9. Buruk

1.4K 64 0
                                    


Happy Reading Pren (~_^)

"Reygan kekurangan darah yang cukup banyak. Untungnya stok darah kami belum habis. Dan juga luka ditubuhnya sangat parah. Itu membutuhkan waktu yang cukup lama nantinya untuk pulih. Untuk sementara kami hanya bisa membuat detak jantungnya tetap stabil" jelas dokter yang menangani Reygan.

Ara terhenyak mendengarnya. Sudah jelas bahwa kondisi Reygan cukup buruk. Dan itu benar-benar membuat dadanya sesak.

"yang sabar nona. Kami akan berusaha semampu kami dan jangan lupa nona juga bantu dengan doa. Saya permisi" pamit dokter tersebut.

Reta dan Fino mengangguk.

"hikss.. Abanggg" lirih Ara.

"Raa..yang sabar ya" ucap Reta lembut sembari mengusap bahu Ara. Mereka bertiga lalu masuk ke dalam ruang rawat Reygan untuk melihatnya.


Arga dan Zaki yang mendengar ucapan dokter tadi hanya bisa berdiri terdiam. Itu adalah kabar paling buruk untuk keduanya dan untuk Arzeus nantinya. Tidak bisa terbayang bagaimana reaksi anggota Arzeus yang lain begitu tau nantinya.

"Ga, kenapa kita gak samperin mereka?" tanya Zaki. Mereka berdua sedari tadi hanya berdiri tak jauh dari tempat Ara,Reta,dan Fino berada.

"gue rasa kita gak usah lihat bang Reygan dulu. Biarin keluarganya dulu. Lo ingat kan, bang Reygan pernah bilang kalau kita harus jaga jarak sama keluarga dia?" tanya Arga.

Zaki terdiam lalu mengangguk. Ia ingat ucapan Reygan kala itu.

"nanti kalau keluarganya lagi pulang, baru kita jenguk" lanjut Arga. Zaki akhirnya memilih mengangguk mengikuti saran Arga.

"ayo kita pulang dulu. Besok kita kesini"

Mereka berdua lalu meninggalkan rumah sakit.

.
.
.

Suara elektrokardiogram terdengar diruang rawat Reygan. Disana terbaring lemah Reygan yang diinfus dan dibantu dengan alat pernafasan.

Ara yang tadinya mati-matian menahan air matanya akhirnya tak bisa juga. Ia begitu sakit melihat abang satu satunya harus terbaring dan berjuang untuk bertahan hidup.
Disampingnya Reta selalu setia menguatkannya.

"abangg..cepat sadar yaa. Ara gak mau sendiri hikss.." lirihnya sendu.

Tangannya menggenggam kuat tangan besar Reygan yang bebas dari infus.

"Ara tau abang kuatt hikss" lanjutnya lagi.

Ia memandangi wajah Reygan yang pucat. Perban terlilit di sepanjang keningnya. Wajah tampan itu sedikit dipenuhi goresan luka kecil.

"Raa kamu gak mau pulang dulu sebentar. Ganti baju dulu. Nanti balik kesini lagi" ucap Reta menyarankan. Ara menggeleng kecil.

"aku gak mau ninggalin abang. Aku gak mau dia sendiri Re hikss" ujar Ara. Meskipun seragamnya sudab dipenuhi darah tapi ia enggan pulang untuk menggantinya.

"ada suster yang jaga. Nanti kita balik kesini lagi kok. Cuma ganti baju aja ya. Seragam kamu penuh darah Ra" ucap Reta lagi. Dengan suara pelan agar Ara bisa mencerna dengan baik ucapannya.

Tapi Ara kembali menggeleng.

"nggak"

Reta menghela nafas pelan. Ia menoleh menatap Fino.

ARARGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang