Revenge 30

961 124 9
                                    

"Mama, keluar dulu." Usir Alvaro pada sang mama, "Papa jangan masuk." Perintah Alvaro saat melihat sang papa ingin memasuki kamar Elora dengan cepat.

Silvia memandang anak tunggalnya sengit namun wanita baya itu tetap berjalan keluar dari kamar, hal itu digunakan Alvaro untuk memakai pakaiannya dan langsung mengambilkan pakaian Elora yang memang sengaja ditinggalkan di kamar itu.

"Pakai, setelah itu kita keluar temui mama dan papa." Ujar Alvaro dengan lembut.

"Malu, takut juga, mama papa lo pasti mandang rendah gue kan?" Elora takut-takut.

"Nggak, percaya sama gue. Mereka bukan orangtua yang kolot." Alvaro menenangkan Elora dengan mengelus kening wanita pujaannya itu, "Pakai sayang, atau mau gue pakein?"

"Gue pake sendiri." Elora mulai memakai pakaiannya dalam diam karna pikirannya sudah berpatokan pada apa yang akan terjadi kedepannya pada dirinya, apakah orangtua Alvaro akan marah dengannya? Membencinya? Ah, kepalanya semakin pusing.

Elora mendesis saat ia memakai celananya.

"Sakit?" Alvaro berlutut dihadapan Elora dengan khawatir, "Apa gue terlalu kasar?" Tanya Alvaro pelan-pelan.

Elora memerah, "Kita terlalu bersemangat dan terlalu bernapsu." Jujur Elora dengan suaranya yang begitu pelan nyaris tak terdengar.

"Lo terlalu nikmat dan gue suka." Ujar Alvaro kembali membuat Elora salah tingkah.

"Ayo." Alvaro bangkit berdiri dan menarik tangan Elora untuk bangkit, Alvaro bisa melihat bagaimana gemetarnya kaki Elora, wah ia jadi merasa bersalah tapi juga tidak menyesal sama sekali.

"Pelan-pelan saja." Ujar Alvaro.

"Gue takut sama papa mama lo." Cicit Elora memegang erat tangan Alvaro.

"Don't worry, we got this." Alvaro mengencup puncak kepala Elora dengan sayang, ya Tuhan makin baperlah Elora.

Alvaro merapikan rambut Elora untuk menutupi beercak-bercak kissmark dileher wanitanya, meskipun ia bangga tapi tentu ia masih memikirkan Elora yang pastinya merasa malu dan tak nyaman jika orang lain menatap kissmarks itu, lalu keduanya pun berjalan keluar kamar, Alvaro memimpin didepan dengan Elora berjalan pelan dibelakangnya untuk bersembunyi dan kedua tangan mereka masih saling berpegangan.

Elora bisa melihat dengan jelas raut wajah berbeda dan tak terbaca dari kedua orangtua Alvaro yang sedang duduk diliving room, Elora merasa kedua orangtua Alvaro menatapnya tajam, entah itu hanya perasaannya saja atau bukan, oh Tuhan, Elora jadi merasa takut.

"Duduk." Perintah Julian dengan tegas pada keduanya, Alvaro pun mengambil duduk disofa panjang yang berhadapan langsung dengan orangtuanya, lalu dengan perlahan membantu Elora duduk, mati-matian Elora mencoba bersikap biasa dan normal padahal wanita itu sudah menahan sakit karna bergerak terlalu banyak.

"Sepertinya tanpa harus kalian jelaskan pun papa dan mama tau apa yang telah kalian lakukan semalam." Julian membuka pembicaraan.

Baik Alvara maupun Elora hanya bisa diam, Elora menunduk takut sementara Alvaro tetap tenang.

"Kenapa? Kenapa kalian melakukannya?" Silvia memandang tajam anak tunggalnya.

"Elora dijebak oleh pamannya, ia diberikan obat perangsang, pria hidung belang itu berharap dengan memberikan Elora obat perangsang mereka bisa berhubungan sex tapi Elora menghubungiku hingga aku membawanya kabur dan yah seperti apa yang mama dan papa pikirkan, kami melakukannya." Jelas Alvaro tanpa basa-basi.

Julian memijit keningnya karna pening sementara Silvia sudah menatap Elora yang masih menunduk, "Jadi kau memanfaatkan Elora yang sedang bernapsu karna obat perangsang?" Sarkas sang mama.

Revenge - (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang