Gawat! Arin terlanjur suka dengan Soobin, si duda anak satu yang ditinggal sang mantan istri untuk mengejar karirnya sebagai aktris ternama.
Tapi siapa sangka, anak Soobin itu ternyata Odi, si buntalan berduri yang sudah diadopsinya selama kurang l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul tujuh pagi lebih lima belas menit, saat dimana kedua kelopak mata Soobin mulai mengerjap dengan pelan. Artinya, pria itu mulai tersadar dari alam mimpinya. Pria itu menghirup udara kuat-kuat, indera penciumannya menghidu aroma strawberry yang segar dengan sedikit aroma manis tipis yang menyertainya. Soobin menghirupnya kuat-kuat, merasa betah berlama-lama dengan aroma buah yang baru dirasakannya tersebut.
Sekitar sepuluh menit terus melakukan kegiatan dalam diamnya, begitu membuka kelopak matanya, lalu dia paham darimana asal aroma menyegarkan tersebut. Sepertinya Arin, istrinya, menggunakan shampo dengan aroma khusus yang berbahan aroma strawberry. Sungguh menyegarkan mencium aroma itu dari surai gadis itu dalam jarak dekat seperti sekarang ini.
Nyawanya sendiri memang belum sepenuhnya terkumpul. Tapi begitu melihat Arin yang tertidur pulas di sebelahnya membuat lelaki itu menyunggingkan senyum tipis. Arin tertidur dalam posisi menyamping, menempelkan kedua tangannya hingga sepenuhnya masuk ke dalam lekukan lehernya. Ia sedikit merosot ke bawah, mungkin sebatas dada atas Soobin. Kaki-kaki rampingnya juga menekuk, persis seperti ulat yang melingkar kedinginan di bawah selimut yang sama dengan Soobin. Lucu juga istrinya itu.
Bibir Soobin kembali tersenyum malu-malu. Ia bahkan sudah berani menggunakan kata istri meski hanya dalam gumaman batinnya. Tapi menurutnya itu adalah tindakan berani yang akan membuatnya menjadi kebiasaan. Arin belum tentu setuju dengan panggilan itu nantinya.
Namun lihatlah, siapa yang tidak akan tersenyum jika melihat bibir Arin yang mengatup sempurna itu. Jika dirinya yang diamati saat sedang tidur pulas, sudah pasti itu akan terbuka lebar. Soobin memilih berdiri dari tidurnya, dia harus segera bersiap ke kantor sekarang.
Berjalan menuju lemari pakaiannya yang panjang, Soobin sedang memilih setelan yang akan digunakannya untuk bekerja. Saat itu, pandangannya kembali teralihkan pada Arin yang bergerak diatas ranjang. Soobin kembali tersenyum saat Arin malah menenggelamkan dirinya semakin kebawah. Kini, kepala gadis itu hampir sepenuhnya tertelan selimut tebal. Kembali berpikir jika mungkin saja gadis itu masih merasakan kantuk yang teramat berat hingga belum ingin beranjak dari ranjang tidurnya. Selesai memilih setelannya, Soobin langsung meninggalkan kamar tidurnya, sebaiknya ia memberi Odi makan lebih dulu.
"Odi-yaaaa.." ucap Soobin riang. Dengan cekatan, ia meraih kotak mealworm yang ada diatas meja. Menggunakan capit kecil, Soobin memberikan beberapa ulat kecil itu pada hewan kesayangannya. Segera saja disambut cekatan oleh si hewan berduri.
"Mau buah? Appa potongkan beberapa dulu, ya."
Berniat mengambil buah di dalam kulkasnya, namun Soobin tidak menemukan apapun di dalam sana. Hanya tersisa beberapa butir telur dan air mineral di dalamnya. Terdiam sejenak, Soobin akhirnya mengangguk paham. Sebulan belakangan, ibunya memang jarang mengunjunginya, terlebih setelah kejadian dengan Arin pertama kali tersebut. Ibunya itu memang selalu menyediakan berbagai kebutuhannya, termasuk membersihkan apartemen dan kadang memasak untuknya jika sedang senggang.
Kembali ke dalam kamar tidur di apartemen yang sama, Arin mulai terusik dari tidurnya yang nyenyak. Selimut tiba-tiba tersibak keras, bunyi yang sama kerasnya terdengar.
"Hah?!" Setengah terkejut, Arin lalu melihat ke arah tubuhnya sendiri. Dia masih berpakaian lengkap, pakaian yang sama dengan yang dia gunakan tadi malam. Tidak ada yang aneh dengan tubuhnya, rasa sakit atau nyeri juga tidak terasa sama sekali. Tubuhnya bahkan terasa segar, artinya dia memang cukup tidur semalam. Napas lega berhembus keluar dari mulut dan lubang hidungnya.