ARARGA [SELESAI]

16. Teror

Happy Reading Pren (~_^)

•

"Beneran lu gak papa gue tinggal?" tanya Arga sekali lagi.

Ara mengangguk.

"Iya. Lagian nanti bik Suti pulang habis maghrib" kata Ara.

Arga menghela nafas pelan lalu mengangguk.

"Oke. Kalau gitu gue pulang dulu. Kalau ada apa-apa, hubungi gue aja" peringat Arga.

Ara mengangguk patah.

"I-iya" patuhnya.

Arga kemudian naik ke motor dan menyalakannya. Ia menoleh sebentar ke Ara lalu mulai melaju meninggalkan halaman rumah Ara.

Begitu Arga sudah tak terlihat di matanya, Ara kemudian masuk ke dalam rumahnya. Ia baru pulang dari rumah sakit setelah menjenguk Reygan.

Menaiki tangga, gadis itu menuju kamar untuk membersihkan diri karena seragam sekolah masih melekat di badannya.

.

.

.

Arga tiba di apartemennya setelah mengantar Ara pulang.

"Arga pulang" seperti biasa ia berucap demikian setiap masuk kedalam.

"Iya. Bunda didapur nak" terdengar teriakan pelan Arini.

Arga lalu menghampiri bundanya dan menyaliminya.

"Bersih-bersih dulu gih. Nanti habis itu makan sama bunda" suruh Andini.

"Arga masih kenyang bun" ujar lelaki itu.

Kening Arini mengerut.

"Habis makan dimana?"

"Dirumah sakit tadi waktu jenguk bang Reygan"

Arini mengangguk paham.

"Ya udah. Bersih-bersih dulu"

Arga mengangguk patuh. Lelaki itu kemudian pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Sementara Arini menata masakannya dimeja.

Selesai mandi dan berpakaian, Arga berbaring di tempat tidurnya dengan punggung menyender di kepala ranjang.

Pikirannya tiba-tiba mengingat Ara.

"Apa dia baik-baik aja aku tinggal sendiri?" batinnya sedikit risau. Sedikit.

Ia lalu mengambil ponselnya hendak menelpon gadis itu.
Tapi sedetik kemudian, ia menggeleng.

"Ah gapapa. Lagian bentar lagi bik Suti pasti pulang" gumamnya menunda menelpon Ara.

Ia lalu keluar dari kamarnya untuk menghampiri Arini. Sampai didapur ia melihat Arini tengah makan.

"Makan yang banyak bun" ucap Arga sembari membuka kulkas dan mengambil air putih dingin.

Arini tersenyum pelan.