8

85 10 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bunyi berdebum seseorang yang menaiki tangga terdengar. Tapi Arin tetap tertidur meringkuk di atas ranjang kecilnya. Ketukan pada pitu terdengar, dan Arin tetap dalam posisi yang sama. Sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda jika dirinya sudah terbangun atau akan terbangun.

"Nuna, ppalli ireona!" Arin menyingkap selimutnya begitu mendengar suara Minkyu yang memasuki kamar tidurnya. "Nuna? Sudah bangun belum?"

"Nde, arraseo, arraseo, aku bangun," ucap Arin sembari berusaha bangun dari posisi tidurnya. Sebenarnya Arin merasa sedikit kurang enak badan, tapi karena teringat harus bekerja, ia kembali memaksakan dirinya.

"Mana kakakmu?" sang ibu bertanya begitu anak bungsunya turun dari tangga. Minkyu hanya mengangkat bahunya sekali, tanda bahwa dia sendiri juga tidak tau.

"Mungkin masih ke kamar mandi, tunggu saja sebentar." Kedua orang tuanya mengangguk. Minkyu kembali fokus pada roti panggang dengan selai coklatnya. "Eomma, aku kemarin melihat nuna bersama orang lain," Minkyu kembali mengeluarkan suaranya. Kali ini terdengar lebih serius.

"Eeeh? Ya terus kenapa?" Wanita yang masih sibuk mengaduk masakan di dalam panci itu mulai terusik.

"Dengan pria, aku melihat nuna diantar oleh pria kemarin malam. Mereka berciuman."

Ketiga orang disana akhirnya saling berpandangan. Ruang makan terasa sunyi untuk sesaat.

Tau darimana kalau mereka berciuman? sang ibu kembali mengeluarkan suaranya. Kali ini sedikit panik.

Aku lihat sendiri. Mereka begini di dalam mobil. Dua orang yang dewasa disana memperhatikan sikap tubuh yang diperagakan sang lelaki muda. Rupanya, semalam Minkyu melihat Arin yang diantarkan Soobin. Termasuk saat Soobin membukakan pintu mobil agar Arin segera keluar dari mobilnya. Dari luar, memang terlihat mereka seperti berciuman. Terlebih saat Soobin menolehkan kepalanya ke arah Arin. Minkyu yang baru saja pulang dari berjalan-jalan bersama teman-teman sekolahnya melihat itu semua. Walau sebagian besar hal itu hanya salah paham semata.

Tidak lama, suara kurang mengenakkan dari kamar mandi kembali membuat perasaan tidak tenang disana semakin terasa.

Hoek... Hoek....

"Apa kakakmu sakit?" Kali ini pria paruh baya yang sedang meminum kopi hitam dalam cangkir besar yang mengutarakan pendapatnya. Cangkir yang sebelumnya hendak diminum langsung diletakkan ke atas meja kembali.

"Tidak tau."

"Apa Arin sudah punya pacar? Dia tidak pernah membicarakan hal itu dengan kita, yeobo."

MENIKAH (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang