Revenge 14

667 121 36
                                    

Elora sedang sibuk memilih buku-buku yang ingin ia beli, sudah hampir 1 jam ia habiskan hanya untuk memilih buku, bahkan di tangannya sudah ada 5 novel dan ia masih mau menambah lagi. Jangan tanya dimana Alvaro, pria itu hanya mengantarkan Elora ke toko buku lalu ia pergi, katanya ingin melihat-lihat camera.

Elora akhirnya selesai memilih buku novel yang akan ia beli, dengan langkah pelan ia berjalan menuju kasir, sebenarnya ia masih ingin lama-lama didalam toko buku tapi ia ingat masih ada Alvaro yang menunggunya, terakhir kali ia pergi bersama Alvaro pria itu sudah memasang wajah jeleknya dan Elora harus membujuk pria itu dengan menyogoknya es krim, pria itu mirip sekali dengan anak kecil.

Saat sedang berjalan menuju kasir ia tak sengaja menabrak seseorang karna terlalu fokus pada buku ditangannya.

"Sorry, sorry, sorry." Ujar Elora berulang kali sembari mengambil buku novel yang jatuh dari tangannya lalu bangkit berdiri untuk melihat keadaan orang yang ia tabrak sekaligus untuk meminta maaf dengan baik.

Elora terdiam begitu tau siapa yang telah ia tabrak tadi dan sau yang ia tau pasti, ia tak akan bisa lepas dengan mudah.

"Gue punya salah apa sih El sama lo?" Ivana menatap Elora dengan sinis tak lupa suaranya ia tinggikan sehingga membuat orang-orang yang ada disekitar mereka menatap keduanya.

"Sorry Iv, gue nggak sengaja." Jujur Elora, ia tau ia yang salah disini, ia tak memperhatikan jalan karna terlalu fokus pada bukunya hingga menabrak orang lain.

"Lo sengajakan nabrak gue? Lo udah puas jelekin gue di depan kepala sekolah? Gue tau gue salah udah bikin lo tapi lo nggak berhak buat nyakitin gue gini El." Elora memandang gadis cantik dihadapannya dengan tatapan bingung.

"Gue tau lo pinter dan gue nggak sepinter lo El, tapi lo bisa-bisanya perlakuin gue kek gini." Ivana masih terus berbicara.

"Maksudnya apa sih Iv?" Elora benar-benar clueless tentang apa yang Ivana bicarakan.

"Lo lupa, lo udah cekek gue, ancam orangtua gue buat nggak nyebarin kelakuan busuk lo. Kelakuan lo tuh beda jauh sama kepintaran dan wajah lo El, lo tuh munafik."

"Iv, lo ngomong apaan sih?"

"Lo mau celakain gue kan makanya lo datang ngikutin gue kesini? LO nggak terimakan dengan hukuman yang lo dapet dari sekolah, El lo tuh salah, lo harus terima apapun hukumannya. Please El, gue minta maaf udah pernah nyakitin lo, please lo jangan sakiti gue lagi. please El, gue mohon banget." Ivana bahkan sudah menangis hingga membuat Elora merasa aneh tapi ia juga masih mencoba menenangkan Ivana.

"Iv lo kenapa?" Elora mencoba mendekat.

"Please El, jangan deketin gue, gue takut sama lo, pleaase El, NO!" Ivana semakin histeris hingga membuat orang-orang disana memandang tak suka pada Elora, mereka bisa menilai bahwa Elora adalah antagonis disini apalagi dengan wajah Elora yang mendukung, wajah dingin, judes, dan mengintimidasi, sedangkan Ivana sudah memelas, menangis ketakutan.

"Ivana." Panggil Elora mencoba menenangkan Ivana lagi.

"Mbak jahat banget sih."
"Duh, muka aja cantik kelakuannya minus."
"Sekarang emang bully itu udah dimana-mana yah."
"Mbak, kok gitu sih sama temennya?"
"Yaampun tega banget sampe bikin anak orang nangis."
"Nih cewe apa nggak pernah diajari tatakrama kali yah, makanya kelakuannya suka-suka."
"Nggak punya orangtua kali."
"Oh, ini kan anak Wiyarta Dhamma-kan? Yang pinter itu, ya Allah ternyata kelakuannya bejat banget yah."
"Cuma menang pinter doang kelakuannya jelek banget."

Cemooh-cemoohan dilontarkan oleh orang-orang sekitar terutama perempuan, baik usia dewasa, anak muda, tak terkecuali bahkan banyak orang sudah merekam kejadian itu diaman Ivana menangis dan elora yang mencoba mendekat tapi karna diambil dari sudut angle yang berbeda maka seperti Elora hendak mencelakakan Ivana.

Revenge - (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang