~🖤~
Butuh waktu beberapa saat bagi Cleo untuk menyadari apa yang baru saja Zealan katakan.
Apa dia ingin menciumku?
"Apa?" Tanya Cleo untuk memastikannya.
Zealan hanya menatap Cleo cukup lama sebelum tiba-tiba saja dia maju hingga hidung mereka hampir saja bersentuhan. Tubuh Cleo membeku dan matanya terbelalak. Secepat dia maju secepat itu pula dia mundur. Zealan memegang sebuah cupcake yang sudah diberi krim di atas dan hiasan di atasnya.
Zealan menggigit cupcake dengan perlahan tanpa melepaskan kontak mata dengan Cleo. "Hm.." Dia menjilat bibir bawahnya yang beberapa kali membuat Cleo terpana itu sambil pandangannya turun ke bibir Cleo. "Lezat."
"Makasih, Cupcakenya." Ucapnya saat matanya kembali naik menatap mata Cleo. Senyum miring mengiringi langkah ringannya meninggalkan Cleo yang membeku sendirian di dapur.
Cleo menggenggam pinggiran meja dengan kuat karena geram. Sambil menggertakkan gigi, ia menatap penuh amarah ke arah pintu dapur.
Ia marah karena ia tidak percaya, dia yang selalu memiliki balasan kasar untuk segala godaan yang ditujukan padanya selama ini tak mampu berkata-kata.
Bocah itu baru saja mengerjaiku. Dan bodohnya aku mempermalukan diriku dengan menunjukkan padanya bahwa aku terpengaruh godaannya. Sial! Dasar bocah iblis berwajah malaikat.
~🖤~
Karena kejadian di dapur, Cleo memutuskan untuk kembali ke cafenya setelah memberi cupcake kepada Ella untuk dibagikan ke Riel dan teman-temannya. Sebenarnya Cleo melarikan diri dari Zealan namun ia tidak mau mengakuinya pada dirinya sendiri. Rasanya Cleo ingin mencekik anak itu setiap melihat seringai iblisnya.
Cleo baru pulang saat jam menunjukan pukul 11 malam dan tidak terkejut saat melihat Riel, Ezra dan Zealan yang masih bermain ps. Lebih tepatnya hanya Ezra dan Riel, sementara Zealan hanya duduk menonton di sofa, di belakang Riel dan Ezra yang duduk di lantai. Kejadian tadi kembali membuat Cleo kesal. Tangannya seperti gatal untuk mencekik seseorang.
"Halo kak, baru pulang?" Sapa Ezra berbasa basi.
"Belum. Masih di cafe. Kamu udah lihat aku disini masih berani tanya!" Kata Cleo ketus. Ezra hanya berada di waktu dan tempat yang salah saat bertanya pada Cleo.
Namun Ezra hanya tersenyum bodoh. Ia pikir Cleo memang biasanya ketus, ceplas-ceplos dan tidak suka basa-basi
"Aku kan hanya basa-basi kak." Kata Ezra lalu kembali fokus ke permainannya.
Cleo hanya memutar mata jengah.
"Ella mana?" Tanya Cleo kepada siapa saja yang mau menjawab.
"El udah tidur." Kata Riel tanpa mengalihkan pandangan dari permainan.
"Oh!" Sahut Cleo.
Tatapan mata Cleo bertabrakan dengan Zealan. Saat Zealan menyadari Cleo juga menatapnya. Dia menyeringai jahil. Seringai yang sama persis saat dia mengerjai Cleo tadi.
Cleo menatapnya penuh dengan permusuhan sebelum akhirnya membuang muka dan beranjak untuk pergi ke kamarnya.
Namun langkah Cleo terhenti saat seorang pria paruh baya memasuki ruang dimana mereka berada. Pria itu menggunakan setelan jas lengkap dengan dasinya, dari wajah lelahnya, ia baru saja pulang dari kantor. Riel dan Ezra pun berhenti bermain saat pria itu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen And Her Devil Boy {Completed)
Chick-LitCleo, si 'Ratu' kejam, tidak ada yang mampu menaklukannya. Baginya semua pria kecuali yang berguna baginya adalah kuman yang mengotori jalannya. Bahkan ayahnya pun, ia buat kalah dan menangis pada permainan yang ayahnya atur sendiri. Gadis bar bar y...