Revenge 15

700 125 15
                                    

Alvaro langsung membawa Elora menuju rumah sakit milik keluarganya, ia masih bisa melihat Elora bernapas tapi gadis itu tak bersuara ataupun bergerak, kedua mata gadis itu sudah tertutup. Ia panik tentu saja tapi ia tetap berusaha tenang karna kepanikkan justru membuat semuanya kacau.

Pria itu menjadi multitasking seketika dimana ia menyetir sembari memastikan Elora baik-baik saja juga menelepon dokter pribadinya untuk siap sedia di rumah sakit.

Begitu Alvaro tiba di rumah sakit dengan sigap ia langsung mengendong Elora masuk yang memang sudah ditunggu oleh dokter pribadinya.

"Obati dia dan tolong lakukan CT scan, MRI scan, apapun." Titah Alvaro yang sebenarnya tak perlu karna sang dokter tentu akan melakukannya.

Elora langsung dibawa ke ruangan untuk diobati oleh sang dokter meninggalkan Alvaro yang masih berdiri memandang pintu ruangan tempat Elora diobati yang sudah tertutup.

Tanpa membuang waktu Alvaro langsung menghubungi pihak mall untuk memeriksa CCTV lalu ia menelepon orang yang biasa membantunya untuk mencari informasi untuk mencari semua hal yang berhubungan dengan wanita yang menghajar Elora tadi. Ia tentu tak tau apa yang sebenarnya terjadi tapi satu hal yang pasti Elora bukan gadis yang memulai pertengkaran duluan.

Pintu ruangan tempat Elora di obati terbuka dan keluarlah dokter paruh baya yang memang merupakan dokter pribadi keluarga Vijendra.

"Gimana keadaannya dok? Apa cederanya begitu serius?" Alvaro bertanya tanpa basa-basi.

"Tidak ada cedera yang serius, nona itu hanya mengalami shock mungkin karna kepalanya terhantam tiba-tiba tapi untuk hasil yang lebih pasti kita harus menunggu hasil scan-nya." Jawab dokter itu menenangkan Alvaro.

"Lalu apakah ia sudah sadar?"

"Belum, ia masih tertidur sekarang mungkin baru akan sadar beberapa jam kedepan, luka pelipisnya sudah saya obati. Jika hasil scan baik maka ia bisa segera pulang tanpa harus menginap di rumah sakit. Akan segera saya kabari behitu hasilnya keluar, saya permisi."

"Thank you dok." Ujar Alvaro dengan sopan, lalu begitu dokter itu melangkahkan kakinya menjauh Alvaro juga langsung memasuki ruangan dimana Elora berada.

Dapat Alvaro lihat gadis itu terbaring dengan mata terpejam diatas brankar, pelipisnya yang terluka juga sudah ditutupi perban, napas gadis itu teratur yang menandakan gadis itu memang sedang tidur, Alvaro bisa bernapas sedikit lega sekarang, setidaknya Elora sudah diobati.

Alvaro membawa kakinya untuk melangkah lebih dekat dan langsung duduk dikursi disamping brankar Elora, pria itu mengutak-atik ponselnya sembari sesekali melirik Elora. Waktu terus berlalu namun Elora belum juga menunjukkan tanda-tanda akan bangun, bahkan Alvaro sudah mendapatkan informasi yang ia inginkan dan sedang melakukan proses penuntutan pada wanita yang ternyata bernama Karina Aurelia, mahasiswi semester 7 di sebuah universitas swasta di jurusan bisnis dan wanita itu terkenal dengan sikapnya yang angkuh juga kelakuan yang suka semena-mena, tak susah untuk membuat tuntuan karna Alvaro percaya begitu ia dituntun maka semakin banyak korban-korban dari Karina yang akan keluar ikut menuntut wanita itu.

Pintu ruang rawat Elora terbuka hingga membuat ALvaro memutar kepalanya untuk melihat siapa yang masuk, damn! orang tuanya.

"Mama. Papa." ALvaro bangkit dari duduknya dan menghampiri orang tuanya dengan cepat, "Apa yang kalian lakukan disini?"

"Tentu saja untuk menjenguk calon menantu mama." Sahut SIlvia, mama Alvaro.

Alvaro memandang sang mama dengan wajah cengo, "Calon menantu mama?" Alvaro kembali mengulang perkataan sang mama.

"Iya, tadi dokter Ridwan menelepon memberitahu mama kalau kau ke rumah sakit dengan keadaan panik sambil membawa seorang gadis cantik yang terluka." Jelas Silvia lalu matanya langsung beralih pada Elora yang terbaring tidur di brankar, "Dia calon menantu mama? Ya ampun Pa, calon menantu kita mungil sekali, cantik lagi, mirip mama." 

Revenge - (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang