12. Koma

1.4K 63 1
                                    

Happy Reading Pren (~_^)

Pagi telah tiba. Ara tengah duduk di samping brankar Reygan. Pemuda itu masih tidur.

Ceklek

Bunyi pintu terdengar terbuka. Ara menoleh melihat siapa yang masuk. Ternyata bik Suti.

Bik Suti berjalan masuk dan meletakkan paperbag berisi baju baju Ara dan juga beberapa keperluan gadis itu. Ia lalu menghampiri Ara.

"Non bisa ke sekolah sekarang. Den Reygan biar bibik yang jagain" ucap bik Suti lembut.

Ara mengangguk pelan. Ia memang telah siap dengan baju seragamnya. Hari ini ia memutuskan untuk kembali bersekolah setelah kemarin izin sehari. Lagipula hatinya sudah tenang karena Reygan sudah sadar.

"Ya udah bik. Ara berangkat dulu ya" pamit gadis itu. Ia lalu menyalami bik Suti. Lalu beralih menyalami Reygan yang masih tertidur.

"Hati-hati ya non"

Ara mengangguk. Ia kemudian keluar dari ruang rawat Reygan.

.
.
.

Sampai di sekolah, Reta langsung menghampiri Ara.

"Ra maaf ya kemarin gak bisa jenguk abang kamu. Kemarin tiba-tiba mama ngajak pergi" ucap Reta merasa tak enak.

Ara tersenyum.

"Gak papa Re. Kamu doain juga udah cukup kok. Lagian abang aku kemarin juga udah sadar. Seneng banget aku" ungkap Ara bahagia.

"Serius Ra?!!" tanya Reta tak percaya. Ara mengangguk sebagai jawaban.

Reta ikut bahagia mendengar itu. Bahkan ia langsung memeluk Ara erat.

"Akhirnya abang lu sadar juga. Gue ikut seneng Ra dengernya" ujar Reta senang.

"Iya iya Re. Tapi lepasin dong. Aku gak bisa nafas nih" ucap Ara kesusahan karena terasa terjepit.

Reta langsung melepaskan pelukannya.

"Hehe sorry sorry. Gue kesenengan soalnya" ucap gadis itu sambil menyengir.

"Yeuu"

Mereka lalu duduk dibangku bersama.

"Eh, nanti pas pulang gue ikut lo ke rumah sakit. Jenguk abang lu" kata Reta.

Ara mengangguk.

"Iya nanti sama-sama perginya"

"Sipp"

.
.
.

Sementara itu di SMA Merdeka, Arga tak tenang mengikuti pelajaran. Ia selalu terbayang dengan ucapan Reygan dirumah sakit kemarin. Ucapan Reygan seolah wasiat sebelum lelaki itu pergi. Tidak! Tidak boleh! Reygan harus tetap ada.

"Ga, Ga, Arga woi. Stt" panggil Zaki disebelahnya dengan suara berbisik.

Arga menoleh.

"Mikirin apa lu? Liat tuh pak Dudung merhatiin kita semua. Awas kena marah" peringat Zaki.

Arga menghelas nafas kasar.

"Gue kepikiran bang Reygan" ucapnya pelan.

Zaki terdiam mendengar itu. Tangannya terangkat mengelus bahu sahabatnya.

ARARGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang