Gawat! Arin terlanjur suka dengan Soobin, si duda anak satu yang ditinggal sang mantan istri untuk mengejar karirnya sebagai aktris ternama.
Tapi siapa sangka, anak Soobin itu ternyata Odi, si buntalan berduri yang sudah diadopsinya selama kurang l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Jumat siang, saat dimana Arin sedang bersiap untuk pulang dari kantor tempatnya bekerja menuju bandara.
"Hati-hati, ya. Selamat berlibur, jangan sampai kelelahan. Ingat, sekarang kamu bertanggung jawab untuk dua tubuh sekarang." Arin tersenyum menanggapi ucapan Yuqi. Wajah bahagia itu semakin menunjukkan antusiasmenya sekarang.
"Jangan lupa oleh-olehnya," ucap Yuqi setengah berteriak. Kini dia menjadi perhatian satu studio. Dan entah mengapa, secara kebetulan juga ada Seoyeon disana. Maka Yuqi tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali menjahili gadis menyebalkan itu.
"Memang dia mau kemana?" Bisa Yuqi dengar jika Seoyeon mulai tertarik dengan ucapannya.
"Dia diajak berlibur oleh suaminya, katanya untuk bulan madu yang tertunda."
Tanpa banyak kata-kata lainnya. Setelah berkas yang sebelumnya ia bawa dengan susah payah telah diserahkan kepada PD-nim yang menangani siaran disana, Seoyeon segera melenggang pergi meninggalkan studio rekaman tersebut. Bisa Yuqi lihat jika Seoyeon sedang menahan kesal. Wajah masamnya sudah terlihat jelas sebenarnya. Yuqi tertawa puas di dalam hatinya.
"Yuqi-ssi, masuk, saatnya rekaman."
"Ah, nde, PD-nim."
Sedangkan diluar, Soobin yang sudah siap menunggu Arin di dalam taksi segera melambaikan tangannya begitu melihat sang istri yang baru keluar dari gedung kantor tempatnya bekerja.
"Arin-ah!" Soobin sedikit berteriak demi bisa mendapatkan atensi si gadis. Arin yang mendengar namanya dipanggil langsung menolehkan kepalanya pada sumber suara. Rupanya Soobin sudah berdiri di dekat sebuah taksi di seberang jalan. Arin berlari kecil, sedangkan Soobin langsung menahan napasnya melihat sang istri yang berlarian. Jantungnya mungkin akan langsung melorot ke bawah jika saja jarak yang ditempuh Arin lebih jauh dari pada sekarang.
"Apa sih, orang cuma lari kecil, kok. Tidak jauh juga."
Soobin menahan rasa kesalnya saat Arin malah dengan berani mengomentari rasa khawatirnya. Ingin rasanya dia memeluk tubuh itu dengan erat hingga si pemilik badan memohon ampun tidak akan mengulangi hal yang sama. Namun yang terjadi, dia hanya mengacak rambut coklat berkemilau milik Arin dengan lembut dan penuh sayang. Tangan lainnya yang bebas segara merengkuh, menangkup tubuh Arin hingga mendekat padanya. Menempel dengan aman dalam dekapan lengannya yang lebar dan kokoh. Dan Arin dengan rela menyerahkan tubuhnya, membalas dengan memeluk balik tubuh jangkung yang sedikit kaku karena memakai jaket denim tebal berwarna hitam itu. Soobin miliknya, pokoknya hanya dia yang berhak melakukan apapun pada pria itu. Dan begitu juga sebaliknya.
Sedangkan di dalam gedung kantor tempat bekerja Arin, lagi-lagi para karyawan yang melihat adegan itu dibuat terkagum-kagum dengan hubungan keduanya. Para wanita merasa iri karena Arin mendapat pria sempurna semacam itu. Sedangkan yang laki-laki merasa mereka tidak akan bisa berlaku seperti suami Arin jika mereka berada di posisi yang sama. Intinya mereka sama-sama iri.
Kini kembali pada Arin dan Soobin yang telah masuk ke dalam mobil taksi. Mereka kini langsung menuju bandara Incheon. Masih sangat lama waktu untuk mereka berangkat berlibur ke Jeju, tapi Soobin sengaja mengajak keluarganya datang lebih dulu karena ingin makan siang di bandara. Tidak akan membiarkan Arin kelaparan sebab penerbangan menuju Jeju bisa dibilang sangatlah singkat, tidak akan mungkin untuk memakan makanan berat jikalau sewaktu-waktu Arin meminta jatah makan karena diserang rasa lapar secara mendadak nantinya.