23

90 11 0
                                    

"Pagi, daepyo-nim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi, daepyo-nim." Kai yang sedang menata berkas-berkas pada meja kerja Jisoo segera menyapa sang atasan begitu melihatnya berjalan keluar dari lift.

"Eoh, pagi, Kai."

Soobin terus berjalan menuju ruangannya. Pintu besar itu akhirnya terbuka, Soobin baru saja mendorongnya, lalu melenggang santai memasuki ruangan luas yang dilengkapi dengan sofa empuk dan sebuah televisi yang besar itu.

"Pagi, daepyo-nim." Kali ini giliran Jisoo yang menyapa. Gadis itu sedang mempersiapkan sebuah berkas-berkas untuk rapat siang hari nanti.

"Jisoo, maaf merepotkan, tapi aku ada tugas tambahan untukmu."

"Nde, katakan saja, daepyo-nim."

"Jadwalkan pertemuan dengan dokter kandungan yang paling baik di kota ini. Jika bisa, buat janji temu untuk besok, ya. Ingat, yang paling baik."

Jisoo tertegun. Dia yang sudah menyiapkan buku catatan dengan sebuah pulpen yang siap ditangan seketika terdiam. Dia terkejut.

"Dokter..kandungan, daepyo-nim?"

"Emm, carikan yang terbaik, ya. Atau jika mereka semuanya sibuk, carikan klinik terbaik dengan reputasi yang sudah sama baiknya pula. Ah, cari yang dokternya wanita saja, ya."

"Nd-nde, daepyo-nim. Selamat untuk anda dan nona Arin."

Soobin tersenyum malu-malu mendapat ucapan pertama itu. "Ah, terima kasih, Jisoo, ya."

"Daepyo-nim, mau saya sesuaikan dengan jadwal kerja nona Arin sekalian? Tapi mungkin kalian akan berangkat pagi-pagi nantinya."

"Emm, tentu, boleh saja. Yang penting kamu juga sesuaikan jadwalku, ya. Tunda semua rapat sampai aku datang."

"Nde, daepyo-nim. Ada yang perlu saya bantu lagi?"

"Untuk sekarang cukup. Oh, ya, satu lagi. Mulai sekarang selalu sediakan satu supir untuk menjemput Arin pulang kerja. Dia bersikeras berangkat naik taksi, jadi pulangnya kamu harus sediakan supir untuk dia, ya."

"Nde, daepyo-nim."



Selesai mencatat setiap pesan dari Soobin lalu melanjutkan menata berkas-berkas, Jisoo segera melenggang keluar dari ruangan sang atasan. Diluar, Jisoo dengan cepat menyebarkan berita bahagia tersebut pada Kai. Tentu saja dia tidak ingin menyia-nyiakan kabar bahagia itu.

Kai tau, sebelum secara mendadak menikah dengan Arin, Soobin sudah lebih dulu merasakan asam pahitnya menjalin hubungan dengan lawan jenis. Kai juga tau semua ceritanya dengan Karina, mantan istri Soobin. Sejak awal menjalin hubungan, Kai sudah bekerja bersama pria itu. Kai juga tau jika Soobin merasakan patah hati terberatnya saat Karina memilih mengejar karirnya sebagai aktris daripada menikmati kehidupan bersama lelaki itu. Dan saat tau jika lelaki itu akan menjadi orang tua, tentu Kai benar-benar bersyukur. Itu berarti Soobin sekarang sudah benar-benar melupakan masa kelamnya. Kebahagiaan baru sudah mulai mengisi hari-harinya. Kai tentu dengan seratus persen mendukung setiap keputusan Soobin. Seperti memiliki anak, seperti sekarang, misalnya.

"Jinjja? Uwaaaah! Uwaah! Daebak!" Jisoo ikut tersenyum penuh kebanggaan melihat betapa girang rekan kerjanya itu.

"Padahal aku mengira mereka akan menunda memiliki anak. Tapi jika melihat betapa stabil keuangan daepyo-nim aku juga setuju-setuju saja, sih."

"Hush! Tidak usah bilang yang tidak-tidak. Ikut berdoa dan bersyukur saja dengan kabar bahagia ini. Hitung-hitung mereka membantu angka kelahiran negara, kan?"

"Emm, iya juga, sih. Kamu tidak mau bujuk daepyo-nim supaya membuat acara apa gitu? Hitung-hitung merayakan kehamilan nona."

"Kamu ini mau kerja atau jadi seksi membuat acara syukuran? Ada-ada saja pertanyaan mu."

Jisoo tersenyum mendengar ucapan Kai. Baru setelahnya dia melanjutkan perintah dari Soobin sebelumnya, membuat janji temu dengan dokter kandungan.

MENIKAH (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang