30

148 11 3
                                        

“Kapan pulang ke rumah sendiri? Aku jadi tidak enak jika harus ke rumah orang tuamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kapan pulang ke rumah sendiri? Aku jadi tidak enak jika harus ke rumah orang tuamu. Takut mengganggu mereka nantinya.”

“Besok kau sudah balik, kok. Bertemu besok, ya.”

“Jinjja? Kenapa bertepatan dengan acara Lucas, sih? Tidak apa jika aku kesana pagi? Malamnya aku ada acara dengan Lucas, loh.”

“Sesantai kamu saja. Aku sih senang-senang saja jika ada yang bertamu ke rumah.”

“Baiklah kalau begitu, aku balik rekaman dulu, ya. Hati-hati dirumah, jangan lupa makan dan minum obatmu.”

Bip..

Panggilan dengan Yuqi berakhir. Arin langsung menghela napasnya sendiri. Sebenarnya, saat ini dia sudah berada di apartemen bersama Soobin. Lelaki itu masih di kamar karena sedang mengadakan rapat secara virtual di rumah. Ini sudah hari kedua Arin cuti bekerja sejak kejadian di malam saat ia kehilangan calon anak pertamanya. Esok harinya, mereka datang ke klinik Hallym. Dokter yang menangani mereka tentu saja terkejut, Arin langsung mendapat perawatan dan vitamin terbaik untuk kesembuhan rahimnya. Dan selama dua hari itu pula Soobin belum masuk kantor kembali.

Dua hal yang sangat Arin yakini menjadi penyebab lelaki itu enggan meninggalkan dirinya karena, pertama, Soobin takut jika sewaktu-waktu dirinya kembali merasa sakit, dan tidak ada orang yang bisa menolongnya. Alasan kedua, karena Soobin begitu merasa bersalah karena sudah tidak jujur mengenai masa lalunya, juga karena mereka kehilangan sang calon anak yang secara tidak langsung disebabkan karena ulahnya yang tidak bisa berkata jujur dan malah memilih menyembunyikan rahasia besarnya.

Arin menghela napasnya, pikiran buruk itu kembali menghantui seisi kepala. Dua hari belakangan, isi kepalanya terus terbagi antara Horang yang sudah tiada, lalu berputar acak dengan segala fakta bahwa Soobin memang sudah pernah menikah dengan wanita lain. Lalu kembali berganti dengan kenyataan bahwa Horang pergi meninggalkannya. Salahnya sendiri yang tidak bisa menjaga pikiran dan tubuhnya. Atau jika diijinkan egois, Arin sangat ingin menyalahkan Soobin dan mantan istrinya karena kehilangan Horang. Arin sungguh membenci fakta terakhir walau hal itu memang benar adanya. Tolong biarkan dia membenarkan pikiran egoisnya itu sekali saja.

“Odi-yaa, kamu juga tau kalau ayahmu itu berbohong, kan? Atau jangan-jangan kamu juga baru datang kesini setelah mereka berpisah? Salahkah kalau aku menyalahkan ayahmu, eoh? Tidak, kan?”

Arin mencebikkan bibirnya usai mendapat balasan berupa desisan yang sedikit keras dari hewan mini berduri tersebut, itu peliharaan Soobin. Belakangan, ia baru mulai bisa mengakrabkan dirinya dengan hewan tajam itu.

“Arin-ah, sudah waktunya minum obat. Kamu sudah makan, kan?”

Arin sedikit berjingkat, Soobin sudah menuruni tangga, kini lelaki itu hampir bisa menjangkau dirinya dalam jarak sedekat itu. Arin dengan cepat bangkit dari posisi berjongkoknya, berusaha menghindari perhatian dari Soobin yang terlihat jelas jika ingin menyentuhnya tersebut.

MENIKAH (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang