bisa dibilang simple
Ken, rambutnya seperti anak punk jadi yang menarik bukan motor tapi style ke fisik
Yang terakhir, siapa? Hoodie hitam, topi hitam, masker hitam. Memang dia masuk list?

Seorang wanita berdiri didepan mereka berlima. Mengibarkan sapu tangan dengan gaya seksi. Begitu dia bersiap, sapu tangan dinaikan diatas kepala lalu turun sebagai tanda dimulainya pertandingan.

Ricuh penonton bersorak, seolah mengabaikan si joki kelima yang tak terdaftar.

Motor maju dengan kecepatan penuh. Saling menyalip ingin mendapatkan hadiah berupa uang senilai. Jalan yang berbelok tajam harus ditempuh, jika bukan profesional mungkin sudah terjatuh. Joki kelima nampak menyalip Ken. Motornya terus melaju kemudian berhasil lagi menyalip Reksa. Ketika jalan tak lama akan berakhir ia berbelok bermaksud memotong jalan. Dan begitu mampu memotong penjoki kelima dan Edel berhadapan. Edel melirik sambil tersenyum, memang sejatinya dia lelaki yang ramah. Bahkan mereka berdua bermain blayer (kek gas gas an gitu paham ga si? Tau ah gabisa jelasin)

Pemenangnya tetap Edel, begitu selesai lelaki itu di kerumuni banyak orang sedangkan penjoki kelima nampak hilang lenyap begitu saja. Padahal Edel ingin berkenalan dengannya.

Jam menunjukkan pukul 1 pagi, Aiden baru pulang ke rumah. Tian sengaja terjaga dari tidur. Menampar Aiden agar anaknya sadar atas apa yang ia lakukan. Bukannya peduli, Aiden justru masa bodoh.

~

Disekolah ulangan masih dilaksanakan. Menjawab tanpa mau berpikir keras. Dia bahkan selesai paling akhir padahal dulu kebiasaannya tak seperti ini.

"yasudah kamu boleh keluar duluan" ucap guru menerima lembar jawab Aiden. Begitu ia keluar, petugas kebersihan tak sengaja menumpahkan air pel ke sepatunya sehingga basah kuyup. Meminta maaf namun Aiden hanya diam melenggang pergi.

"kak, kakak kemarin yang anterin aku. Maaf baru bisa bilang makasih. Ini dari aku sebagai ucapan makasih" ucap adik teman sekelasnya.

Aiden menepis lalu pergi. Dia benar-benar tak peduli.

"kak ini aku beli kemarin kok diterima aja gakpapa"

"gua gakmau!" bentak Aiden merampas lalu membuangnya. Setelah itu dia pergi meninggalkan adik kelasnya yang shock ingin menitikan air mata.

Emmm😐

Sekolah tak lama berakhir, kali ini Adam mengajak Aiden ke rumah sakit namun lagi-lagi Aiden tak menjawab. Dia memakai helm lalu pergi.

Di rumah sakit Zidan nampak emosi kesal atas perlakuan Aiden yang labil. Padahal Listy tak mati, dia masih koma hilang kesadaran.

Selang oksigen di mulut, pendeteksi jantung di jari telunjuk dan dada. Perban yang masih melingkar. Mata terkantup belum ingin terbuka.

Menendang tong sampah depan rumah sakit.

"TUH COWO TOLOL APA GIMANA SIH?! WALAU ADEK GUA KOMA DIA GUA YAKIN BERHARAP KEHADIRAN DIA. EMANG GA SADAR APA SECINTA ITU ADEK GUA SAMA DIA?!" umpat Zidan kesal. Bram menepuk sabar pundak Zidan.

"gedek gua" ucap Zidan.

Setelah mengetahui kabar Listy kecelakaan Aldrich langsung menuju rumah sakit meninggalkan tugasnya. Menatap naar pada keponakan cantik yang kini terbaring lemah tak berdaya. Adapun Bianca menangis sesegukan selama 2 hari.

"permisi dengan keluarga pasien Maria Listy?" tanya perawat. Zidan menoleh mengangguk.

"baru saja pasien dipindahkan ke ruang operasi karena detak jantungnya menurun, diperkirakan ada hal lain yang kurang teliti ditangani. Mohon kesabaran dan pengertiannya untuk tetap di sisi pasien. Kami akan berusaha semaksimal mungkin" ucap perawat menjelaskan.

"baik sus makasih" ucap Zidan lalu perawat itu melenggang pergi.

"telpon Aiden gua gakmau tau dia harus ada" ucap Zidan tegas tak bisa diganggu gugat.

Bram akhirnya menelepon Aiden.

Halo?
Lu dimana? Listy masuk keruang operasi lagi barusan. Lu masih gabisa kesini?
Halo? Lu denger gua? Ini gua Bram. Cewe lu masuk ruang operasi lagi

"sini gua aja yang ngomong" rebut Zidan geregetan.

Heh brengsek, lu kerumah sakit sekarang gua tunggu 1 jam ga kesini ancaman gua bukan main lagi

Telepon dimatikan.

Dada Zidan naik turun. Dia segera ke ruang operasi.






Adekk tidur yuk dek. Masa mau aku boboin?

My Badgirl |LENGKAP!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang