24. Ara kenapa?

1.2K 48 0
                                    


Happy Reading Pren (~_^)

Pagi harinya Arga mengantar Ara seperti biasa. Selama perjalanan tak ada perbincangan yang tercipta.

Ara hanya duduk diam dengan wajah datarnya. Entah mengapa ia ikut kecewa pada Arga setelah mengetahui kenyataan tentang dia. Ia ingin bertanya soal hal yang ia ketahui tapi ia malas berbicara pada pemuda didepannya ini. Ara terlanjur kecewa.

"Kemarin pulang pake apa Ra?" tanya Arga dengan suara yang sedikit keras.

Ara mendengar pertanyaan itu. Tapi ia hanya memilih diam.

"Ra?" panggil Arga.

"Gojek" jawab Ara singkat.

Arga pun mengangguk mendengar hal itu sembari mengucapkan kata 'oh'. Tidak merasa aneh dengan nada suara Ara yang datar.

Sampai di gerbang sekolah Ara, gadis itu lalu turun sembari mengucapkan terima kasih dengan nada pelan.

"Sama-sama. Gue langsung pergi ya"

"Oh iya. Nanti kamu gak usah jemput" ucap Ara cepat.

Kening Arga mengerut.

"Kenapa? Gue nanti udah gak pergi kerja kelompok lagi"

Ara menggeleng. "Aku mau pulang sendiri" ujar gadis itu.

Arga semakin bingung. Pemuda itu lalu menggeleng cepat.

"Ngga. Gue bakal tetap jemput nanti. Gue udah janji sama bang Reygan. Juga kalau tiba-tiba Marvin ganggu lo gimana" tolak Arga.

Ara menghela nafas.

"Terserah"

Setelah mengucapkan kata-kata andalan cewek tersebut, Ara langsung berbalik meninggalkan Arga yang masih bingung akan semua ini. Pemuda itu heran dengan sikap Ara yang tidak biasanya.

"Mungkin lagi PMS" ujar Arga pada dirinya sendiri sambil mengedikkan bahu. Ya, ia mengira Ara sedang datang bulan makanya sikapnya agak berbeda. Tapi mau bagaimanapun itu, ia akan tetap menjemput Ara sepulang sekolah nanti. Karena rencananya ia akan menjenguk Reygan.

.
.

Sampai di kelas, Ara langsung mendudukkan dirinya di bangku. Sembari menghela nafas panjang.

Reta yang berada disebelahnya menoleh dengan kening mengerut. Merasa tak biasa dengan Ara yang menghela nafas begitu berat.

"Kenapa Ra? Pagi-pagi udah hela nafas berat aja" tanya Reta.

Ara menggeleng. Ia bingung apakah harus menceritakannya pada Reta. Gadis itu lalu memilih menelungkupkan wajah pada lipatan tangannya di meja sembari menggumamkan kalimat 'gak papa'.

Reta yang tak mau ambil pusing, memilih mengedikkan bahu dan kembali fokus pada kegiatannya, main ponsel.

Sementara Ara, pikirannya tengah berkecamuk. Ia sangat kecewa pada kenyataan bahwa abangnya adalah leader geng motor. Yang mana hal itu sudah lama sekali dan Ara baru tau sekarang. Itupun taunya dari orang lain. Musuh abangnya pula.

ARARGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang