"Seru yah filmnya tadi."
"Seru? Coba jelesin emang tadi filmnya soal apa?" Elora memandang pria itu sambil menyipitkan matanya.
"Soal mahasiswa yang pergi KKN-kan?"
Elora memandangnya tak habis pikir, "Lo tuh begitu masuk theatre, iklan belom kelar lo udah tidur ya, bisa-bisanya ngomong filmnya seru."
"Ya lo nggak tau aja, gue tidur juga gue ngerti itu film soal apa, gue tidur juga otak gue kerja." Bangga Alvaro.
"Kasian yah otak lo, lagi tidur juga masih kerja bakti." Ejek Elora lalu berlalu begitu saja sedangkan Alvaro menyusul gadis itu dari belakang, yah memang sepanjang film diputar tadi ia tidur, ia lelah dan matanya juga tak bisa diajak berdiskusi, sungguh berat.
"Jangan cepet banget jalannya, tungguin elah, lo cepet jalan juga kunci mobil masih sama gue." Omel Alvaro pada Elora yang berjalan didepannya terlalu jauh.
"Gue udah kebelet begok, gue ke toilet dulu." Elora melangkahkan kakinya menuju toilet.
"Kenapa nggak di cinema tadi bloon." Omel Alvaro tapi tak dihiraukan Elora.
Mau tak mau Alvaro pun menunggu tak jauh dari toilet sambil memainkan ponselnya. Tak butuh waktu lama Elora sudah keluar dari toilet dan segera menghampiri Alvaro.
"Dah?" Tanya pria itu.
"Dah." Sahut sang gadis singkat.
Lalu keduanya pun berjalan bersisian, "Lo masih mau kemana-mana nggak?" Tanya Alvaro sambil memandang jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9.30 malam.
"Nggak ah, balik aja, lagian lo tadi udah tidur, lo pasti capek banget habis latihan terus mesti bawa gue pergi nonton."
"Lo nggak mau nginep?"
Elora langsung menatap Alvaro tajam, "Ngapain nginep?"
"Kayak kata bibi lo."
"Omongan bibi lo percaya."
"Lagian bibi lo seneng banget kalo lo keluar sama gue, sampe nyuruh lo nginep, aneh-aneh aja."
"Bibi kan mikirnya lo beneran pacar gue, terus lo berduit yah bibi suka lah. Wangi duit lo yang bikin bibi klepek-klepek." Ujar Elora dengan santai.
"Oh, jadi kalo tadi gue nggak berduit bibi lo nggak demen?"
"Meneketehe, nanyak bibi sonoh." Sewot Elora.
"Kok lo nyolot sih?"
"Lagian pertanyaan lo itu buat bibi bukan buat gue."
"Kalo lo?"
"Berduit lebih baguslah daripada nggak berduit, tapi yang paling penting cowo tuh harus pinter dan rajin kerja sama tau cara kelola duit yang bener. Perkara kaya atau nggak, sama aja kalo nggak pinter kelola sampek akhirnya miskin juga."
"Oh, jadi gue mesti pinter kelola duit, santai, santai gue ngerti begituan kok, anak IPS gitu, teros gue pewaris tunggal jadi masa depan lo terjamin sama gue."
"Kok gue?"
"Loh, kan lo cewe gue."
"Kan kita boongan Kang Alvi."
Alvaro langsung membekap mulut Elora cepat-cepat sambil melihat ke sekeliling, "Mulut lo itu, lemes banget sumpah."
"Sorry sorry sorry." Ujar Elora penuh penyesalan, memang mereka setuju untuk tidak membahas hubungan boongan mereka di publik.
"Kalo ketauan lo yang rugi ogeb." Cibir Alvaro hingga Elora memajukan bibirnya.
"Majuin terus tuh bibir biar kalah si bebek." Elora menatap pria itu sinis tapi yang di tatap malah hanya merangkul bahunya sambil herjalan tanpa rasa bersalah menuju mobil.
Alvaro menghentikan mobilnya tepat didepan rumah Elora, tapi gadis itu tak kunjung turun hingga membuat Alvaro memandang kesampingnya.
Gadis itu tengah tidur ternyata terlihat dari kepalanya yang bersandar pada kaca jendela.
"El." Panggil Alvaro pelan namun Elora tak kunjung membuka mata.
"El." Kali ini Alvaro menyentuh lengannya tapi tetap tidak bangun.
"El." Alvaro meninggikan suaranya sedikit sambil mengguncang tubuh gadis itu hingga membuat Elora tersentak.
"Kenapa? Kenapa?" Panik Elora.
"Lo tidur mirip orang mati." Cibir Alvaro.
"Oh udah sampe." Ujar Elora begitu menyadari keadaan.
"Oh idih nyimpi. Buru turun, udah jam 11 njir." Maklum saja perjalan malam macet apalagi ini malam minggu banyak kendaraan dijalan baik itu bersama keluarga, teman, pacar maupun yang jomblo memenuhi jalanan.
"Yaudah deh, lo baliknya hati-hati." Elora menyampirkan totebag-nya lalu hendak turun.
"Gue mesti nganterin lo depan pintu nggak?"
"Buat apa? Lo mau jadi pengawal?"
"Nggak gitu anjir, maksudnya ini anak gadis orang gue bawa jalan sampe jam 11 baru nyampe rumah, gue turun at least bisa jelesin."
"Nggak usah elah, lo kan denger sendiri bibi ngomong apa tadi. By the way besok jangan lupa, gue mesti ke toko buku."
"Lo hobi banget ke toko buku? Kerja aja sono setiap minggu ditoko buku."
"Lo pikir gue nggak mau? Udah ah, reseh lo. Bye." Elora langsung turun begitu saja dari mobil dan masuk ke dalam rumah, sementara Alvaro memastikan jika gadis itu sudah masuk baru menjalankan mobilnya menjauh dari rumah Elora.
———
Sesuai permintaan Elora, jam 10 pagi pria itu sudah bersama Elora menuju supermarket untuk meminta ijin seperti biasa, tapi kali ini Elora tampak berbeda gadis itu menggunakan terusan midi juga tak menggunakan kacamatanya, rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja.
Mata Alvaro tak lepas dari mata paman Dhani, pria itu memandang Elora dengan damba, Alvaro tau itu, ia bisa mengartikan tatapan mata pria baya itu yang tak pernah lepas dari kaki Elora, padahal Elora menggunakan midi dress yang hanya menampilkan kakinya 1/4, Alvaro akui Elora memiliki kaki yang seputih susu dan mulus tapi ia juga bukan seorang pria telanjang yang terus memandang kaki indah itu penuh damba, ayolah Alvaro tidak sebejat itu.
Begitu mendapatkan ijin dari bibi Anita, keduanya langsung keluar dari supermarket, tentu saja hanya sang bibi yang mengijinkan karna sang paman pasti selalu memberikan tentangan.
"Tumben lo pakek dress."
"Jelek yah?" Elora memandang kebawah kearah dress yang ia kenakan, ia bukan menggunakan dress untuk pesta-pesta, bukan, yang ia gunakan hanya dress santai, cocok untuk cuaca hari ini yang panas.
"Beda aja." Jawab Alvaro seadanya karna memang Elora tak pernah keliatan jelek, tidak sedikit pun. Eh! Eh? Kok? Lupakan.
Keduanya pun berjalan menuju mobil dan segera berkendara menuju toko buku biasa yang Elora datangi dalam keheningan.
Toko buku adalah tempat terakhir yang akan didatangi oleh Alvaro jika ia boleh jujur, secuil pun tak ada dalam benaknya akan menapakkan kakinya ke dalam toko buku, tidak sedikit pun, tapi ini demi janjinya dengan Elora.
TBC
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge - (Vrene Lokal) - END
Fanfiction"Lo bisa balas dendam, dia bisa lakuin hal itu ke lo dan lo bisa lakuin hal yang sama ke dia, buat mereka menyesal." Elora jadi tertarik dengan perkataan Alvaro, "Gimana caranya?" "Jadi pacar gue, bikin mantan lo itu menyesal karna udah mutusin lo...