7. Firasat

1.3K 66 0
                                    


Happy Reading Pren (~_^)


Pukul 23.45 malam Ara tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Matanya menerawang langit-langit kamarnya. Sekelabat bayangan mimpinya barusan lewat dalam ingatannya.

"Aneh" gumamnya begitu mengingat mimpinya.

Ia melihat kedua telapak tangannya. Dalam mimpinya ia melihat kedua tangannya dipenuhi darah entah sebab apa.

Cukup lama Ara melihat telapak tangannya lalu menggeleng pelan mengusir pikiran buruk.

"bukan apa-apa Ra" ucapnya menyakinkan dirinya sendiri.

Ia lalu menarik selimut dan memperbaiki posisi tidurnya lalu kembali menutup matanya.

Yaa, mimpi hanyalah bunga tidur.

.
.
.

Pagi telah tiba. Ara dan Reygan tengah memakan sarapan bersama.

Reygan menatap Ara bingung karena sedari tadi adiknya itu hanya diam. Biasanya akan mengoceh apapun itu.

"tumben diem Ra" tegur Reygan sembari melahap roti selainya.

"hm?" Ara menatap Reygan sebentar lalu menggeleng.

"enggak kok bang" lanjutnya lagi.

Sebenarnya ia berbohong. Sedari tadi suasana hatinya tak tenang. Ara sendiri tidak tau kenapa. Mungkin karena masih teringat mimpi semalam.

Reygan yang mendengar jawaban Ara hanya mengangguk. Ia tau Ara pasti akan cerita jika memang ada masalah. Gadis itu bukan tipe orang yang memendam permasalahan.

Setelah beberapa menit sarapan keduanya lalu berangkat ke tujuan masing-masing.

Pagi ini Reygan akan mengantar Ara karena ia juga tidak terburu-buru untuk ke kampus.

Dengan kecepatan sedang, Reygan memacu motor besarnya membelah jalanan dipagi ini. Ara dibelakangannya duduk anteng sembari menatap punggung tegap Reygan.

"kok rasanya aneh ya?" batin Ara sembari memandangi punggung Reygan. Seakan akan ia tak akan melihat punggung itu dalam waktu yang lama.

"nggak nggak. Gak boleh berfikir negatif" batin Ara lagi sembari menggeleng kan kepalanya.
Ia mengeratkan pegangannya di pinggang Reygan.

Tak butuh waktu lama keduanya sampai didepan gerbang SMA Nusa Bangsa.

Ara segera turun dari boncengan Reygan.

"nanti abang jemput ya" ucap Reygan.

"beneran??" heran Ara. Biasanya abangnya itu hanya mengantar tak pernah menjemputnya.

Reygan mengangguk.

"iya. Soalnya juga nanti kelas abang gak banyak. Jadi bisa jemput kamu" jawab Reygan sembari mengacak rambut Ara. Ara tersenyum senang.

"oke. Ara tunggu pulang sekolah" ucapnya sembari mengacungkan jempol.

"siap tuan putri" kata Reygan sembari tertawa kecil.

Ia lalu menyalakan motornya kembali.

"abang berangkat dulu ya"

Ara mengangguk cepat.
Reygan tersenyum sebentar lalu melajukan motornya pergi dari hadapan Ara yang setia melambaikan tangannya.

ARARGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang