4

105 12 0
                                        

Dua minggu berlalu, Soobin kembali pada kegiatan hariannya sebagai seorang pimpinan perusahaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu berlalu, Soobin kembali pada kegiatan hariannya sebagai seorang pimpinan perusahaan. Ia sudah tidak begitu memikirkan kejadian yang menurutnya sedikit memalukan itu. Namun demikian, ia tetap tidak bisa melupakan kejadian aneh tersebut. Baginya, seluruh rangkaian kejadian itu terasa tidak nyata.

Setelah asik memikirkan kilas baliknya pada kejadian tersebut, Soobin yang kembali pada realita terlihat mengibaskan kepalanya cepat, berusaha menghilangkan bayangan akan ingatan memalukan tersebut.

Kedua tangan Soobin kembali bergerak cepat, itu artinya dia sudah kembali fokus pada pekerjaannya yang sempat tertunda. Beberapa tumpukan berkas yang memerlukan persetujuannya juga ada di sana. Sudah terlihat betapa sibuknya lelaki itu, bukan? Seorang pemimpin perusahaan muda bagaikan di drama-drama yang biasanya sering disaksikan orang-orang kebanyakan.

Tok.. tok..

Bunyi ketukan pintu tidak membuat Soobin mengabaikan tumpukan berkasnya. Sebab, lelaki itu tau, mungkin saja itu Kai atau bisa jadi juga Jisu, sang asisten wanitanya.

“Soobin-ah.”

Soobin mendongakkan kepalanya cepat. Kedua bola matanya seketika membulat sedikit lebar. Namun, itu hanya sepersekian detik cepatnya. Lelaki itu berusaha menormalkan air wajahnya kembali secepat mungkin.

“Eom..eomma? Tumben kesini tidak bilang-bilang,” ucap Soobin sedikit gugup. Soobin kembali menyibukkan diri dengan tumpukan berkasnya, lagi.

“Eh? Kamu ini kenapa, sih? Biasanya kalau eomma kesini kamu juga tidak pernah memberitahu kamu.”

Soobin langsung terdiam, bingung ingin merespon seperti apa. Pasalnya, ia kembali teringat dengan kejadian memalukan itu. Harus tenang, batinnya. Atau sang ibu malah bisa teringat lalu membahas kejadian itu juga nantinya.

“Nanti malam ada jadwal tidak?” Eunjeong, ibu Soobin, bertanya pada sang putra, tangan kanannya mengulurkan sebuah kotak bekal kecil. Rencananya berhasil, kotak bekal itu sepertinya cukup menarik perhatian sang anak. Soobin langsung meletakkan pulpennya. Beralih untuk membuka kotak susun tiga itu setelahnya.

“Tidak ada, sih. Ini masak sendiri?” Soobin mulai menyuap makanan dalam kotak bekal.

“Tentu, eomma masak banyak hari ini. Kamu datang ke rumah, ya? Kan tidak ada jadwal buat nanti malam. Kita sudah lama tidak makan malam bersama, loh. Minggu lalu kamu juga tidak pulang. Ada apa waktu itu? kamu sedang ada kerjaan di Busan, ya?” Soobin mengangguk antusias. Matanya sibuk pada isi kotak bekal. Tangan dan mulutnya sibuk dengan makanan.

“Sekalian ajak Arin, bagaimana?”

“Arin? Siapa dia?” Soobin tetap menunduk, fokus pada kotak bekal, sedangkan wajah Eunjeong langsung berubah datar.

MENIKAH (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang