Revenge 2

893 140 6
                                    

Putusnya hubungan Elora dan Erico menyebar dengan cepat entah darimana, baru 3 hari mereka putus tapi semua orang disekolahan, baik itu siswa-siswi, guru-guru, petinggi sekolah bahkan satpam, pengurus kantin, dan staff-staff yang lainnya tau, bayangkan seberapa cepatnya berita menyebar, couple goals unggulan mereka sudah kandas.

Elora masih sangat sulit menjalani hari, 1,5 tahun bukanlah waktu yang singkat, sudah banyak hal yang mereka lalui bersama dan ia sendiri tak percaya jika hubungan mereka akan kandas seperti itu, tidak sedikitpun ia berpikir bahwa hubungan mereka akan selesai, ia bahkan sudah sangat dekat dengan keluarga Erico.

Terkadang ia masih suka diam sendiri didalam kamar hanya untuk meratapi hubungannya yang sudah kandas, terkadang juga ia menyalahkan dirinya yang terlalu sibuk untuk mengajar dan mencari uang daripada memperhatikan kekasihnya, oops mantan maksudnya. Tapi apapun yang ia pikirkan sekarang tidak bisa mengubah status hubungannya dengan Erico, beberapa kali ia masih sempat melihat mantannya disekolah namun pria itu terlihat begitu enggan bertemu dengannya, apakah kesalahan Elora begitu fatal bagi Erico? Tapi kesalahan apa?

Lamunan Elora buyar begitu saja saat ponselnya berdenting menandakan ada pesan yang masuk dari aplikasi Line, ia tidak menyimpan nomor kontak pengirim namun ia bisa tau siapa orang itu, Alvaro, terlihat dari foto yang tertera di profile picture-nya, meskipun tidak memperlihatkan wajahnya namun Elora mengenalinya.

"Ke ruang 307." Itu pesan dari Alvaro, ia tidak tau apa maksud pria itu mengiriminya pesan seperti itu namun ia tetap melangkahkan kakinya menuju lantai tiga sambil berpikir untuk apa ia pergi ke sana, 307 adalah ruangan yang digunakan untuk menyimpan piagam, piala, sertifikat kemenangan yang mengatas namakan sekolah.

"Ngapain sih cowo itu nyuruh gue datang?" Tanya Elora pada dirinya sendiri, "Tapi kenapa juga gue mau ikutin?"

Begitu sampai dilantai tiga ia bisa melihat Alvaro sedang berdiri dikoridor tak jauh dari ruangan 307 ia pun langsung melangkahkan kakinya mendekat dan hendak mengeluarkan suara saat Alvaro mengisyaratkan dirinya untuk tetap diam dan tak bersuara, ia heran namun ia juga tak membantah, Elora diam sambil berdiri disamping Alvaro yang sepertinya 20cm lebih tinggi darinya.

Alvaro menunjuk ke ruangan 307 dan menyuruh Elora untuk mengintip dari jendela, Elora tanpa membantah mulai mengintip sesuai dengan instruksi Alvaro, matanya membulat, darahnya mendidih dan ia hendak masuk saat Alvaro dengan sigap menahan tangannya sambil menggelengkan kepala.

"Diam dan dengarkan." Bisik Alvaro dengan tenang, Elora tentu saja tidak terima namun ia juga tidak bisa membantah hingga ia akhirnya hanya diam ditempat sambil memandang kearah dalam ruangan melalui jendela.

Didalam ruangan itu terdapat Erico, mantan kekasihnya bersama dengan Ivana Tanoto, primadona sekolah yang terkenal dengan body-nya yang aduhai, cantik, lemah lembut dan ramah, anggota cheerleaders dan merupakan salah satu siswa terkaya juga selain Alvaro dan Erico. Apa yang mereka lakukan didalam ruangan itu membuat Elora tak terima, keduanya seperti orang yang sedang berpacaran, berpegangan tangan, saling menatap dengan penuh cinta, apalagi setelah mendengar percakapan mereka.

"Kamu yakin hubungan kita akan berhasil?"

"Tentu saja babe, mama tak merestui hubungan aku dengan Elora karna pastinya gadis itu bukan dari keluarga yang sederajat dengan kita."

"Tapi mamamu juga pernah nggak setuju sama hubungan kita."

"Itu dulu mama hanya mengetes, aku baru mengetahuinya beberapa minggu yang lalu, mama bilang ia lebih suka denganmu daripada Elora."

"Kamu sudah putus dengannya?"

"Iya, hubungan kami sudah selesai, bukankah kamu juga sudah mendengar beritanya?"

"Iya, tapi aku hanya ingin memastikan dari mulutmu, jadi kita tak perlu bersembunyi lagi?"

