Alvaro terbangun saat merasakan tubuh Elora yang semakin menghangat, ah demam wanita dalam pelukannya ini belum sembuh ternyata, mengingat apa yang telah mereka lakukan beberapa jam yang lalu tentu membuat Elora akan semakin sakit, Alvaro jadi merasa bersalah tapi tidak menyesal sedikitpun.
Alvaro tak akan pernah melepaskan Elora lagi, tidak sekalipun, Elora hanya miliknya dan ia hanya milik Elora.
Alvaro memandang Elora yang tidur dalam pelukannya, ia memandang wajah ayu Elora yang tampak kelelahan juga karna sedang sakit, lalu matanya tertuju pada leher Elora yang terdapat beberapa bercak kissmark, tak hanya di leher sebenarnya, dibagian dada, pundak bahkan punggung mulus Elora juga sudah terdapar bercak-bercak kissmark karyanya saat mereka sedang having sex tadi, Alvaro bangga tentu saja.
Pelan-pelan Alvaro melepaskan pelukan Elora pada tubuhnya agar wanita itu tidak terbangun, ia hanya ingin mengambil bye-bye fever agar bisa digunakan untuk meredakan demam Elora.
Alvaro menatap kamar yang digunakan Elora, berantakan, ia bahkan terkekeh kecil mengingat apa yang mereka lakukan tadi, karna Elora dalam pengaruh obat perangsang yang pastinya dalam dosis tinggi membuat mereka terus bermain tanpa henti meskipun Alvaro sendiri melihat bagaimana kelelahannya Elora tapi wanita itu masih tak bisa berhenti.
Mereka melakukannya dengan berbagai posisi, WOT, MOT, doggy style, twisted spoon, posisi duduk, berdiri. Bahkan bukan hanya diatas ranjang, mereka bermain dilantai, menempel pada dinding, diatas meja rias, dan yang terakhir mereka bermain di kamar mandi sebelum membersihkan diri untuk tidur.
Jika ditanya mana yang Alvaro suka? Semuanya, semuanya Alvaro suka, asalkan dengan Elora. Alvaro akhirnya memutuskan untuk mengambil bye-bye fever dan memakaikannya pada Elora, ia melihat jam pada ponselnya, jam 5.30 pagi, huh sepertinya Elora dan dirinya tak bisa pergi kesekolah, apalagi Elora yang sudah sakit malah makin sakit ditambah dengan wanita itu sudah tidak bisa berdiri dengan baik, kakinya sudah seperti jelly dan gemetaran, lebih baik mereka di rumah istirahat.
Alvaro pun lantas kembali menaiki kasur, berbaring disamping Elora dan membawa wanita itu kedalam pelukannya, Alvaro mencium kening Elora penuh sayang sebelum memejamkan mata ikut ke dalam alam tidur.
Elora baru bangun saat sinar matahari masuk dari celah-celah jendela menyinari wajahnya, ia merasakan tubuhnya begitu nyaman dalam pelukan seseorang tapi juga merasa sakit serasa tubuhnya remuk semua, Elora membuka matanya dan langsung berhadapan dengan dada kokoh Alvaro.
Elora menggigit bibir bawahnya kecil, sekelibat bayangan mereka sedang bergulat panas semalam membuat wajahnya memerah karna malu tapi jika boleh jujur ia sama sekali tidak menyesal melakukannya dengan Alvaro, meskipun mereka melakukannya karna obat perangsang yang tak sengaja ia minum tapi Elora tetap menyukai pergulatan mereka dan ia berharap Alvaro juga seperti itu, katakanlah Elora naif tapi ia berharap hanya ia satu-satunya wanita yang akan menikmati tubuh Alvaro sekarang dan kedepannya, begitu juga sebaliknya.
Ngomong-ngomong soal satu-satunya, Elora jadi kepikiran dengan Alvaro yang menyimpan kondom didompetnya, like why? KEnapa pria berusia 17 tahun yang masih sekolah itu sudah menyimpan kondom, apa selama ini Alvaro berjajan dimana-mana? Tiba-tiba saja ia merasa tak terima jika Alvaro pernah bermain dengan wanita lain diluar sana, tapi ayolah El, kan status kalian belum jelas ini.
Elora terus sibuk dengan pemikirannya tanpa sadar Alvaro sudah terbangun dan menatap wajah Elora yang terlihat seperti orang banyak pikiran itu. Alvaro merapikan helaian rambut yang berada diwajah wanitanya dengan lembut tapi justru karna sentuhan itu Elora jadi tersentak kaget dan baru menyadari jika Alvaro sudah terbangun.
"Memikirkan apa hm?" Alvaro bertanya dengan suara khas bangun tidur, pria itu memang sudah memiliki suara berat tapi karna baru bangun tidur suara itu semakin berat and terdengar eeerrrhhhh seksi ditelinga Elora.
"Lo nyimpan kondom buat apa?" Tanya Elora pelan-pelantak berani menatap Alvaro dan dengan santainya ia memainkan jari lentiknya didada Alvaro membentuk pola-pola abstrak.
"Itu hadiah ulang tahun dari 2 curut waktu gue 17, nah yaudahlahkan gue simpen aja di dompet buat jaga-jaga siapa tau butuh, kan beneran kepakekkan." Jelas Alvaro tanpa malu sedikit pun, "Kalo yang lo pikirin gue pernah main sama cewe lain, buang pikiran lo jauh-jauh, lo yang pertama dan gue bahagia karna gue juga yang pertama buat lo."
Elora memandang Alvaro untuk memastikan, "Beneran gue yang pertama? Kok kayaknya lo udah ahli banget."
"Sex itu pakai insting sayang, emang udah tertanam diotak apalagi gue cowo dan gue pasti nonton bokep, jadi yah sekaligus belajar, nah baru semalem bisa praktek. Jadi menurut lo gue ahli? Lo emang puas sama yang semalem? Keliatan sih dari lo yang entah udah klimaks berapa kali. Hentikan sayang atau lo bakalan gue serang lagi." Alvaro menghentikan jari Elora yang menari indah didadanya, bisa-bisa mereka kembali bergulat, Alvaro tentu saja mau tapi ia masih punya akal sehat, Elora sudah cukup lelah dan mungkin untuk berjalan saja wanita itu sudah kesusahan mengingat semalam adalah yang pertama bagi mereka tapi mereka sudah bermain sampai berjam-jam dengan berbagai posisi.
Elora menutupi wajahnya dengan malu, padahal bukan begitu maksudnya tapi yah memang Alvaro ahli dalam hubungan ranjang dan ia benar-benar menikmatinya bahkan candu.
Keduanya masih sama-sama diam menikmati waktu bersama sambil berpelukan.
"Ceritain ke gue gimana lo bisa berakhir dengan obat perangsang itu." Alvaro mengelus punggung telanjang Elora menggunakan jari-jarinya dengan begitu lembut.
Elora diam sebentar sebelum akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Alvaro, beberapa kali pria itu menahan amarahnya terlihat dari rahang Alvaro yang mengeras.
"Gue nggak mau lo tinggal disana lagi." Perintah Alvaro yang tak bisa diganggu gugat.
"Gue juga pengen tapi gue masih sekolah jadi nggak bisa pergi gitu aja, gue masih punya waktu 1 tahun sebelum akhirnya tamat dan pergi dari rumah itu."
"Lo tinggal disini, sama gue."
"Gila lo, kita nggak ada hubungan apa-apa mana bisa tinggal bareng, lagian orangtua lo juga belum tentu setuju."
"Lo lupa, gue udah bilang semalam, begitu gue tidurin lo disaat itu juga lo udah milik gue seutuhnya, untuk sekarang dan seterusnya, you're mine El, you said that too." Alvaro berujar dengan begitu yakin hingga membuat Elora tanpa sadar tersipu, "Soal orang tua gue...." Belum selesai Alvaro berbicara tiba-tiba pintu kamar yang Elora tempati dibuka dan menampilkan Silvia yang memandang kedua insan yang sedang berpelukan sambil ditutupi selimut, sudah bisa dipastikan mereka telanjang dibawah sana, apalagi saat melihat bekas kissmark di leher Elora yang terlihat sangat jelas.
"MAMA! Ketuk pintu dong. Lagian kenapa balik tiba-tiba sih ma? Bukannya mesti 1 minggu lagi?" Keluh Alvaro sambil menyembunyikan Elora dalam pelukannya sedangkan Elora memang langsung menyembunyikan tubuhnya dengan selimut.
"Ya Tuhan papa!" Jerit Silvia memanggil suaminya.
TBC
Nah loh ketauan gini, wkwk
btw guys, ini cerita aku nulisnya di publik jadi kalo ada yang nggak nyambung maklumi, next kalo sempet aku revisi, enjoy guys. Since semalem aku udah updated sampai 4x malam ini skip double up yah.
Love ya,
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge - (Vrene Lokal) - END
Fanfiction"Lo bisa balas dendam, dia bisa lakuin hal itu ke lo dan lo bisa lakuin hal yang sama ke dia, buat mereka menyesal." Elora jadi tertarik dengan perkataan Alvaro, "Gimana caranya?" "Jadi pacar gue, bikin mantan lo itu menyesal karna udah mutusin lo...