Revenge 20

714 127 25
                                    

Tidak seperti ciuman yang dilakukan oleh Erico padanya, ciuman yang diberikan Alvaro membuatnya terlena bahkan ia sudah memejamkan matanya menikmati kecupan lembut dari bibir Alvaro. Alvaro benar-benar lembut dalam memperlakukan Elora, pria itu memperlakukan Elora seperti guci antik yang perlu perhatian lebih dan jika diterlalu gegabah akan hancur. Alvaro mulai memanggut bibir Elora setelah sebelumnya hanya menempel dalam diam, ia mengelus pelan pipi dan juga leher Elora sebelum memasukkan lidahnya kedalam mulut Elora.

Elora merasa kaget tapi ia juga tak menolak, ada suatu perasaan yang berbeda, perasaan yang membuatnya merasa nyaman akan apapun yang dilakukan Alvaro padanya. Bahkan ia tanpa sadar sudah membuka mulutnya membiarkan lidah Alvaro masuk dan bermain dengan miliknya, Elora benar-benar merasa ini salah, ini tak seharusnya terjadi pada mereka yang hanya dalam hubungan bohongan tapi ia juga tak punya niatan untuk menolak, tidak sedikit pun, tidak seperti saat ia dan Erico tadi.

Alvaro mengecup bibir Elora dengan lembut sebelum melepaskan ciuman mereka, belum sempat Elora bernapas lega ia sudah merasakan bibir hangat Alvaro menyentuh lehernya, lebih tepatnya pada bekas hisapan Erico pada lehernya tadi, Elora tentu memekik kaget apalagi saat Alvaro menarik pinggangnya dan membawanya keatas pangkuan pria itu, Elora bahkan harus berpegangan pada bahu Alvaro, ia juga tak menyadari jika rok seragamnya terkesiap.

Alvaro memberikan hisapan lembut pada leher Elora, napas berat dan hangat milik pria itu menerpa lembut kulit leher Elora sampai membuat Elora merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya, ini nikmat.

"Ahhhh..." Desah Elora tanpa sadar hingga membuat Alvaro menggerang, detik berikutnya Alvaro sudah melepaskan hisapannya pada leher Elora.

Wajah Elora memerah apalagi saat ia bertatapan dengan mata Alvaro, oh Tuhan dia sungguh malu, untuk itu ia kembali menundukkan kepalanya, apalagi ia merasakan sesuatu yang terbangun dibawah sana, Elora anak IPA tentu ia tau apa yang terjadi pada pria yang sedang ia duduki ini.

Alvaro menyelipkan helaian rambut Elora kebelakang telinga gadis itu hingga membuat Elora semakin salah tingkah dan malu.

"Jangan mendesah, lo bisa bikin gue lepas kendali." Alvaro meletakkan tangan kanannya ke pinggul Elora dan mengelusnya pelan dari luar seragam.

"Cowo itu apain lo lagi?" Alvaro kembali bersuara.

"Ha?" Elora memberanikan diri untuk menatap Alvaro lagi.

"Erico apain lo lagi selain cium bibir lo sama leher?"

"Kenapa emangnya?" Elora tak mengerti kenapa Alvaro harus tau tentang yang lainnya.

"Gue mau hapus jejak cowo itu ditubuh lo." Jawaban Alvaro membuat Elora membulatkan matanya, nope, nope, pria dihadapannya ini tak boleh tau jika payudaranya sudah pernah diremas oleh Erico, tidak, ia tak mungkin membiarkan dirinya dilecehkan lagi, tapi bukankah tadi ia juga baru saja berciuman dengan Alvaro? ARGHHHH... pusing.

Melihat Elora tetap diam membuat Alvaro kembali menghisap leher Elora di bagian yang lain, menghirup aroma tubuh Elora yang ia sukai, menjilatnya dengan sensual sampai Elora kembali bereaksi mengeluarkan suara desahannya. DAMN IT! Suara Elora benar-benar menaikkan libidonya.

"Katakan dimana ia memegangmu lagi." Perintah Alvaro selagi menjilati leher mulut Elora yang sudah bukan hanya ada satu bekas cupang tapi ada tiga.

Elora menggelengkan kepala sambil mencoba menahan desahannya dengan tangannya.

"Jangan berbohong sayang." Alvaro melepaskan tangan Elora yang menutupi mulutnya, bisa Alvaro lihat bahwa gadis itu sudah memerah karna malu, salah tingkah dan bernapsu hingga tanpa sadar ia menaikkan sebelah bibirnya tipis, Eloranya sungguh seksi.

Alvaro memainkan jari telunjuknya diatas tubuh Elora dengan sensual, "Disini? Disini? Disini? Disini? Katakan sayang." Alvaro menunjuk beberapa bagian tubuh Elora sambil menganalisa perubahan ekspresi Elora dan ia langsung tau dimana Erico menyentuh tubuh yang hanya miliknya ini.

Tapi bukannya menyentuh seperti apa yang Elora dan kalian pikirkan, Alvaro hanya memandang payudara Elora yang masih tertutup rapat oleh bra dan seragam juga wajah Elora bergantian.

"Gue nggak akan nyentuh lo kek dia, gue nggak bakal nyentuh lo sampe lo sendiri yang minta." Ujar Alvaro dengan tenang dan ia juga bisa melihat perubahan wajah Elora yang menjadi lebih lega, ia terkekeh kecil sebelum mengecup sekilas bibir Elora dan kembali mengangkat tubuh ringan itu dari tubuhnya.

"Lo masih mau gue disini temani lo?" Tanya Alvaro dengan nada menantang setelah menidurkan dan menyelimuti Elora.

Dengan cepat Elora menggelengkan kepalanya tanda bahwa Alvaro sudah tidak dibutuhkan diruangan itu, mana mungkin ia membiarkan Alvaro masih tetap berada diruangan yang sama dengannya setelah kejadian tadi, bisa-bisa ia kehilangan kendali dan berakhir dengan ena-ena.

Alvaro terkekeh kecil lalu mengelus puncak kepala Elora sebentar, "Tidurlah, istirahat, jangan pikirkan apapun. Pria itu tak akan kubiarkan hidup tenang." Lalu Alvaro keluar begitu saja meninggalkan Elora yang masih belum tenang, maksudnya detak jantungnya, napsunya, pikirannya, semuanya. Yah gimana bisa tenang, hubungan mereka cuma bohongan lo, kok sampe cium-cium, cupang-cupang, nanti baper gimana.

"Sadar El, semua cuma boongan, astaga sadar, jangan baper." Elora menepuk kepalanya berulang kali untuk menghilangkan pikiran-pikiran kotor dan penuh keromantisan dalam otaknya.

"Zingibir officinale rosc itu jahe, mangifera indica itu mangga, curcuma longa linn itu kunyit, ......" Elora berusaha menghafalkan nama-nama latin untuk menghilangkan pikiran-pikiran kotornya.

Lalu tiba-tiba pikirannya kembali melayang pada Alvaro yang memanggilnya sayang tadi, buyar sudah konsentrasi Elora pada bahasa latin, sekarang ia jadi sibuk dengan bahasa sayang.

Elora menjambak rambutnya frustasi, "Sayang, sayang, oh Tuhan dia manggil gue sayang, inget El cuma boongan, boongan, boongan, tolong jangan baper. Nggak gue nggak baper, gue nggak mungkin baper sama dia, kita cuma saling membutuhkan, iya bener. Tapi dia manggil sayang, cium-cium gue, gimana nggak baper coba?" Elora bahkan sudah bangkit berdiri dan berjalan bolak balik dalam kamar.

"Nggak, gue tuh cuma tadi kebawa suasana aja dan pasti dia juga makanya dia bisa manggil gue sayang, pastinya, iya cuma kebawa suasana, gue yakin itu. Fix gue mesti jaga jarak sama dia kalo nggak gue baper terus bisa habis gue, apalagi kalo cuma baper sendiri, nggak bisa gini, nggak bisa." Elora terus-terusan berbicara sendiri sambil memegang bibir bekas ciumannya dengan Alvaro tadi, ralat, bekas bibirnya yang dicium Alvaro maksudnya, ia tidak mencium pria itu kok, dia cuma membuka akses agar lidah Alvaro bisa masuk, loh kok? ARGHHHHHH!!!! Elora berjongkok sambil meremas rambutnya dengan dramatis dan frustasi.


TBC

Ada yang ikut frustasi kaya Elora?


AeilsyIr

Revenge - (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang