Pagi itu, Arin yang baru terbangun dari tidurnya terlihat tidak begitu bersemangat. Hal itu disebabkan karena pertemuannya dengan Soobin semalam. Menurut Arin, Soobin adalah seorang laki-laki yang terlihat cukup berwibawa. Namun, rupanya Soobin menyimpan kebusukan di dalam sosok serba sempurnanya tersebut. Sosok seorang laki-laki muda yang jika dilihat dari luar persis bagaikan pria baik-baik dari latar belakang yang sama baiknya pula. Sejauh ini, hanya orang tua lelaki itu yang baik persis seperti sifat mereka padanya. Namun tidak dengan sang anak, itu adalah kebalikan dari sifat baik sang orang tuanya menurut Arin. Ia bahkan tidak habis pikir, bisa-bisanya lelaki itu meminta persyaratan yang tidak masuk akal hanya karena kesalahan yang disebabkannya beberapa minggu yang lalu itu.
Jika saja terdapat kerusakan barang atau mungkin hilangnya sesuatu dari dalam apartemen lelaki itu, Arin akan sangat memakluminya. Tentu Arin tidak akan menolak jika memang dia sudah menimbulkan kerugian. Namun semua tidak seperti itu, Arin bahkan tidak melihat adanya suatu kerugian apapun pada lelaki itu yang disebabkan oleh tindakan cerobohnya malam itu.
"Cepat mandi, eomma sudah selesai membuat sarapan."
Arin tersadar, menolehkan kepalanya pada pintu kamarnya yang tidak dikunci. Ucapan Minkyu, adik lelaki Arin menyadarkan gadis itu dari luapan emosi paginya. Segera saja Arin terbangun, beranjak dari ranjangnya dan pergi menuju kamar mandi rumah mereka.
*
"Pagi daepyo-nim," sapa Kai pada Soobin yang baru saja datang. Tepat pukul sembilan pagi, ia baru saja sampai di kantornya. Disambut Kai yang sedang menyiapkan berkas-berkas di atas mejanya, Soobin tersenyum simpul. Lesung pipinya terlihat jelas. Kai tau, suasana hati lelaki itu dalam keadaan bagus, lagi.
"Daepyo-nim terlihat bahagia sekali. Pasti senang karena sekarang sudah memiliki sandaran hati yang baru." Senyum jahil dan yakin juga terlihat pada bibir Kai. Ia selesai meletakkan susunan berkas-berkas di atas meja sang atasan yang berjalan pada meja yang sama.
"Kenapa kamu bisa menyimpulkan begitu?" Soobin duduk, menjatuhkan bantalan duduknya dengan mantap. Kursi dengan roda berwarna hitam itu sedikit terhenyak, lalu memantul dengan lembut karena beban manusia yang baru saja diterimanya.
"Bukankah benar? Saya hanya menebak saja, sih. Kemarin sewaktu menunjukkan fotonya juga anda terlihat senang sekali. Kalau boleh tau siapa namanya, Daepyo-nim?"
Soobin yang memainkan pulpen hitamnya mendadak berhenti. "Arin." balasnya singkat. Dengan tatapan yang terus menunduk ke bawah, ia berharap Kai tidak melanjutkan kegiatan penasarannya. Soobin hanya takut jika ia salah menjawab dan akhirnya Kai mengetahui kebohongannya.
"Ah, begitu, baguslah jika Daepyo-nim benar-benar sudah membuka lembaran baru lagi. Saya ikut senang melihatnya. Ada yang Daepyo-nim butuhkan sebelum rapat pagi? Saya akan menyiapkan rapat dengan klien setelah ini."
"Oh, ada rapat lagi pagi ini?"
"Nde. Hanya pagi saja. Tapi mungkin akan memakan sedikit banyak waktu. Klien besar dari anak perusahaan Jepang waktu itu yang akan rapat pagi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAH (✔️)
FanficGawat! Arin terlanjur suka dengan Soobin, si duda anak satu yang ditinggal sang mantan istri untuk mengejar karirnya sebagai aktris ternama. Tapi siapa sangka, anak Soobin itu ternyata Odi, si buntalan berduri yang sudah diadopsinya selama kurang l...