Happy reading!
(-STETOSKOP TUA-)
Tahukah manusia yang paling menyebalkan bagi seorang Aldert semasa ia hidup?
Dialah Bhanu.
Seperti janjinya sore kemarin kepada Tjipto untuk mencari tahu siapa yang mengirimkan benda itu kepada mereka. Aldert pergi ke kantos pos, tempat Narto bekerja.
Hei, afdeling ini ukurannya lebih luas dari keresidenan. Rumah Aldert ada di pelosok desa, sedangkan ia butuh satu jam dengan bendi untuk bisa mencapai lokasi pos hanya untuk mendapatkan jawaban yang menurutnya sia-sia.
Narto mengatakan jika paket itu tiba seminggu yang lalu dari Batavia dengan atas nama Bhanu Satyokusumo. Karena surat yang terselip ketika pengiriman hilang akhirnya hanya alamat penerima yang tersisa. Hubungannya dengan Tjipto yang semula memang buruk, menjadi semakin buruk karena pemuda itu. Beruntung Aldert adalah pria Eropa tersabar yang mau dengan senang hati menerima Bhanu sebagai temannya kembali tanpa rasa bosan.
Ingat bagaimana pertemuan antara mereka dengan Ratniajeng sekiranya delapan tahun lalu. Bagaimana Aldert yang justru menghadapi gadis itu dan meminta maaf, sedangkan Bhanu bersembunyi di belakangnya karena malu dipergoki berniat mencuri buah jambu. Bukan hanya itu. Bhanu pernah meneriaki seorang tentara Belanda karena memaki seorang kuli panggul seusia mereka dengan 'monyet lemah' dan 'inlander bodoh' hanya karena anak itu menjatuhkan karung beras hingga membuatnya berserakan ke tanah. Tentu mereka rugi satu karung beras untuk konsumsi para tentara. Tetapi mereka sedang memperkerjakan anak kecil sebagai kuli panggul dan mencemoohnya. Bhanu tidak bisa menerimanya, maka ia berbalik memaki tentara itu tanpa rasa takut. Tanpa khawatir bagaimana jika laras panjang mereka menembak dahinya hingga lobang menembus belakang. Bagi Bhanu yang masih kecil saat itu justru akan merasa bangga jika ia mati saat membela orang lain. Lagipula beranikah mereka membunuhnya? ingat! bapaknya berdarah bangsawan dan memiliki peternakan sapi perah di lereng gunung Kawi. Setiap botol susu yang mereka minum berasal dari sapi-sapi milik bapaknya. Bisa-bisanya mereka menyombong pasal harta.
"Je lijkt meer op een chimpansee." (Anda terlihat lebih seperti simpanse)
Semua tentara-tentara itu membelalak tak terima dengan hinaan itu. Wajah salah seorang dari mereka memerah mendekat pada bocah kurang ajar sepeti Bhanu. "Maaf, apa katamu?" tanya tentara itu dengan bahasa Melayu yang terbata.
"Chimpansee!"
"Kau monyet!" sentaknya.
Aldert menggeleng tak paham. Mereka hanya anak kecil. Dianggap lemah tentunya oleh tentara-tentara itu. Bukan Aldert takut, tapi ia malu.
"Anda memang lebih cerdas tuan, tapi sayang, hanya monyet yang menertawakan monyet lain."
Setelahnya Bhanu membawa Aldert berlari menjauh dari camp mereka. Terjadilah kejar-kejaran antara dua bocah dengan beberapa tentara. Bhanu sedikit kesulitan dengan kain batik yang membelit kakinya. Ia singkap tinggi-tinggi kain itu dan berlari di antara gang-gang sempit dan berakhir menaiki pohon manggis yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STETOSKOP TUA
Fiksi SejarahHistorical Fiction #2 By: Alwaysje - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - [Tamat] Lewat sebuah surat dan stetoskop tua. Digariskan dan dihubungkan kisah dari mereka yang berdiri di atas merahnya tanah akibat penjajahan Eropa. Dinaungi kerajaan as...