Revenge 16

656 124 9
                                    

Alvaro sedari tadi terus menanyakan alasan kenapa Elora tak ingin pulang ke rumahnya padahal ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

Elora hanya diam sambil memilin bajunya sambil duduk diatas brankar rumah sakit enggan menatap Alvaro.

"Lo kalo nggak mau pulang kasih tau alasannya El, biar gue tau." Alvaro bersuara lagi untuk kesekian kalinya ia bahkan sudah berdiri menjulang tinggi dihadapan Elora.

"Gue.. takut." Cicit Elora.

"Apa yang lo takutin sih?"

"Gue takut lo dimarahi."

"Siapa yang bisa marahin gue coba, lagian kenapa juga mesti marahin gue?"

"Karna gue keluar bareng lo, masa lo bawa gue keluar utuh pulang-pulang gue diperban sih."

"Astaga, gue kan bisa jelesin kasih bibi lo. Ayo buru pulang."

"Nggak, nggak mau, lo aja pulang, gue di rumah sakit aja." Usir Elora tapi Alvaro enggan mendengarkan karna detik selanjutnya Alvaro sudah menggendong Elora ala bridal hingga membuat gadis itu memekik kaget hingga refleks ia mengalungkan tangannya pada leher kokoh milik Alvaro.

"Apaan sih Al? Turunin gue."

"Gue turunin kalo udah dirumah lo." Alvaro keluar dari ruang rawat Elora tadi sampai membuat pasien, pembesuk, suster maupun dokter yang bertugas menatap mereka heran tapi Alvaro cuek saja ia berjalan dengan mudah sambil menggendong Elora yang ia rasa tak berat sama sekali sedangkan Elora sudah membenamkan kepalanya pada bahu Alvaro menahan malu karna tatapan orang lain.

"Turunin." Bisik Elora penuh penekanan.

"Gue turunin kalo lo setuju pulang."

"Gue nggak mau jumpa paman." Pada akhirnya Elora mengeluarkan alasan sesungguhnya hingga Alvaro menghentikan langkahnya memandang gadis dalam gendongannya yang sedang menyembunyikan wajahnya dibahu kirinya.

"Gue nggak mau pulang, lo boleh bawa gue kemana aja asal nggak pulang."

"Emang apa yang bakal terjadi kalo lo pulang?"

"Lo bakalan dihajar sama dia terus gue nggak boleh jumpa lo lagi."

"Jadi gue boleh bawa lo kemana aja?"

Elora mengangguk pelan sebagai jawaban, Alvaro pun kembali melangkahkan kakinya tanpa menurunkan Elora dari gendongannya, itu berlangsung sampai parkiran mobil Alvaro.

Perjalanan berlangsung dalam keheningan karna Alvaro fokus menyetir sementara Elora duduk disamping kemudi sembari menatap jalanan.

Mata Elora membulat saat melihat rumah besar yang mereka masuki, tak perlu bertanya sudah pasti ini rumah Alvaro.

"Lo bawa gue ke rumah lo?"

"Jangan complain, lo yang ngomong gue bisa bawa lo kemana aja asal nggak pulang rumah lo. Ayo turun, apa perlu gue gendong lagi?"

Elora yang mendengar pertanyaan itu pun langsung turun dari mobil Alvaro sambil berjalan dibelakang pria itu, takut-takut tapi ia juga tak bisa menutup rasa takjubnya pada rumah Alvaro, besar, elegan dan nyaman secara bersamaan, rumah minimalist yang didominasi warna monochrome juga sentuhan timber yang memberikan kesan mewah.

"Ma, Pa, calon mantu datang nih." Ujar Alvaro membuat Elora memandangnya kaget, apa-apan sih, pikir Elora. Gadis itu bahkan langsung memukul lengan Alvaro tapi yang dipukul hanya menampilkan senyuman mengejek karna yang terjadi selanjutnya justru Elora mendapat pelukan hangat dari seorang wanita baya.

"Oh Elora, kau baik-baik saja nak?" Tanya Silvia sambil memeluk Elora penuh kasih.

"Uh.. Aku baik tante." Jawab Elora dengan kikuk.

Revenge - (Vrene Lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang