Elora sudah basah kuyup sambil berjongkok dibawah pohon memeluk tubuhnya sendiri, bayangkan saja, malam-malam, hujan deras, di hutan, sendirian, bayangkan betapa dingin dan menyedihkannya Elora, bahkan ia rasanya ingin menangis sudah tapi ia tau ia menangis juga itu airmata bakalan sia-sia tersapu sama air hujan.
Entah sudah berapa lama ia menunggu tapi yang jelas sudah bisa membuat tubuhnya menggigil kedinginan, ia yakin orang-orang sedang sibuk mencarinya sekarang, huh seharusnya ia tak perlu berjalan kemana-mana dan cukup menunggu bantuan datang saja, kalau sudah begini mereka pasti kesusahan mencarinya, Elora juga merasa bersalah pasti karna mencarinya semua orang menjadi panik dan menambah beban serta kerjaan.
Gigi Elora bahkan sudah saling bergemelatuk karna terlalu dingin apalagi saat angin berhembus melalui celah-celah pepohonan. Belum lagi hujan yang turun semakin deras membuat Elora tidak bisa mendengarkan apapun selain suara hujan, angin dan petir.
Sampai sebuah sinar senter menyinari matanya dari kejauhan, Elora mencoba berdiri dan memicingkan matanya untuk melihat apakah itu adalah bala bantuan untuknya, ah siapa peduli bala bantuan atau bukan setidaknya ia bertemu dengan orang dulu.
Elora melambaikan tangannya untuk menarik perhatian orang itu dan benar saja orang itu mendekat dan disaat itu Elora tau bahwa orang itu adalah Alvaro yang berlari kearahnya. Bolehkah Elora meminta orang lain saja untuk menyelamatkannya, bukan ia tidak bersyukur, ia hanya takut membuat Alvaro merasa tak nyaman, lagipula dari begitu banyaknya orang yang ikut camping kenapa juga harus Alvaro yang menemukannya.
Elora hanya diam saat Alvaro berada dihadapannya, pria itu juga basah kuyup karna hujan.
"Hi." Sapa Elora dengan takut-takut, sungguh ia benar-benar tak tau apa yang harus ia lakukan pada pria dihadapannya ini.
"I found her." Alvaro memberitahu yang lain dengan walkie talkie ditangannya.
"Lo bikin semua orang panik tau nggak?" Alvaro bersuara lumayan tinggi karna jika dengan suara biasa pasti akan tertutup oleh suara hujan.
"Sorry, gue nggak maksud gitu." Elora membalas sambil menggigit bibirnya merasa bersalah.
"Lo tuh cuma bisa nyusahin orang."
Elora diam, ia tau ia salah telah membuat orang lain panik dan khawatir tapi sumpah ia juga tak ingin tertinggal dan tersesat dihutan sendirian, mendengar Alvaro berbicara seperti itu membuatnya semakin ingin menangis.
"Sorry." Lagi-lagi hanya itu yang bisa dikatakan Elora, Alvaro pun hanya bisa menghela napas panjang lalu menarik tangan Elora untuk berjalan bersama tapi dengan cepat Elora melepaskannya, "Gue nggak mau lo hilang lagi jadi makin repot."
"Lo cuma perlu nunjukin jalan, gue bakal ngikutin lo, gue nggak bakal bikin lo kerepotan lagi." Ujar Elora tanpa memandang Alvaro.
Dengan egonya Alvaro berjalan duluan menunjukkan jalan sementara Elora berjalan dibelakangnya dengan menjaga jarak. Karna jalanan yang berair dan licin membuat keduanya harus berjalan hati-hati, Elora tak tau saja jika Alvaro mati-matian untuk tidak berbalik badan dan ingin menggandeng Elora, atau saat Alvaro diam-diam memastikan jika Elora berjalan di jalan yang aman.
Yah, Alvaro dan egonya.
Keduanya sampai ditempat titik temu dimana semua orang sudah menanti Elora dan Alvaro dengan khawatir, begitu melihat keduanya Bima dan Sebastian langsung menghampiri Elora sambil membawa payung juga handuk tebal, Sebastian memakaikan handuk tebal itu pada Elora, melupakan bahwa Alvaro juga sedang basah kuyup dibelakang sana.
------
Elora sudah berganti pakaian begitu juga dengan Alvaro, setelah tadi hujan turun begitu derasnya sekarang hujan sudah berhenti total dan panitia kembali ingin melanjutkan acara yang sudah mereka rencanakan tapi tertunda, mau tak mau semua orang kembali berkumpul bersama duduk saling berdekatan mengelilingi api unggun yang baru saja mereka nyalakan setelah berjuang lama.
Bima dan Sebastian sudah duduk di kedua sisi Elora meninggalkan grup mereka masing-masing, biar saja toh ini acara happy-happy jadi mereka bebas mau duduk dimana saja. Keduanya berbagi kehangatan dengan Elora yang kedinginan karna kehujanan terlalu lama, bukan memeluk, tapi mereka berbagi selimut juga memegang kedua tangan Elora untuk menghangatkan, Elora tentu menolak tapi apa daya 2 lawan 1.
Mereka bernyanyi bersama, berbagi cerita, canda tawa semuanya sedangkan Elora ia hanya diam, ia merasakan suhu tubuhnya menghangat, ah apakah ia akan demam? Semoga saja tidak. Rasanya ia ingin berbaring saja di sleeping bag-nya tapi ia tak enak pada yang lain apalagi setelah sesi tersesatnya tadi.
Elora hanya bisa memejamkan mata saat sakit kepala menyerangnya ditambah dengan tubuhnya yang semakin melemah.
"El, lo mau bobo?" Bima berbisik pelan pada Elora.
"Boleh nggak Nyu?" Elora membuka matanya menatap Bima.
"Bobolah, lagian ini cuma acara kumpul-kumpul." Bima hendak membantu Elora berdiri diikuti Sebastian tapi Elora menggelengkan kepala.
"Nggak ah, nggak enakan gue. Entar aja, entar juga ini kelar." Ujar Elora dengan cepat, ia tak mau dibilang mencari perhatian oleh yang lainnya atau menjadi beban.
Sebastian dan Bima pun akhirnya kembali duduk disamping Elora, mereka tau sedari tadi Alvaro sedang memperhatikan mereka tapi mereka sama sekali tak peduli.
Elora berusaha menahan semuanya sendiri sampai ia sudah tak bisa lagi dan berakhir tertidur di pundak Sebastian. Pria itu tentu saja kaget tapi ia tidak menolak sama sekali ia tau Elora memang sudah mulai demam juga ia maklum pada Elora toh ia tak memiliki perasaan lebib pada gadis ini, ada hati yang sudah ia miliki.
"Tidur?" Tanya Bima pelan-pelan.
"Hmm, udah demam Nyu, lo ada panadol nggak?"
"Kagak, antimo gue punya. Mau gue cariin sama anak yang lain nggak?"
"Buat apa antimo Nyu? Dia butuh panadol, kecuali kalo dibus tadi sebangku sama lo dia butuh antimo, biar nggak muntah-muntah liat muka jijik lo."
"Aseb anjeng, gue fotoin lo begini kasih Shea liat apa nggak berakhir perbucinan lo."
"Coba aja kalo berani, lo pikir cuma lo doang? Gue juga bisa foto lo pegang tangan El kasih Gina."
"Aseb babi, kalo bukan Elora yang tidur dipundak lo sekarang udah gue panggang lo di api unggun."
"Ngomel mulu lo, cepetan nyari panadolnya , lo kira lo ngomel mulu panadolnya bisa datang sendiri."
"Kok jadi kita yang repot sih? Kan pacarnya si Alpha."
"Lah iya Nyu, kok si Alpha-nya cuma menatap tajam disono, tatapan doang tajam tapi nggak guna." Ejek Sebastian sambil memandang Alvaro disebrang sana.
"Selain badannya yang tinggi si Alpha juga punya ego yang tinggi sama satu lagi kebodohannya tinggi, udah sampe level geblek bloon gitu. Kita soal semuanya kalah sama Alpha tapi kalo soal hati perempuan kita menang Aseb, si Alpha masih newbie, masih jauh dibawah kita, lo liat aja seberapa begoknya dia, cewenya lagi kedinginan malah dibalas sama sikap dia yang dingin, di tinggal Elora jadi zombie dia."
"Buru Nyunyu panadol! Ngebacot mulu lo."
TBC
Hehehehe
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge - (Vrene Lokal) - END
Fanfiction"Lo bisa balas dendam, dia bisa lakuin hal itu ke lo dan lo bisa lakuin hal yang sama ke dia, buat mereka menyesal." Elora jadi tertarik dengan perkataan Alvaro, "Gimana caranya?" "Jadi pacar gue, bikin mantan lo itu menyesal karna udah mutusin lo...