Part 18

23 3 0
                                    

~🖤~

Rafandra berlari memasuki gedung depan green house dan mendapati. Alea dan Rangga, manager dan pengurus green house yang nampak cemas.

"Mana Cleo?"

"Di bagian belakang, blok bunga mawar." Sahut Alea dengan wajah takut.

"Dia itu benar-benar butuh hobi baru." Gerutu Rafa sambil bergegas mencari Cleo.

Rafa mempercepat langkahnya saat suara barang pecah memasuki indra pendengarannya, saat ia membuka pintu, ia melihat Cleo duduk ditengah kekacauan pot-pot bunga pecah dan bunga-bunga yang telah hancur berserakan dengan pandangan kosong.

Perlahan Cleo mengangkat wajahnya untuk menatap Rafandra.
"Harus seberapa banyak aku berkorban?" Bisik Cleo. Air mata mengalir perlahan di wajahnya yang berekspresi datar.

Cleo tertawa pahit. "Si tua keparat itu. Apa dia nggak bisa mati aja tanpa harus menggangguku?"

"Kamu tahu kenapa aku benci banget sama dia?" Geram Cleo. "Aku benci dia karena dia buat aku benci mama. Mama ninggalin aku sama dia."

Cleo mencengkram rambutnya dengan kesal.
"Dan kini sekali lagi dia ngedorong aku untuk benci sama adik-adikku karena mereka buat aku nggak punya pilihan selain ngelakuin keinginannya."

Rafandra menghembuskan napas perlahan. Ini bukan pertama kalinya dia mendapati Cleo dalam kondisi seperti ini. Cleo saat tantrum adalah menghancurkan barang-barang pribadinya, kalau bukan kamarnya, rumah kaca adalah korbannya.

Rafandra mengetahui rasa sakit, penderitaan dan perjuangan Cleo sejak mereka pertama bertemu di bangku SMA, Cleo membenci semua pria di sekolah tetapi Rafandra adalah pengecualian. Sejak melihat potensi dari otak Rafandra, Cleo mendekati Rafa, dan dengan segala tipu muslihat Cleo mereka menjadi teman atau lebih tepatnya Cleo merekrut Rafa untuk menjadi kaki tangannya. Sejak itu Rafa menjadi orang yang paling Cleo percayai.

Rafandra melangkah mendekati Cleo perlahan lalu berjongkok dihadapan Cleo.
"Katakan Rafa? Haruskah aku mati saja?" Kata Cleo dengan tatapan kosong.

Rafandra menarik Cleo masuk ke dalam pelukkannya dan memeluk Cleo seerat mungkin. Ia berharap pelukkan itu bisa menyadarkan Cleo dari pikiran kelamnya.
"Ada apa Cleo?" Bisik Rafa saat merasa Cleo membalas pelukkannya dengan tangisan kecil yang mulai terdengar.

"Dia paksa aku ambil alih perusahaannya, kalo aku nggak mau, dia bakal nelantarin Riel dan Ella. Dia tau aku nggak bisa biayai mereka sendiri, dia tau aku nggak akan punya pilihan." Isak Cleo.

Cleo melapaskan diri dari pelukkan Rafa lalu memandang Rafa pilu. "Apa Harus kubiarin mereka? Karena aku nggak akan pernah biarin dia menang. Enggak akan pernah!" Kata Cleo dengan tatapan kalut.

Tiba-tiba pandangan Cleo kembali menjadi kosong. Dengan datar ia berkata. "Lagi pula aku jaga mereka karena mendiang mama. Dia sudah mati. Untuk apa aku memenuhi permintaan orang mati?"

"Cleo!" Rafandra menggoncang cleo, berusaha mengembalikan Cleo kepikiran warasnya.

"Kamu sayang sama adik-adik kamu Cleo. Lebih dari yang kamu sadari. Kamu jaga mereka bukan hanya karena permintaan mama kamu. Tapi karena kamu sayang dan peduli sama mereka." Dan perkataan Rafa itu cukup untuk mengembalikan Cleo, ia langsung terisak dan menyesal dengan pikiran pengecutnya itu, seakan bendungan penyangkalan dan penolakkan di hati Cleo runtuh dan membiarkan Cleo mengakui bahwa dia merasa sakit, dia merasa sedih. Namun dia boleh bersedih.

Cleo kembali ke dalam pelukan Rafa lalu menangis sekencang kencangnya. Tangisan itu adalah segala hal yang Cleo pendam selama ini, dia merindukan mamanya, dia menyayangi adik-adiknya, dia ingin menjaga mereka dan dia berharap ayahnya sedikit lebih baik sebagai seorang ayah bukan hanya untuk Riel dan Ella tapi juga untuknya.

Queen And Her Devil Boy {Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang