Aku jadi art apa apn? asisten pemuas nafsu(apn)

122K 732 3
                                    

"Gantian puasin saya nanti siang"
Pria tadi lengsung pergi begitu saja setelah mengatakan itu.

Mulai hari ini kehidupanku akan berubah 180 derajat. Padahal tujuan awal aku pergi ke jakarta hanya ingin bekerja dengan baik,menabung untuk masa depan, dan selanjutnya hidup bahagian dengan pasanganku kelak.
Tapi sepertinya kenyataan menolak menta-mentah mimpiku. Mau bagaimana lagi, sudah terjadi, akupun tadi menikmatinya bukan? Mungkin tuan rumah juga melihat betapa aku menikmati sentuhan putranya.

Aku bersiap untuk memulai bekerja pagi ini, membersihkan rumah ini dan memasak untuk keluarga ini nanti sore. Ibu tak mengatakannya tadi, tapi sepertinya untuk makan malam ini aku yang memasaknya.

Membersihkan kamar-kamar dan seluruh sudut rumah ini ternyata cukup lelah, setelah selesai semuanya aku menengok ke arah jam, kulihat sudah pukul 11.45 jika tuan rumah benar-benar ingin memakanku, bukankah sebentar lagi waktunya? Lalu kuputuskan untuk mandi, setidaknya aroma tubuhku tidak bau keringat. Astaga, apa aku ini? Padahal ini bukan hal yang benar, tetapi mengapa aku merasa bersemangat untuk bersiap diri.

setelah keluar dari kamar mandi belakang, aku berlari kecil menuju kamar, karena lupa tidak membawa baju ganti sekalian tadi.
Saat membuka pintu kamarnya,Melisa dikejutkan dengan keberadaan pria yang tadi pagi memintanya untuk dipuaskan, pakaian yang dikenakan sudah agak kusut. Lengannya digulung hingga siku, lalu duduk diatas tempat tidur dengan tangan dibelakang menyangga tubuhnya, matanya kini melirik tubuhku yang hanya terbalut handuk.
Lalu aku masuk, kemudian menutup pintu lalu berjalan ke arah pria itu.

"Wahh pusing mikirin kerjaan, pulang-pulang disambut gadis cantik, cuma pake handuk lagi, udah siap dong ya?"

"A..anu tuan, maaf saya baru selesai mandi, tidak tau kalau tuan sudah pulang"

"Kemarilah, duduk disini" pria itu menepuk paha nya. Lalu akupun mendekat, menuruti perkataannya, baru diperintah begitu saja tubuhku seakan terangsang.
Aku duduk diatas paha pria ini, lalu tangannya mulai memeluk pinggangku, mencium lenganku yang masih sedikit basah, menjilat sisa air yang ada di lenganku.

"Hmmm... Wangi... Tadi pagi kenapa gak nolak ngelayanin Rio?"

Oh namanya Rio.

"Anu tuan, sebenarnya saya ingin menolak, tapi takut dipecat"

"Bukan karena kamu memang mau juga di sentuh Rio? Kok tadi kaya nikmatin sentuhannya?" aku menunduk takut, ia masih mengusap lenganku, tapi tangan yang satunya sudah meraih payudaraku yang masih tertutup handuk. Ahhhhhhhh, bagian bawahku terasa nyeri, ingin dimasukinya.

"Saya jadi penasaran ngeliat kamu merem-merem dibawahku" ia tersenyum miring.
Aku masih diam. Ia merubah posisi dudukku yang awalnya menyamping kini menjadi menghadap pria ini,lalu ia memelukku, tangannya meremas bokongku, payudaraku diciumi olehnya, "ahhhhhhhh...geli tuan"

"Panggil Rafa, mendesahlah dan sebut namaku dalam desahanmu, mengerti?" lalu ia membuka handuk yang kukenakan. Mencium payudaraku, tangan kirinya masih meremas bokongku, tangan kanan yang semula berada dipunggungku kini meremas payudaraku.

"Ahhhh... Mas Rafa...ahhhhhhhh"

Ia menyesap putingku, kurasakan miliknya sudah mengeras dibawah sana, ku usap punggungnya, tangan kiriku menjambak pelan rambutnya, untuk menyalurkan rasa geli yang kurasakan.

"Ahhhh...mas... Gelihhh...ahhh....." ia membopongku lalu merbahkan ku ke atas tempat tidur, kemudian meraih pangkal pahaku, dibuka nya agak lebar, lalu kepalanya berada diatas milikku, ia mencium pangkal pahaku, mengusapnya ringan, lalu kini mengecupnnya.

"Ashhhhhh....ahhhhhhh" rasanya sungguh membuatku melayang, kecupannya pelan, tapi sangat menggelikan.

"Wangi banget, tapi udah basah nih"
"Ahhhh...terus mas..."

"As you wish bitch" lalu lidahnya menjilat milikku, memainkan klitorisku, menyecap dan memainkan lidahnya disana. Tangannya masih mengusap pahaku. Lalu membuka kancing kemejanya, melepaskan ikat pinggang dan membuka celanya, penisnya yang panjang, besar dan sudah mengeras itu kini sudah terlihat jelas didepanku, aku tak sabar inigin mengulumnya. Aku bangkit, dan langsung mencium miliknya, menjilati pelan, lalu mulai mengulumnya, ia menjambak rambutku.

"Ahhhhhhh....ahhhhhhhh....shhhhhhh"
Gerakanku semakin cepat, lalu ia melepaskan kepalaku dari miliknya, mendorongku kasar untuk, tubuhku kini terlentang diatas kasur, ia mengangkat pahaku, lalu memasukkan miliknya, menghentakkan ke dalam milikku. "Ahhhhhh...." desahnya.
"Shit, sempit banget sih...ahhhhhhh"
Dari posisinya yang masih berdiri, membuatku merasakan miliknya memenuhi lubangku, penuh dan terasa sedikit perih, tapi juga geli.

"Ahhhh...ahhhhhhh" masih dengan hentakkan yang cukup keras, ia mempercepat gerakannya, milikku menjepit  penisnya, lalu gerakannya semakin cepat.

"Ahhhhh shit, jepit lebih kenceng.. Ahhhhhhh...ahhhhhhh"

"Hahhhh....hahhhhh....ahhhhhh...mass... Aku kayaknya...ahhhhh mauh... Keluar.... Ahhhhhhhh...." milikku bergetar, ia semakin cepat menghentakkan miliknya,

"Ahhhh...ahhhhh...ahhhhhh... Jepit lagi yang kenceng....ahhhhhh" aku menurut lalu kurasakan penisnya semakin membengkak,

"Ahhhhhhhhh........" ia mengeluarkan cairannya ke dalam milikku rasanya kali ini cairannya cukup banyak. Bagaimana ini?  Tadi pagi mas Rio juga mengeluarkan didalam, kini tuan Rafa juga. Aku harus segera membeli pil kontrasepsi agar tidak terjadi hal yang tak ku inginkan.

"Ahhhh...." ia masih berdiri menuntaskan sisa cairannya. Kemudian mencabutnya, lalu ia membersihkan sisa cairan yang menempel di penisnya dengan tisu, aku pun mengambil tisu juga untuk membersihkan sisa yang kini mengalir dari lubangku.

"Besok siang kamu harus sudah siap jam 12, Jadwal saya istirahat, kamu milikku, pagi dan malam terserah mau sama siapa. Yang jelas jangan ada yang ganggu waktu siangku, mengerti?" maksudnya ini akan terjadi lagi besok? Bagaimana ini.

" mengerti tuan" pria itu sudah selesai mengenakan pakaian lagi, lalu pergi. Pintu tertutup dan aku mulai memungut handuk yang tadi kugunakan, lalu segera memakai daster. Bersiap untuk memasak makan malam.

Saat aku keluar kamar, aku dikejutkan dengan laki-laki mirip Rio, tapi nampaknya ia lebih dewasa dari Rio.

"Malamnya jatahku ya mbak? Kalo pagi Rio, siang papa, malem free kan ya?"

Aku menatapnya tak percaya. Tak sedikitpun berniat menjawab, percuma saja aku menolak, jika ujungnya aku harus mengangkang dan memuaskan hasrat mereka. Keluarga macam apa ini.

"Yaudah nanti malem aku kesini ya" ia tersenyum miring melambaikan tangannya.
Sial.

Tbc.

Kumpulan Cerita 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang