Terdengar suara tangisan yang berasal dari seorang gadis cantik, gadis itu membenamkan wajahnya pada bantal untuk mengurangi suara tangisannya, takut membangunkan orang rumah.
Sudah 1 jam ia menangis dalam kamarnya setelah membaca pesan yang dari ponselnya, ia membaca berulang kali untuk memastikan bahwa ia tidak salah membaca, tapi semakin dibaca semakin juga ia menangis.
Setelah merasa lebih tenang gadis itu duduk sambil menatap ponselnya yang tergeletak di atas ranjang begitu saja, ia berusaha menenangkan dirinya sendiri, berusaha untuk tidak menangis apalagi saat melihat lockscreen-nya.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya berusaha menahan agar air matanya tidak keluar lagi.
"Kenapa tiba-tiba minta putus sih?" Tanya Elora pada ponselnya, lebih tepatnya pada pria yang ada di lockscreen-nya.
Yah, gadis yang menangis itu adalah Elora Khalim, siswi kelas 11 IPA 1 di SMA Wiyarta Dhamma, siswi pintar yang selalu menjadi juara satu, mengikuti olimpiade dan pastinya selalu mendapatkan beasiswa penuh. Selain pintar, Elora juga terkenal dengan wajahnya yang menawan meskipun terkesan dingin, ia termasuk salah satu most wanted di sekolah dan ia baru saja di putusi oleh kekasihnya yang sudah ia pacari 1,5 tahun, Erico Sanjaya, ketua osis yang juga merupakan kakak kelasnya.
Elora sangat tidak mengerti apa yang membuat Erico memutuskannya padahal seingat Elora hubungan mereka selalu baik-baik saja, masa iya karna Erico sudah kelas 12 makanya minta putus? Alasan bodoh bukan sih? Pengen fokus sama UN? Huh semakin di pikirkan semakin Elora menemukan jalan buntu atas alasan ia diputusi, ia sudah menanyakan pada Erico tapi pria itu malah tak membalas, bahkan tak dibaca. Elora tidak bisa seperti ini, besok ia harus bertemu dengan Erico untuk menanyakannya, yah seperti itu lebih baik.
Elora berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar mandi tentunya untuk membasuh wajahnya, dan saat melihat ke kaca ia ingin menjerit sekuat tenaga, matanya bengkak, hidungnya merah, semuanya kacau.
"Gimana gue jumpa Erico besok kalo penampilan gini huh?" Ia berbicara pada dirinya sendiri di pantulan cermin, ia lantas membasuh wajahnya seolah bisa mengurangi kebengkakkan.
Pagi-pagi sekali Elora sudah berjalan menuju kelasnya dengan kacamata bundar dan rambut yang di ikat messy bun, Elora memang punya minus dan 80% dari harinya ia menggunakan kacamata dan hanya menggunakan softlens pada event-event tertentu, ia harus berterima kasih pada kacamatanya karna itu membantunya untuk menutupi kebengkakan matanya.
Elora lantas berjalan dengan cepat menuju kelasnya hanya untuk menaruh tasnya lalu kembali berjalan menuju ruangan osis, tentunya untuk menemui Erico, berpacaran 1.5 tahun mampu membuat Elora tau akan kebiasaan Erico, pria itu akan datang pagi-pagi sekali ke sekolah dan langsung berada diruangan osis khusus untuknya, entah apa yang ia lakukan Elora tidak pernah mencari tau, yah meskipun Elora memenuhi syarat untuk menjadi anggota osis tapi ia enggan, ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk mencari uang. Karna ia bukan berasal dari keluarga yang kaya maka Elora harus berjuang sendiri untuk menabung, yaitu dengan menjadi tutor pribadi bagi beberapa siswa baik yang sd, smp, sma maupun yang setingkat dengannya.
Elora mengetuk pintu ruang osis khusus untuk Erico dan terdengar suara yang familiar dari dalam sana yang menyuruhnya masuk, Elora pun segera membuka pintu dan melihat Erico sedang sibuk dengan berkas-berkas proposal atau apapun itu dihadapannya.
"Ada ap..?" Erico tak menyelesaikan perkataannya saat melihat siapa yang masuk keruangannya, mantan kekasihnya, Elora.
"Aku hanya datang untuk mempertanyakan apa yang membuatmu memutuskan hubungan kita secara sepihak?" Tanya Elora to the point, ia memang bukan gadis yang suka berbasa-basi dan membuang waktu, bukan type-nya.
"Kau tak perlu tau mengenai apa alasannya yang harus kau tau hanya hubungan kita sudah selesai." Ujar Erico tanpa memandang Elora.
"Hubungan dimulai karna 2 belah pihak menyetujuinya dan akan berakhir jika keduanya juga menyetujuinya, bukankah kau juga mengerti akan hal itu?" Elora berhak tau apa yang membuat hubungannya kandas.
"Jadi kau tidak terima dengan keputusanku?"
"Tentu saja tidak, tidak sampai aku tau alasanmu."
"Aku sibuk dan tak bisa fokus pada hubungan kita, hubungan kita hanyalah beban lagipula kau juga selalu tidak ada waktu karna selalu sibuk dengan murid-murid privatemu, jadi tidak ada gunanya kita melanjutkan hubungan kita yang memang sudah hambar, aku tak bisa terus-terusan menjalani hubungan seperti ini, kau dan aku sama-sama tidak memiliki waktu dan pada akhirnya kita hanya akan saling menyakiti terlebih saat minggu lalu kau melupakan janji kita untuk bertemu, aku menunggumu selama 1 jam dan kau tidak datang sama sekali. Jika sudah tak ada yang perlu dibahas mohon keluar, aku masih sangat banyak tugas."
Elora terdiam mendengar penjelasan Erico,memang benar minggu lalu ia sempat membuat Erico kecewa, bukan karna ia lupa dengan janji mereka untuk berkencan tapi karna memang Elora terjebak macet hingga membuat Erico berpikir bahwa Elora tidak datang, begitu gadis itu sampai ditempat janjian mereka Erico sudah tak ada, sebelumnya Elora sudah menghubungi Erico berkali-kali namun ponsel pria itu tidak aktif, keesokan harinya ia sudah menjelaskan pada Erico meskipun pria itu masih kesal tapi permasalahannya sudah selesai dan ia pikir hubungan mereka juga sudah baik-baik saja namun siapa sangka jika seminggu kemudian Erico memutuskannya dan membawa masalah itu lagi, ia tak percaya dengan apa yang ia dengar namun ia tetap membawa kakinya melangkah keluar dari ruangan osis.
Namun baru saja keluar ia sudah bertabrakan dengan dada seseorang hingga membuatnya mundur beberapa langkah sembari memegang kepalanya.
"Aww!" Rintih Elora namun rintihannya itu segera hilang saat melihat siapa yang ia tabrak, Alvaro Vijendra, si bad boy namun otak encer dari kelas 11 IPS 1. Pria yang terkenal dengan ketampanan, kenakalan, kekejaman dan dingin pada siapapun.
"Sorry." Cicit Elora dengan pelan, sungguh ia bukan takut pada Alvaro namun lebih pada sengan dan tatapan Alvaro sangat mengintimidasinya apalagi disini posisinya ia yang salah.
Namun bukannya merespon Alvaro berlalu begitu saja dengan kedua tangan yang masih berada dalam saku, jangan lupakan baju seragam putihnya yang dibiarkan terbuka hingga menampilkan kaos hitam didalamnya, ini masih pagi namun penampilan lelaki itu tidak seperti anak sekolahan.
Siapa yang tidak kenal dengan Alvaro Vijendra, pria kelas 11 IPS 1 yang selalu membuat orang lain takut karna keberadaannya, terkenal badboy karna citranya yang suka berlaku seenaknya namun tak banyak guru yang bisa menghukumnya karna selain ia pintar, pria itu juga merupakan siswa terkaya di sekolahan, tidak, tidak, bisa dibilang se-Asia karna ia merupakan pewaris tunggal dari perusahaan Alpha, perusahaan yang bergerak diberbagai bidang dan pastinya menguasi banyak negara.
Elora pun lantas tak berpikir panjang hanya berlalu kembali ke kelasnya sambil mengelus kepalanya yang masih terasa sakit.
TBC
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge - (Vrene Lokal) - END
Fanfiction"Lo bisa balas dendam, dia bisa lakuin hal itu ke lo dan lo bisa lakuin hal yang sama ke dia, buat mereka menyesal." Elora jadi tertarik dengan perkataan Alvaro, "Gimana caranya?" "Jadi pacar gue, bikin mantan lo itu menyesal karna udah mutusin lo...