"Tunggu sampai beberapa bulan lagi, kita pasti akan segera go public."

"Aku tak sabar menanti hal itu."

Elora mengigit bibir bawahnya, jadi ini alasan Erico memutuskannya, ia kembali dengan sang mantan, CLBK, wah... pria itu benar-benar, membuat Elora berpikir bahwa ia yang salah tapi nyatanya, pria bajingan yang pencundang dan hanya played victim.

Elora mengepalkan tangannya untuk menahan kekesalannya, ia rasanya ingin menangis, bukan menangis karna sedih tapi menangis karna dirinya yang sudah dibodohi, tapi belum sempat itu terjadi Alvaro sudah menarik tangan mungil Elora untuk menjauh dari ruangan 307 dan membawanya menuruni tangga hingga sampai disebuah taman belakang yang memang sepi.

"Nangis disini kalau mau." Suara berat Alvaro masuk ke gendang telinga Elora.

"Nggak kok, siapa bilang gue mau nangis?" Elora masih tidak mau mengaku.

"Nggak usah sok kuat, keliatan dari wajah sama mata lo, lo tuh udah mau nangis."

Mendengar perkataan Alvato langsung membuat Elora meneteskan airmatanya yang memang sudah ia tahan sedari tadi namun segera ia hapus begitu saja, ia tak ingin terlihat bodoh dihadapan Alvaro.

"Lo tau darimana kalau mereka lagi disitu?" Tanya Elora memberanikan diri karna ini adalah perbincangan mereka yang pertama setelah berada dalam satu sekolah selama hampir 2 tahun, yang hari itu tidak termasuk karna Alvaro tidak mengubris permintaan maafnya.

"Lantai tiga emang wilayah gue." Sahut Alvaro dengan santai dan bahkan tidak menatap Elora sama sekali.

Ah, Elora melupakan fakta itu, Alvaro memang terkenal selalu berada dilantai 3 entah apa yang pria itu lakukan tapi menurut berita yang tersebar dilantai 3 itu Alvaro bisa merokok, bolos, dan melakukan apapun yang ia mau disana bersama kedua temannya.

Elora tak berani bertanya banyak makanya ia hanya menganggukkan kepala, lagipula apalagi yang perlu ditanyakan pada pria itukan.

"Thanks, udah kasih tau gue, setidaknya dengan begitu gue nggak perlu salahin diri gue sendiri." Ujar Elora dengan tulus karna memang ia harus berterima kasih pada Alvaro, jika bukan karna pria badboy ini maka ia akan tetap menyalahkan dirinya sendiri atas kandasnya hubungannya dengan Erico atau mungkin ia masih bertanya-tanya apa penyebab hubungannya selesai.

"Hm, atau lo bisa balas dendam." Sahut Alvaro dengan dingin.

"Hah?" Elora terbengong sebentar.

"Lo bisa balas dendam, dia bisa lakuin hal itu ke lo dan lo bisa lakuin hal yang sama ke dia, buat mereka menyesal."

Elora jadi tertarik dengan perkataan Alvaro, "Gimana caranya?"

"Jadi pacar gue, bikin mantan lo itu menyesal karna udah mutusin lo, lo tau sendiri kalo dia sama gue nggak pernah akur."

Elora menatap Alvaro dengan tatapan bertanya seolah memastikan bahwa pria itu tidak salah bicara dan ia menemukan kesungguhan dimata tajam dan penuh intimidasi milik Alvaro.

"Ah, gue lupa lo pernah pacaran sama Ivana." Ujar Elora setelah mengingat bahwa Alvaro dan Ivana pernah menjalin kasih tak lama setelah ia dan Erico berpacaran dan putus dalam waktu 3 bulan, itulah yang Elora tau dari berita yang tersebar di kelasnya. "Jadi lo juga mau balas dendam sama Ivana yah? Lo belom bisa move on dari dia?"

Bel masuk berbunyi dan Elora belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya hingga Alvaro kembali bersuara, "Gue tunggu diparkiran pas pulang kalo emang lo mau lakuin apa yang gue bilang tadi, kesempatan ini nggak datang 2 kali, pikirin baik-baik." Setelah mengatakan hal itu Alvaro meninggalkan Elora begitu saja di taman belakang.

Elora mau tak mau pun kembali ke kelas sambil berusaha berpikir keras, intinya selama pelajaran berlangsung ia tidak begitu fokus ia masih memikirkan penawaran Alvaro, untungnya ia sudah pintar jadi meskipun tidak begitu fokus ia masih mampu menyerap pelajaran yang disampaikan oleh sang guru.


TBC

Terima nggak nih buat jadi pacarnya Alvaro?

AeilsyIr

Revenge - (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang