DUA PULUH DELAPAN

269 90 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mengapa Ratniajeng begitu menyukai pohon jambu di belakang rumahnya?

Sebab Asmarini pernah mengenalkan buah pertama yang Ratniajeng nikmati. Buah jambu. Sang ibu berkata jika dulu pohon itu adalah tempat dimana Asmarini dan Pras bertemu. Pras sepulang dari sekolah selalu menunggu Asmarini lewat bersama ibunya kembali dari pasar. Terkadang pula Asmarini berjalan bersama orang lain yang sepertinya seorang abdi wanita.

Lalu mereka bertemu kembali saat menginjak masa remaja. Pras memberi Asmarini buah jambu dan berkata bahwa, suatu hari nanti mereka akan bertemu. Asmarini fikir mereka selama ini sering bertemu. Tetapi pertemuan yang Pras maksudkan adalah pertemuan antara mereka berdua dalam hubungan pernikahan.

Itulah mengapa Ratniajeng senang berada di sana. Jika kedua orangtuanya tak saling bertemu di pohon itu, mungkin ia tidak mungkin terlahir di dunia ini.

(-STETOSKOP TUA-)

Aldert datang dengan terburu-buru bersama beberapa rekan dokternya yang kebetulan tengah berbincang di rumahnya. Kabar bahwa keadaan Asmarini menurun dan membutuhkan pertolongan, membuat mereka bergegas menuju rumah sang wedono. Harap cemas bahwa kekhawatirannya atau dugaannya salah. Aldert harus yakin bahwa semua itu salah.

Begitu mereka tiba, pintu dibuka. Namun Asmarini telah pingsan di balik pintu. Wajahnya pucat, matanya sembab, dan penampilannya kacau. Tak seharusnya ia sebagai dokter bertanya atau mengetahui permasalah keluarga itu. Namun, kondisi Asmarini jelas telah menjawab semuanya.




Begitu waktu berlalu. Ketika Aldert memutuskan untuk membiarkan rekannya mengambil alih, Ratniajeng diam memandang ke arah kamar dengan tatapan mata kosong.

"Ratni," panggilnya.

Tidak ada respon. Gadis itu menangis dalam diam. Air matanya terus menetes membasahi pipinya.

"Saya takut meneer," lirihnya dengan suara bergetar.

"Sangat takut," imbuhnya.

Aldert tahu itu.

Dibalik pintu tertutup itu, ada seorang wanita yang selama ini telah berjuang untuk tidak menyerah dan tetap berada di samping anaknya. Aldert pernah berbincang dengan Asmarini. Dalam keadaan sadar sutuhnya, wanita itu mengutarakan rasa bangga sekaligus menyesal pada putrinya. Bangga jika Ratniajeng mampu tumbuh menjadi gadis cantik dan cerdas. Namun menyesal karena memberi beban untuk gadis itu.

Andai Asmarini tahu, bahwa Ratniajeng tidak pernah menyesali apapun. Sebab gadis itu memiliki ketulusan tiada batas dalam hatinya.

Ratniajeng jatuh ke lantai. Tubuhnya membeku. Sakit. Dadanya sakit secara tiba-tiba. Aldert panik. Gadis itu tidak berkata apapun hanya air mata yang menetes semakin deras.

"Ratni? sadarlah!"

Tubuh Ratniajeng gemetar. Wiryo datang menghampiri Ratniajeng. Pras terdiam memaku menatap pintu kamar Asmarini.

STETOSKOP TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang